skandal di rumah

Skandal di Rumah 5: Lust Everywhere

baby

Alkisah Parjo atau yang biasa dipanggil Jo, seorang pemuda yang sudah mendekati kepala tiga umurnya, meninggalkan kampungnya untuk mengadu nasib di Ibukota. Malang karena tak ada koneksi, bekerja serabutanlah ia mulai dari menjadi kuli hingga tukang kebun. Namun Jo bukanlah orang yang mudah menyerah, ia percaya bahwa semangat, mau belajar, dan jujur pasti akan membawanya sukses (yang terakhir perasaan dah pada jarang deh ^^i). Tidak sia-sia, berkat keuletannya, ia diminta salah seorang temannya untuk bekerja di studio photo bos temannya di Jakarta. Yah… meskipun kerjaannya juga tidak jauh-jauh dari fisik namun setidaknya gaji yang dia peroleh lebih baik dan cukup untuk dia bagi dengan keluarganya di kampung. Suatu pagi Jo sudah berangkat menuju studio tempat ia bekerja. Pagi ini Pak Rudi, bosnya, meminta ia untuk membantu beliau menyeting studio dan membersihkannya. Pak Rudi mengatakan bahwa nanti sore beliau mau mengadakan pemotretan beberapa model hingga malam.
“Jooo…. bersihkan ruangannya segera, itu kabel kau gulung yang rapi, yang tak kepake kau simpanlah di gudang sana. Setelah itu kau atur sofanya seperti yang aku bilang tadi, ingat Jo…. hati-hati itu barang mahal, terserah kau garap kapan, pkoknya nanti malam harus sudah siap!” teriak bosnya.
“Siap Pak!” Jo menyahut.
“Kau sekarang ikut aku ke taman kau angkut peralatan di lemari nomor tiga. E itu rumput sudah kau rapikan kemarin?”
“Sudah Pak!” Jo menyahut.
“Bagus, sekarang cepat kau ambil perlatannya, setengah jam lagi mereka datang.”
Yah itulah bos si Parjo, yang memang agak galak, dan mau seba cepat. Hampir tidak ada asisten yang betah bersamanya. Namun Parji dengan kesabaran dan keuletannya mampu bertahan. Untunglah Pak Rudy bukanlah orang yang pelit. Tak jarang, ketika beliau senang dengan pekerjaan Parjo, beliau mengajak makan Parjo di restoran mewah, atau memberinya uang rokok berlebih. Namun buah kesabaran dan kejujuran Parjo belumlah pada puncaknya. Namun hari ini adalah permulaannya. Ya, pagi itu, studio tersebut sangat ramai. Banyak proyek yang harus dikerjakan. Model-model baik pria maupun wanita datang silih berganti. Hingga menjelang jam 9 malam ketika sesi pemotretan terakhir.

Parjo

“Om Rudy… mav Baby telat om. Agak Macet di jalan. Ngomong-ngomong tidak bisa besok ya om??” tanya seorang wanita cantik dan seksi.
“Selamat malam baby. Om tidak bisa, deadline sudah dua hari lagi, besok om ada jadwal lain, dan masih harus mengedit hasilnya, ngomong-ngomong sendiri kau datang kemari? Mana supir kau?” tanya Om Rudy.
“Pak Supri sedang pulang kampung anaknya sakit, besok siang baru pulang, makanya Baby minta besok om” jawab Baby.
“Siapakah cewek itu?” Jo bertanya dalam hati, matanya melihat gadis itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. “bukan main sexynya” pikirnya.
Ya saat itu Baby Margaretha menggunakan rok dia atas lutut dengan tanktop dipadu dengan jaket jeans biru, so sexy.
“Parjooo…. sini kau bantu saya kerja!” tiba-tiba bosnya berteriak membuyarkan lamunannya.
Si…siap Pak..!”
Setelah sesi pemotretan tersebut usai, Baby Margaretha membereskan tasnya hendak pulang ke apartemennya.
“Baby, lebih baik kamu menginap di rumah om saja, nanti om bilang sama istri om, tidak baik pulang malam-malam” kata om Rudy.
“Tidak apa-apa om, Baby sudah biasa, Baby sudah tahu mana rute yang aman, om” jawabnya.
“Yakin kau tak mau menginap?”
“Iya om tidak apa-apa.”
Akhirnya Baby memacu kendaraannya. (dering ringtone HP),
“Wah hape Baby ketinggalan, kebetulan rumahnya dekat kos kau Jo, kau antarkan ke sana ya, Rumahnya di Perumahan xxxxxx no xx kau tahu kan?”
“Tau bos, kos saya tidak jauh dari situ” jawab Jo. Malam itu ia pun segera memacu motor lamanya, untuk mempersingkat waktu, ia menerabas jalan-jalan kampung.
——————————-
The Mistake

“Uh sial, kena paku lagi, mana malam-malam begini” keluh Baby Margaretha
Ban mobilnya tertusuk paku sangat dalam. Membuatnya harus terhenti.
“Duh coba gue tadi nginep aja” keluhnya.
Sebenarnya Baby belumlah terlalu hapal rute yang aman, dia hanya melalui rute singkat menghindari tol, sebab dia sering menyuruh supirnya pada siang hari untuk melakukan itu supaya ia bisa cepat mencapai studio tempat ia melakukan sesi foto atau ketika ia  pulang agar cepat sampai. Celakanya, menjelang tengah malam, kawasan itu biasanya rawan. sudah banyak penodongan terjadi di sana. Ia kini menyesal mengapa ia tidak mengiyakan tawaran om Rudy untuk menginap di rumahnya. Dalam kebingungan Baby melihat-lihat apakah ada orang yang dapap dimintai pertolongan. Tiba-tiba datanglah beberapa orang bertampang preman. Yang Pertama si Gendut Bruno. Bruno sebetulnya tidaklah terlalu gendut. Perawakannya tinggi besar. Satunya lagi si kurus Tomi. Kulitnya gelap dengan rambut jarang-jarang. Mereka berdua termasuk preman di daerah tersebut. Tak jarang mereka mencegat kendaraan yang lewat malam hari untuk sekedar memalak korban-korban mereka. Melihat korban mereka kali ini adalah seorang gadis muda cantik nan seksi, mereka mengubah pikiran mereka untuk tak sekedar memalaknya.
“Hehehe… sayang ki, kalo cuman dipalak, dah lama gak liat awewe hot euy” kata si gendut.
“Ah ko bisa saja bro, benar, mending kita garap dia dulu hahaha….” timpal si kurus. Mereka pun mendekati Baby yang malang.
“Oh my god, siapa mereka? Jangan-jangan….” Baby merasa tidak enak dalam hati melihat kedatangan para pria bertampang tidak bersahabat itu.
“Hahaha…. Sendirian aje nih Neng Cantik?” sapa si gendut tiba-tiba membuat Baby kaget setengah mati.
“Aduh… gawat…” katanya dalam hati.
“Kenapa Neng? Ban bocor ya? Kasihan…. sini abang bantuin pompain bannya Neng hehehe…” timpal si kurus cekikikan.
“Eh… enggak bang makasih” kata Baby dengan senyum dipaksa walau mengetahui dirinya dalam bahaya.
“Ah Jangan gitu non, kita mau kok bantuin Non, asal…” kekeh si gendut sambil melirik si kurus.
“Asal non bantuin kita-kita juga hahaha….” tawa si kurus sambil dengan tiba-tiba ia memegang payudara Baby.
“Hei…jangan kurang ajar kalian!” bentak Baby Margaretha seraya menutupi dadanya dengan kedua tangannya.
“Uih.. kenyal cuy, kencang nian body nih cewek huahahaha…” sahut si kurus terkekeh.

Mereka pun kemudian melingkari Baby mengepungnya. Tiba-tiba “plak” tangan si gendut menampar dan memainkan pantat Baby
“TOLOOONNGG!!” teriak Baby dengan panik.
“Hahaha… teriak aja Non, nggak bakal ada yang ngedengerin, rumah orang-rang pada jauh dari sini” ejek si gendut.
“TOLOOONNGG…..” Baby kembali berteriak sambil merangsek ke depan berusaha kabur.
Namun si gendut yang sudah menduga gerakannya, segera menangkap dan membekap mulutnya dari belakang sehingga Baby tidak dapat bergerak dan berteriak.
“Mmmpphh…. Mmpphh…” Baby kini hanya bisa menggumam.
“hihihi…ayo manis, kita main-main sebentar, nanti baru ban nya kita betulin!” tawa si kurus.
Belum lama mereka merasa senang karena sebentar lagi akan segera menikmati santapan lezatnya ini, tiba-tiba ada sebuah motor yang menabrak si kurus dari belakang.
“Hwaduuhhh…..heh siapa itu!!” segera si gendut melepaskan bekapannya dan memburu si penabrak.
 “EH SINI LOE ANJING!” makinya.
Namun kali ini lawan si gendut betul-betul gesit. Dia bergerak kesana kemari bagaikan kancil sehingga serangan si gendut hanya menyapu angin saja. Tiba-tiba sebuah tendangan ke arah anunya si gendut melayang telak
“HWADOOOHHHH!!” si gendut meringis dan segera disusul sebuah pukulan ke arah dagu yang membuatnya pingsan.
Sementara itu si kurus yang baru saja bangun dan terpincang segera akan mengambil langkah seribu sebelum tiba-tiba kepalanya terbentur helm motor yang diayunkan oleh Baby dan mereka berduapun pingsan.
“Wah non, bahaya pulang malam sendirian, harusnya non tadi nginep aja non” kata si penolong yang ternyata adalah si Parjo alias Jo.
“Joooo….” Kata Baby Margaretha sambil berlari dan memeluk Jo.
Merasakan dekapan cewek cantik aduhai apalagi kini Baby juga menekankan payudaranya pada Jo tentu bakalan membuat si otong lelaki manapun tegak berdiri.
“Aduh iya non, aduh mav say jadi sulit napas non, aduh” kata Jo Jaim.
“Aih… makasih Jo kalau tidak kamu saya sudah…” kata Baby lagi.
“Udah non gak apa-apa, yang penting non selamat. Ada talii??” tanya Jo.
“Ada Jo tapi ban mobilku mogok” kata Baby.
“Nggak apa-apa non, yang penting kita tali mereka dulu di pohon itu, sebelumnya kita bugilin dulu mereka, baru aman saya menggantikan ban mobil non” usul Jo.
Segera mereka berdua mengerjai kedua preman tersebut. lalu Jo segera mengganti ban mobil Baby cepat-cepat sebelum mereka sadar. Untuk berjaga-jaga Jo pun mengawal Baby Margaretha pulang ke rumahnya.
————————————
Rumah Baby

“Ya di sini Jo, terima kasih ya… ayo sini masuk dulu, Jo!” kata Baby manis.
Tak lama kemudian mereka telah sampai di rumah Baby dengan aman.
“Aduh non makasih, udah malam gak enak sama tetangga, ini saya sebenarnya mo nyusulin hapenya Non yang ketinggalan.” kata Jo segera membuka tasnya dan menyerahkan hp tersebut.
“Aduh Jo benar ini hape saya, aduh…. Jo Makasih ya, ya udah sebentar ya.” Baby pun mengambil dompet di tasnya.
“Nggak Non,  gak usah, saya ikhlas kok benar, saya pikir hp ini kan barang pentingnya non Baby, kalo sampai ilang, pasti non Baby bakalan kesulitan.” kata Jo tambah jaim.
Melihat ketulusan hati Jo, Baby pun merasa kasihan padanya. Bahkan uang yang akan diberikannya bahkan ditolak. Tiba-tiba muncullah sebuah ide nakal di pikirannya.
“Yah… Jo ijinin baby berterima kasih dong…. Paling enggak masuk dulu dong, sini Baby buatin minum ama sandwich yah? jangan nolak loh, kalo enggak Baby nangis nih” rayunya.
“Duh jangan nangis non, jadi nggak tega Jo, iya deh non, Jo masuk, sebentar aja ya” katanya tak dapat mengelak.
Di dalam merekapun duduk bersama di sofa ruang tengah menikmati sandwich dan sirup dingin yang Baby buat. Namun tanpa sepengetahuan Parjo, Baby telah memasukkan obat kuat ke dalam minumannya.
“Jadi asalmu dari kampung Jo?” tanya Baby.
“Iya non, abis saya sumpek di kampung, gak ada kerjaan, daripada nganggur, saya mencoba ngadu nasib di Jakarta, siapa tau berhasil, tapi ya gini sih non, saya syukurin aja apa yang saya dapat sekarang.” jawab Parjo.
“Udah berapa tahun kamu di Jakarta Jo?” tanya Baby.
“Sudah lima tahun lebih sih non.” seraya menghitung dengan jarinya.
“Oh… la keluarga kamu gimana Jo? Apa kamu gak kangen?” tanya Baby lagi.

“Kangen sih Non, paling saya pulang setahun sekali pas libur panjang. Kalaupun saya bawa mereka ke Jakarta, kasihan Non, di sini apa-apa mahal dan macet, takutnya gak pada betah Non.” keluh Parjo.
“Wah hebat kamu Jo, kamu orang yang baik ya. Jarang saya bertemu laki-laki sepertimu.” puji Baby dan memandang mata Jo dengan nakal. “Beruntung ya, cewek yang dekat denganmu.”
“Ah.. saya nggak punya pacar non, mana ada yang mau sama cowok jelek macam saya non.” kata Jo malu-malu.
“Masak sih Jo, kamu cakep kok di dalam sana” rayu Baby
“Ah non Baby bisa saja” kata Jo tersipu malu.

Tiba-tiba Baby Margaretha berpindah tempat duduk mendekati Jo. Kedua kaki seksinya ia taruh di sofa seraya memandang Jo nakal. Pria mana yang tidak bakalan tergoda yang melihat cewek seksi dengan celana jins super pendek seolah seperti CD dan tanktop ketat yang menunjukkan lekuk tubuh serta belahan dada seorang Baby Margaretha. Ditambah dengan tatapan nakal Baby, membuat Jo agak klepek-klepek.
“Jo, Baby gak bohong kok, Jo cakep deh” rayu Baby lagi.
Kini Jo hanya terdiam, ada sedikit di celananya. Baby pun melanjutkan rayuannya
“Jo, mau gak Jo jadi pacar Baby malem ini aja? Paling gak, Baby beneran mau balas budi buat Jo. Mau yah Jo…”
Melihat sikon yang mulai mengundang Jo pun sadar, dia sebenarnya juga tergoda oleh rayuan Baby Margaretha. Bagaimanapun, Jo adalah seorang pria dan tidak ada satupun pria waras yang tidak akan tergoda oleh body seksi Baby Margaretha barang sedikitpun. Ia juga paham, dia sebetulnya bukanlah pria yang betul-betul alim. Karena pergaulan juga, dia akhirnya pernah merasakan surga dunia walaupun membayar. Kebetulan waktu menjadi kuli, banyak teman-temannya berasal dari perantauan. Tak jarang bagi mereka yang telah beristri merindukan kehangatan tersebut. Dan tak jarang pula mereka mengajak Jo. Awalnya karena gengsi dan tidak ingin dianggap cupu, dia mengikuti teman-temannya. Namun ia belakangan agak ketagihan kala birahinya memuncak. Hanya saja pekerjaan yang sibuk dan berat belakangan rupanya mampu mengontrol nafsu Jo. Namun ia masih ingat kalau Baby adalah klien penting bosnya. Jo tidak mau perbuatannya nanti menjadi masalah di kemudian hari. Dengan jaim dia berkata,
“Aduh Non, beneran Jo Ikhlas, aduh Non… mending jangan deh, Jo gak enak sama non dan pak Bos.”
Baby pun tertawa mendengar Jo berkilah, ia berkata dalam hati, “Huh, jaim-jaim ngaceng juga kamu.”
Baby pun kembali menggodanya “Jo, kalau kamu ikhlas, kenapa dedekmu nggak sih” seraya mengelus tonjolan di celana Jo.
Jo pun kaget setengah mati, jantungnya hampir copot. Benar apa yang dikatakan Baby, ternyata si otong nggak ikhlas. Di balik persembunyian si otong seolah berteriak-teriak minta jatah untuk beraksi.

Melihat Jo hanya terdiam, Baby pun kembali merangsang Jo. Kali ini tangan kirinya merangkul Jo, buah dadanya yang montok dan berisi ia tempelkan ke dada bidang Jo dari samping, sementara itu tangan kanannya masih mengelus-elus tonjolan di celana Jo. Kali ini Jo sudah tidak dapat menolak. Entah karena birahinya kembali memuncak tak terbendung atau dengan pengaruh viagra yang tanpa sadar ia minum tadi, kini, Jo mulai larut dalam permainan. Namun perasaan jaim masih tersisa di pikirannya,
“Non, bener saya tidak enak non sama non dan pak Bos, kalau ada yang tahu gawat non, bisa dipecat saya” rengek Jo.
“Ah Jo…. santai aja kali, rumahku sedang sepi kok supirku sedang pulang kampung dan pembatuku baru besok siang balik sini. Santai aja Jo kita aman kok, gak ada yang ngintipin, asal….” rayu Baby lagi.
“Asal apa non?” tanya Jo.
“Asal kamu gak nolak dan jangan bilang ini ke siapa-siapa yah, hanya untuk kita berdua aja yah Jo.” jawab Baby. Mendapat lampu hijau seperti itu, Jo menjadi tidak ragu-ragu lagi.
“Siap non hehehe…” Jawab Jo bersemangat. “Idihh… tadi malu-malu jaim, sekarang nafsu nih ye” ledek baby dengan tertawa
Jo tida membalas. Mereka hanya bertatapan kemudian Jo memulai inisiatif dengan melumat bibir Baby Margaretha terlebih dahulu. Tangannya segera meremas-remas payudara Baby dengan lembut. Beberapa menit bibir mereka bertemu dan berpagutan. Lidah Jo dengan aktif menggelitik rongga mulut Baby.
“Jo kamu udah pernah ya?” tanya Baby kemudian melepas ciuman mereka. “
Hhhh…. sudah non, dulu pas jadi kuli, tapi ya cuman jajan biasa non.” jawab Jo sambil mengambil napas.
“Hmm… jadi beneran belum pernah ama pacar ya Jo?” tanya Baby lagi.
“Belum, emang kenapa?” tanya Jo.
“Gak apa-apa, sini, baby contohin. Idih… jangan di monyongin dong Jo hahaha…” Baby tertawa melihat ulah Jo. “Sini Jo deketin wajahmu”
Jo pun mendekatkan wajahnya. Kali ini, giliran Baby Margaretha yang melumat bibir Jo. Pertama, dipegangnya dagu Jo, kemudian dikecup-kecupnya bibir Jo dengan lembut menghisapnya perlahan dan pelan-pelan Baby memainkan lidahnya. Baby memainkannya dengan baik seolah mengajak lidah Jo bergulat serta membuat bibir Jo hangat seolah dipeluk membuat Jo bak di atas awan.

“Gitu Jo, sekarang giliranmu ayo!” ujar Baby, kini baby bahkan memosisikan duduknya sehingga ia kini dipangku oleh Jo.
 Jo pun melakukan apa yang dicontohkan oleh Baby. Dipandangya gadis molek itu, kemudian dikecupnya lembut bibir Baby seolah memeluknya, kemudian, ia teruskan dengan memainkan lidahnya perlahan seolah mengajak lidah Baby berpagutan. Baby kemudian menaruh kedua tangan Jo di payudara dan pahanya, kemudian ia meminta Jo untuk melakukannya lagi. Dengan lembut tangan Jo membelai-belai payudara dan paha foto model seksi itu. Kemudian ia selipkan tangannya dibalik tanktop ketat dan hotpants Baby, mencari-cari putingnya di balik cup penutupnya kemudian memijitnya lembut dan nakal. Gairah mereka berdua kini telah memuncak. Baby dan Jo saling melepaskan baju mereka. Jo masih menyosor dengan ciuman-ciuman nakalnya pada bibir Baby sementara kedua tangannya bergerilya membelai-belai tubuh seksi Baby Margaretha. Baby kemudian mengajak Jo masuk ke kamarnya. Ia kemudian mendorong tubuh Jo bersandar di ranjangnya, kemudian Baby mengkecup-kecup puting Jo, memainkan dengan lidahnya dan tangan lembutnya kini mengarah ke batang kejantanan Jo, membelainya dan memijitnya dengan hangat. Baby sangatlah pintar memainkan lidah nakalnya. Diputar-putar lidahnya mengelilingi puting Jo dan digigit-gigitnya kecil seolah itu permen mint bagi Baby, sementara tangannya membelai kejantanan jo dengan berirama. Permainan Baby pun membuat Jo terangsang setengah mati. Ia pun juga tak mau kalah, kini ia memilin-milin dan memijat puting Baby membuatnya mendesah tak keruan, Kesempatan itu tak disia-siakan, Jo segera melumat payudara Baby yang montok itu. Diciuminya dengan lembut dan menggigiti puting Baby membuat Baby mendesah-desah. Tak lupa Joko kombinasikan dengan sapuan lidahnya seperti yang dicontohkan oleh Baby tadi. Jo menaruh tangannya pada vagina Baby, mencari-cari klitoris Baby dan memainkannya,
“Auw… pelan-pelan dong Jo, pelan, kayak kamu mijitin putingku tadi Jo” rayu Baby nakal.
Jo pun menurutinya. Kini sambil memainkan puting Baby, Jo memijit-mijit klitoris Baby dengan lembut membuat Baby mendesah-desah tak karuan dan menggigit bibirnya. Sesekali Jo mencelupkan jari-jarinya ke dalam vagina Baby, mengoreknya perlahan seolah tidak ingin kehilangan setiap jengkal cairan madu dalam vagina Baby. Tiba-tiba ia menemukan suatu tonjolan-tonjolan kasar dan menekannya.
“Aaahhhhh….. terus Jo, di situ teeerruuusss…..” desah Baby mengeliat-geliat. Jo pun makin bersemangat melakukannya.

“Ohh…. ohhh,,, Jooo… Aku keluarr…..” desah Baby mencapai orgasmenya diiringi lendir kewanitaan yang mengalir deras dari vaginanya.
Jo pun segera menyeruputnya dengan lahap. Lidah Jo seolah menyeka seluruh belahan vagina baby tanpa menyisakan cairan lendir sedikitpun. Baby pun mengambil nafas sementara Jo masih sibuk menyeka vaginanya.
“Jo sini dong tiduran sebelah Baby…” rayu Baby.
Jo pun menurut. Kini baby memposisikan dirinya di atas Jo sehingga lebih leluasa melihat penis pria itu.
“Jo punyamu besar juga ya” kata Baby sambil sibuk membelai kejantanan Jo, menjilatinya memutar, memainkan lubang kencing Jo dengan lidahnya yang nakal, dan mengulum-kulum penis tersebut.
Dalam Hatinya surprise juga Baby melihat penis Jo berukuran hampir sepusarnya dengan diameter 4 cm. Namun membayangkan ukuran penis yang akan menggarapnya mebuat Baby makin bersemangat.
“Ohhh….. terussss Non… Ssspppp…. ohhhh…. enak non, terus” racau Jo tidak karuan.
Baby pun kini menjepit penis Jo dengan payudaranya yang montok. Ia menaik turunkan payudaranya. sembari mulutnya masih mengulum penis Jo.
“Ohhhhh…. ” lenguh Jo panjang.
Tak urung isapan mulut seksi Baby ditambah jepitan Payudara Baby membuat kelabakan setengah mati. Pertahanan Jo akhirnya jebol,
“Uh… non… Jo mau keluar non, lepas dulu non!”
Namun Baby tidak memperdulikan ucapan Jo dan terus menghisap penisnya hingga akhirnya Jo ejakulasi dalam mulut Baby.
“Uhhh…. Ohh…..” “crot…crot….crot…” lebih dari lima kali penis Jo berkedut, namun Baby Margaretha masih belum melepaskan isapannya dari penis Jo, seolah tidak ingin melewatkan setetespun sperma yang keluar dari penis Jo. Cairan putih itu dilahapnya dengan rakus. Jo hanya bisa mendesah keenakan
“Ahhh….. Non Babyy….”
Baby Maragaretha pun menyelesaikan isapannya dengan sebuah kecupan kecil pada lubang kencing Jo. Lalu ia menjulurkan lidah menunjukkan sisa sperma yang dia tampung di mulutnya pada Jo, kemudian menelannya habis. Pemandangan nakal itu membuat Jo takjub.

Baby Margaretha kemudian meminta Jo untuk mengambilkan segelas air dingin dari lemari es di pojok kamar. Ia lalu meneguk air minum tersebut.
“Uih… seger Jo…” kata Baby Manja.
“Non, apa gak jijik nelen peju? Emang rasanya enak ya Non” tanya Jo keheranan.
“Habis pejumu enak sih Jo” kata Baby terkikik. “gurih lagi” godanya.
“Eh apa iya non ” kata Jo polos tidak percaya.
“Enggak segitunya kali Jo, tapi enak kok hahaha…” tawa baby.
Dalam hati Baby berpikir ternyata sangar-sangar gini Jo culun dan menyenangkannya, tidak seperti para pria yang pernah membookingnya yang hanya sekedar menginginkan sex darinya. Baby berpikir andai Jo mau menjadi budak seksnya pastilah asyik. Jo kini memulai inisatif, dibelainya lembut tubuh Baby Maragaretha dan diciumnya dengan lembut.
“Tadi malu-malu kucing, sekarang nagih ya Jo?” goda Baby nakal.
Jo hanya tersenyum dan kembali menggarap tubuh seksi Baby. Tak beberapa lama, penis Jo kembali menegang dan kini ia pun siap. Ia memposisikan dirinya di bawah dan Baby di atas. Baby pun tanggap dan segera membimbing penis Jo masuk ke dalam liang vaginanya. Perlahan-lahan Baby menurunkan pinggulnya, namun penis Jo memang besar. belum sampai tertelan semua, Baby merasakan sesuatu menyeruak di pintu rahimnya. Ternyata penis Jo Mentok di vaginanya.
“Uuuhh…gedenya, memek gua ampe penuh” gumam Baby dalam hati.
Baby mendiamkan dulu vaginanya menancap mencoba beradaptasi dengan penis Jo. Tak lama kemudian ia baru mulai menggoyangkan pinggulnya perlahan. Perlahan pula rasa perih dan sesak di vaginanya berkurang dan mulai tergantikan rasa nikmat. Baby menaik turunkan pinggulnya dipadu dengan gerakan maju mundur dan memutar. Terkadang Parjo menggodanya dengan mengangkat pinggulnya supaya penisnya masuk lebih dalam.
“Ahhh….. Ohhhh….. SSss… JJoooo….. Enak, Jo” ceracau Baby Margaretha.
Baby tambah mendesah-desah ketika tangan Parjo dengan usil menggerayangi payudaranya. Memijit-mijit puting dan membelai kedua buah dada dengan lembut.
“Iisseeeppp Jooo…. Ahhh…. Sshhh….” desah Baby meminta Parjo menghisap payudaranya.

Parjopun kini duduk memangku Baby dan menariknya mendekat padanya supaya ia dapat menyusu pada payudara montok itu. Baby pun melanjutkan genjotannya naik turun. 10 menit kemudian Parjo meminta Baby nungging namun ia tidak langsung memasukkan penisnya. Ia gerayangi payudara Baby dan ia tusuk-tusuk vaginanya dengan kedua jarinya membuat Baby tak tahan,
“Engghh…. Jo masukinnn….” pintanya lirih
Maka dengan satu sentakan medadak Parjo menusukkan penisnya pada liang vagina Baby. Membuat tubuh Baby melengkung ke atas disertai lenguhan nikmat. Kesempatan itu tak disia-siakan Parjo. Kepalanya meyusup melewati bawah ketiak Baby dan menyusu pada payudara Baby. Parjo sungguh membuat Baby kewalahan, penis Parjo menusuk dengan berirama. Sebentar lambat lalu tiba-tiba disusul dengan tusukan cepat penis Parjo hingga mentok ke mencapai pintu rahim Baby. Ditambah dengan isapan-isapan nakal pada puting payudara Baby sesekali disertai gigitan lembut. Serangan bertubi-tubi Parjo membuat Baby kewalahan. Tak berselang lama Baby melenguh panjang. Mulut seksinya membentuk huruf O dan punggungnya melenting ke belakang menandakan oragasmenya telah datang. Cairan cinta Baby mengalir deras dari sela-sela liang vaginanya. Namun Parjo tidak menghentikan tusukan-tusukan penisnya pada vagina Baby sehingga orgasmenya datang bergelombang. Hal ini tentu membuat Baby melenguh panjang. Bibir parjo kini berpindah dari payudara Baby menuju  bibirnya, Mereka berciuman dengan penuh gairah. Kini Parjo membuat Baby tiduran terlentang. Membuat Parjo lebih mudah melancarkan serangan-serangannya. Ia langsung menaikan kecepatan. Baik tangan kanan dan kiri tak luput membelai dan meremas-remas payudara seksi Baby. Bibir Parjo juga bergerilya dari satu puting ke bibir seksi Baby. Baby segera memperoleh orgasme kedua. Tubuhnya melenting ke atas namun tertahan oleh tindihan Parjo. Sementara itu kedua tangan Parjo meremas kedua payudaranya dan keduanya saling berciuman. Rupanya Baby menikmati kondisi dimana Baby seolah sedang diperkosa Parjo. Ia memeluk Parjo dan ia kaitkan kedua kakinya pada pinggul Parjo. Baby sekali lagi mendapatkan multi  orgasme. Kali ini Parjo makin mempercepat tusukannya. Baby kelabakan menerima gempuran itu hingga akhirnya ia mendapatkan orgasme keempatnya.
“Hekh….heh…. Non. Jo mau keluar non, Jo keluarin di luar ya non” kata Parjo takut membuat Baby hamil.
Namun Baby justru mengaitkan lagi kakinya pada pinggul Parjo dan memeluknya serta menciumnya dengan ganas. Membuat tekanan pada penis Parjo berlipat. Penis Parjo seolah dipijit-pijit dari segala arah plus telah mentok pada mulut rahim Baby seolah penis Parjo sedang menciumi pintu rahimnya. Membuat Parjo segera menyemburkan spermanya dengan deras pada rahim Baby.
“Crott….Crroott….Crroott…” penis Parjo berkedut-kedut mengeluarkan isinya mengisi rahim Baby.
Setelah melalui gelombang orgasmenya, Parjo pun ambruk menindih Baby. Penisnya masih menancap pada liang vagina Baby.

“Hhh…. Non, gak papa di dalem? Kalo non hamil gimana?” tanya Parjo resah.
“Kalo gue hamil, Jo tanggung jawab yah” goda Baby nakal.
“ehh…kok?” Parjo panik.
“Hahaha…. gak apa-apa Jo, baby selalu minum pil anti hamil kok, santai aja. Lagian lebih enak kalo dilepasin di dalem Jo, lebih dalem sensasinya” jelas Baby.
“Fuhh….” Jo pun menarik napas lega karena Baby hanya bercanda.
Kini mereka berdua bangkit dari ranjang, Baby segera menarik lengan Jo menuju kamar mandi. Kamar Mandi Baby tidaklah terlalu besar, namun ada bathub dan shower di dalamnya. Di dalam kamar mandi, Baby dan Parjo saling semprot dengan shower. Hampir seluruh tubuh Baby Parjo semprot, apalagi vagina Baby yang merah dan ditumbuhi sedikit bulu-bulu halus membuatnya kegelian.
“Hahaha…. Geli Jo…. Geli….” tawa Baby manja.
Kini giliran Baby mengerjai Parjo. Disemprotnya Parjo dan kembali penis Parjo ia jepit di antara payudaranya dan hisap-hisap hingga tegang kembali. Kali ini Parjo tidak mau kecolongan. Parjo menyandarkan tangan Baby pada bathub dan memegang pantat Baby mengepaskan dengan penisnya. Tiba-tiba, “blush…” penis Parjo menusuk masuk liang kenikmatan Baby, membuat Baby melenguh nikmat dan tubuhnya terlenting seksi ke belakang. Tangan Parjo pun memegang bongkahan pantat Baby.
“Ssshhh…. Jo, tampar pantatku Jo…” erang Baby nikmat.
“Plak….plak…plak….” tamparan pun mendarat di pantat Baby membuatnya memerah.
“Ssshhh…. Enak Jo, saya mau keluar” erang Baby menahan nikmat.
Parjo pun menaikkan kecepatan tusukannya. Kedua tangannya kini meremas-remas payudara Baby.
“Ohhh…..” “Crrrr….crrr…” Mulut Baby membentuk huruf O yang seksi. Tubuh Baby melenting ke belakang. Lututnya bergetar tak mampu menahan berat tubuhnya. Baby terjatuh pelan bertumpu pada lututnya. Sementara Parjo masih mendiamkan Baby menikmati orgasmenya dan menyangga tubuh Baby agar tidak terlepas.

“Jo, capek berdiri terus nih” keluh Baby manja.
Maka gantian lah Jo duduk di bathub dan memangku Baby yang sedang berusaha memasukkan penis Parjo ke dalam liang kenikmatannya. “Bleeeshh….” “Heghh….” Baby melenguh, merasakan penis Parjo menembus ruang terdalam liang kenikmatannya dan seolah mencumbu pintu rahimnya seolah membuat vaginanya meleleh nikmat. Jo pun berdiri dan menggendong tubuh Baby. Jo mulai melanjutkan persetubuhan yang hot itu. Dia menyandarkan tubuh Baby pada tembok, menusuknya dengan kencang, dan sesekali menciuminya. Sementara Baby mengaitkan kakinya dengan erat dan memeluk Jo kencang supaya tak jatuh. Posisi ini membuat tusukan-tusukan Jo semakin dalam. Baby pun mengerang keenakan, membuat Jo bersemangat. Tak berselang lama, tubuh Baby melenting mendapatkan orgasmenya. Jo yang pada posisi itu merasakan penisnya bagaikan di giling-giling nikmat oleh vagina Baby pun tak kuasa menahan gejolaknya lagi. Dengan sekali sentakan, penis Jo kembali mencium pintu rahim Baby Margaretha dan mengalirkan sperma hangatnya ke dalam rahim Baby, mengisinya penuh, seolah Jo ingin Baby mengandung anaknya. Mereka berduapun berciuman mesra, bibir dan lidah saling mengait, seolah tak ada hari esok. Jo pun duduk kembali pada bathub. Kali ini giliran lutunya yang bergetar. Sementara Baby sibuk membersihkan penis Jo dengan hisapan mautnya seolah tak ingin ada sperma yang tertinggal. Setelah itu merekapun mandi bersama, saling membasuh dan menyabuni satu sama lain. Tentunya Jo tak melewatkan kesempatan untuk kembali meremas-remas payudara Baby yang seksi.
____________________________
End of Night

Usai mandi, Baby meminjamkan kimono dan handuknya pada Parjo. Sementara Baby membalut tubuh seksinya dengan handuk ungu. Berjalan menuju lemari es dan menungging untuk mengambil botol air mineral. Mengarahkan pantat seksinya pada Jo, seolah kembali mengundang untuk bermain.

Melihat pemandangan yang begitu menggoda, Jo kembali mendekati Baby dari belakang dan memeluknya hangat.
“Ei…ei.. Jo… udah dulu dong, Baby mo istirahat dulu, kamu udah tiga kali keluar lo Jo” kata Baby Margaretha sewot.
“Hehehe… tanggung non, biasanya kalo udah tiga juga Jo lemes. Cuman entah kenapa ini otong “naek” lagi, udah deh non, nurut aja yah” Kata Jo terkekeh.
“Gawat, gue lupa, tadi udah masukin viagra ke minuman Jo” gumam baby lirih. Namun apa daya, serbuan Jo juga kembali membangkitkan gairah Baby Margaretha. Tubuhnya haus akan belaian lelaki. Beberapa hari ini memang para bos-bos dan eksekutif yang membookingnya belum memanggilnya lagi karena sedang sibuk, maklum akhir tahun, masa tutup buku, sedang sibuk-sibuknya, sehingga ia tidak merasakan seks yang penuh gairah sejak itu. Baby pun menyambut ajakan Jo, dan kembali mereka keduanya memadu kasih hingga pagi menjelang.

joanna

Kenalin, namaku Bondan Wibowo. Nama kerenku Bonny, tapi karena gigiku yang tonggos mirip pelawak tahun 90-an, teman-temanku menambahkan nama Boneng dibelakangnya, jadilah namaku Bonny Boneng. Saat ini usiaku sudah 35 tahun, dan bekerja sebagai bouncer di sebuahNight Club terkenal di Jakarta. Tau kan artinya bouncer? Ya, penjaga keamanan alias tukang pukul. Modalku sebenarnya hanya badan gede kayak gorila, dan… muka serem kayak… hmmm… gorila juga (tapi gorila tonggos). Sebenernya aku tidak punya keahlian apa-apa, baik bela diri, maupun bela- bela yang lain. Cuman biasanya dengan satu kerlingan gorila ku, para pemabuk yang berbuat onar langsung menurut. (kisah BB) Aku mau menceritakan pengalamanku belum lama berselang. Pengalaman yang menurutku sih cukup unik juga. Sebagai tukang pukul di sebuah Night Club gaul, pekerjaanku selalu dikelilingi cewek-cewek cantik, yah PSK kelas tinggi, waitress, para penari sensual, ataupun para pengunjung cewek yang rata-rata anak gaul alias anak clubbers, bahkan dari kalangan selebritis pun ada. Nah, salah satu seleb kita yang menjadi langganan Night Club tempatku bekerja adalah Joanna Alexandra Arimbi Kairupan. Mungkin namanya gak begitu familiar yah? Dulu dia bintangin iklan Ponds, trus jadi model video klip Peter Pan yang..
” dan mungkin bila nanti, kita kan bertemu lagi,
 satu pintaku jangan, kau, tagih uangmu kembali”

Yah kalo gak salah gitu deh. Oh doski juga sering bintangin sinetron dan main film, tapi yang gak begitu hits gitu. Ohh yang paling mantap, dia jadi cover majalah Playboy! Trus banyak foto-fotonya yang bikin deg-deg crott deh. (kisah BB) Emang sih dari gosip yang aku dengar, ni cewek cukup “nakal” juga, selain seorang clubbers sejati, ia sering pulang mabuk, dan hmm, sering berbuat gak senonoh ama pacarnya di toilet Night Club, lapang parkir, mobil, bahkan di belakang gerobak nasi gorengnya si Jamal (kata dia sih, tapi dia mah selain tukang Nasgor, juga nyambi jadi  tukang bo’ong), tapi semua itu cuma gosip yang gak pasti kebenaranya. Lagipula meskipun iya juga gak apa-apa aku tak peduli, soalnya  aku bener-bener suka banget ama nih cewek. (kisah BB) Untuk sementara, aku cukup puas dengan melihatnya dari jauh-dekat, dan abis itu biasanya diikuti dengan hand job sendiri di kamar mandi. Tapi lama kelamaan (sampai tangan ku jadi alus banget kayak model dan wangi sabun permanen karena kebanyakan coli) aku tidak tahan lagi. Akupun memutuskan untuk menempuh segala cara supaya bisa menikmati tubuh mulus  Joanna chayank. Jadi… begini ceritanya.

*********************
Take 1 (one)

Terinspirasi dari beberapa kisah di blog KBB (kisah Beauty & Beast) favoritku, cara terbaik memperkosa artis adalah dengan memerasnya melalui foto-foto atau video seronok, pokoknya yang bisa bikin orang-orang berjenggot kebakaran jenggot, dan yang gak berjengot? Yah kebakaran isi celananya. Jadi diam-diam aku memasang kamera mini yang aku pinjam dari temanku Budi Han, masih inget kan fotografer yang dipenjara cuman gara-gara ngerekam plester (tapi plesternya nempel di toketnya Rachel Maryam), nah si Budi ini orangnya. Dengan bekal yang kudapat dari hobiku mengotak atik mobil tamiya, akupun memasang kamera mini itu di toilet Night Club tempatku bekerja, dan membiarkannya semalaman. (kisah BB)
Malam itu Joanna seperti biasa datang ke Night Clubku, tapi kali ini aku membiarkannya saja, tentu saja sambil berdoa semoga Joanna berbuat yang nggak-nggak di toliet. Singkat kata, malam pun berganti pagi, dan jam kerjaku usai. Aku segera pergi ke toilet wanita dan mempreteli kamera tersembunyi itu. Sesampainya di rumah, aku segera mentransfer video image dari kamera itu ke komputer berprosesor AMD Moron 1750 milikku. Dan… hore! Ada rekaman waktu Joanna lagi pipis, trus yang hebohnya…  ada juga rekaman waktu dia cipokan trus  fingering ama pacarnya di toilet. Akupun tertawa terbahak-bahak, “Hua-ha-ha-ha dengan ini kau pasti akan menjadi milikku Ha haha!” teriakku, sampai tiba-tiba…(kisah BB)
“He tonggosss! Berisik banget sih lu! Mau gue kikir tuh gigi ampe abis!” istriku membentakku dari dalam kamar.
“Ehmm iya Mona sayang, maafin abang say” kataku.
“Sayang, sayang, mendingan luh cuci tuh pakain kotor, trus masak masakan yang enak! Gue mau makan!” teriak istriku lagi.
“Iya sayang” kataku lagi.
Hmm, sori, bukannya aku takut ama istriku, cuman aja… ehmm, dia…  anu… bikin aku ngeri… hiiiii.
******
Dua malam kemudian aku melihat Joanna lagi, dia baru saja turun dari mobilnya dan hendak menuju pintu masuk Night Club. Aku yang waktu itu kebetulan sedang berjaga di pintu masuk langsung menggunakan kesempatan ini, aku bergegas menghampirinya. (kisah BB)
“Maaf non Joan, kalau boleh saya mau bicara sebentar” kataku sopan.
Ia memandangku sejenak,dengan tatapan curiga.
“Kamu satpam disini kan? Siapa, hmm Boneng yah?! Mau apa Neng” katanya kemudian.
Rasa percaya diriku yang berkobar-kobar sedikit padam, selain karena ia tampaknya tidak takut dengan tampang gorilaku, juga karena ia baru saja memanggilku “neng”, emangnya aku cewek ABG?!
“Ehmm gini, saya memegang rahasia non Joan, dan kalo non pengen saya tutup mulut…” kataku sengaja berhenti ditengah jalan, untuk menambah ketegangan. (kisah BB)
“Rahasia apaan maksud lu?!” nada kekhawatiran tampak jelas dari suaranya.
Dengan senyum kemenangan, aku mengulurkan amplop berisi foto-foto snapshot video yang kurekam waktu itu. Ada foto Joanna yang sedang pipis dan memperlihatkan celana dalam dan sedikit isinya, lalu ada juga foto ia sedang berciuman dengan pacarnya, dan tangan pacarnya sedang menyelusup kebalik rok yang dikenakan Joanna.

Joanna sejenak melihat-lihat isi foto-foto tersebut. Ia membolak- balik nya dengan tampang geram. Hua ha ha, ini dia saatnya! Teriakku dalam hati, aku percaya diri bahwa dengan foto-foto ini, Joanna pasti akan jatuh dalam pelukkanku…
“Segini doang?…”
Hmmpp, pertanyaan itu langsung menghapus senyum kemenangan diwajahku. (kisah BB)
“Apa non?” kataku kebingungan.
“Ini yang lu maksud rahasia gue?” katanya santai.
“Ehhh.. iya…” kataku gagap.
“Ya elah, kirain apaan?! Kalo segini doang sih belum apa-apa, masih banyak foto-foto gue yang lebih parah lagi. Kalo lu mau ntar gue kirimin ke rumah lu” katanya sambil mendorongkan amplop berisi foto-foto itu kedadaku, lalu berjalan melewatiku menuju pintu Night club.
Aku bengong, rahangku jatuh sehingga mulutku terbuka, sementara amplop itu jatuh ke dekat kakiku.
Bukan reaksi seperti ini yang aku harapkan.
Huaaaa tampaknya harus ganti rencana nih! (kisah BB)

*******************************
Take 2 (two)

Aku sebenarnya tidak ingin memakai cara ini, tapi cara ini sepertinya yang paling ampuh dan populer (menurut KBB sih), yaitu penculikan dan perkosaan dengan ancaman kekerasan. Jadi beberapa malam kemudian aku mempersiapkan sebuah kupluk yang menutupi hampir seluruh wajah, kecuali kedua mata dan mulutku. Aku juga coba mencari pisau lipat untuk mengancam Joanna, tapi karena tidak ada, aku akhirnya meminjam pisau pramuka milik anakku. Pagi itu (jam 1 dini hari), aku mengintai ketika Joanna yang setengah mabuk baru saja keluar dari Night Club dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir di lapangan parkir. Aku melihat ke sekeliling, sepi sekali, kesempatan yang amat bagus. (kisah BB) Aku pun memakai kupluk yang kubawa dan bergegas menghampiri Joanna yang sedang membuka pintu mobilnya. Tapi ia mungkin mendengar langkah kakiku yang sedikit terburu-buru, sehingga belum sempat aku meraihnya, ia sudah membalikkan badan menghadapku. Sekejap ia tampak kaget dan ketakutan melihatku, jadi akupun mengeluarkan pisau pramuka anakku, dan mengeluarkan ancaman yang sudah kulatih didepan cermin seharian ini.
“Jangan bergerak, jangan teriak! Kalo nona menurut, saya gak akan sakitin nona” kataku diseram-seramkan.
Joanna tampak membungkuk seperti hendak masuk kedalam mobil, akupun bergegas menghampirinya sebelum ia sempat kabur, tapi Joanna kembali turun dari mobil, dan tanggannya menggenggam sebatang kunci Inggris yang panjang dan besar. Langkahku pun terhenti. (kisah BB)

Entah mengapa ekpresi wajah Joanna membuatku ngeri. Rupanya aku melupakan faktor pengaruh alkohol dalam kalkulasiku, Joanna rupanya hendak melawan!  Aku langsung membalikkan badan dan berusaha kabur, aku lari sekuat tenaga, tapi Joanna rupanya mengejarku.
“Heh bangsat mau kemana lu!” teriakknya.
Aku menoleh dan melihatnya masih mengejarku sambil mengacungkan kunci inggris ditangannya. Sialan kenceng juga larinya. Aku pun kembali melihat kedepan dan berlari sekuat mungkin. Sayangnya saat itu aku tidak melihat bagaimana Joanna melemparkan kunci Inggris itu sekuat tenaga kearah kepalaku. Aku memang tidak melihatnya, tapi aku merasakannya. (kisah BB) Bleettaakk! Kunci inggris itu mendarat tepat di bagian belakang kepalaku. Pandanganku langsung nanar, diikuti bintang-bintang kecil yang menari-nari. Lariku terhenti dan kini hanya bisa jalan sempoyongan kayak orang mabok. Pandanganku langsung gelap dan aku pingsan dengan sukses. Tapi, lho kok! Aku serasa melihat Rhoma Irama, lengkap dengan selendang dan gitarnya, dengan asyik menyanyi lagu Judi.
“mengapa semua yang asyik-asyik, itu diharamkan
Mengapa semua yang enak-enak, itu yang dilarang”

******
Waduh kepalaku rasanya kayak baru keinjek gajah. Minum bodrex sekarung mungkin baru bisa ngobatin nih sakit. Aku membuka mataku dan melihat kesekeliling. Aku rupanya masih terbaring di jalanan di dekat Night Club. Kupluk masih menempel di kepala, sepertinya identitasku masih belum terungkap. Aku bangkit duduk dan mengusap-usap bagian belakang kepalaku, ada benjolan segede telor angsa disana, hasil “ciuman” kunci inggris sialan! (kisah BB) Aku bangkit dengan sedikit sempoyongan, kulihat matahari sudah mulai terbit pertanda pagi menjelang.
Ahh sialan! Bakal kena semprot bini nih!
************************
Take 3 (three)
Beberapa malam kemudian Joanna kembali ke Night Club. Ia datang sendiri sementara teman-temannya telah menunggunya di salah satu meja. Joanna tampak memberi isyarat pada waitress yang lewat, tanda ia hendak memesan minuman. Aku segera menghampiri Tini si waitress yang baru saja menyampaikan pesanan Joanna pada bartender.
“Tin, itu non Joan mesen apa barusan?” kataku keras-keras berusaha mengatasi bisingnya musik yang terus berdentum.
“Long Island Iced Tea. Napa emang?” Tanyanya balik. (kisah BB)
Kesempatan! Pikirku. Aku memang sudah menceritakan hampir semua trik ku, tapi ada satu yang belum. Aku buru-buru mengeluakan satu bungkusan dari saku celanaku; Obat Tidur Cap Kuda Kelenger, yang bisa bikin semaput gajah sekalipun. Begitu si bartender meletakkan pesanan Joanna diatas meja bar, aku segera menyambar gelas itu sebelum Tini. Aku cepat-cepat menuangkan obat tidur itu kedalamnya dan mengaduknya supaya larut. Karena tidak yakin dosisnya, aku memasukkan seperempat bungkus saja, Joanna kan bukan gajah.
“Eh apaan tuh Bon? Lu jangan macem-macem yah!” hardik Tini ketika melihat perbuatanku.
“Udah lu tenang aja. Ini cuman obat biasa kok, buat sakit panu. Non Joan katanya lagi panuan tuh” kataku asal.
Tini masih menatapku curiga. (kisah BB)

“Apaan sih ngeliatin gue kayak gitu?! Udah sana kasih nih pesenan. Udah nunggu tuh orangnya!” kataku dengan nada mengancam.
“Oke, tapi awas lu yah, kalo ada apa-apa, nama gue jangan dibawa-bawa” kata Tini sambil beranjak mengantarkan pesanan Joanna.
Aku langsung mengawasi kearah meja Joanna, melihat bagaimana Ia meminum Long Island Iced Tea yang telah kucampuri obat itu. 30 menit berikutnya seperti tidak ada pengaruh, ia masih tertawa-tawa dan bercanda dengan teman-temannya. Apa mungkin dosis obatnya kurang? Pikirku dalam hati. Tapi tiba-tiba senyumnya hilang, matanya setengah terpejam dan ia memijat pelipisnya. Ia tampak menggeleng-gelengkan kepalanya, dan akhirnya Joanna bangkit dari duduknya dan berjalan menuju toilet. Jalannya tampak sempoyongan seperti orang mabok. (kisah BB) Aku langsung berjalan dan menunggu didepan pintu toilet, menunggu ia keluar. Tak lama kemudian Joanna pun keluar dan tampaknya masih pusing berat. Aku segera berdiri menghadangnya.
“Kenapa non?” kataku pura-pura lugu.
“Tau nih, kok kepala gue pusing banget, trus ngantuk gini. Tolong panggilin taksi dong, gue kayaknya gak kuat nyetir nih” katanya sambil terus menggosok-gosok pelipisnya.
Aku terus berdiri disana. (kisah BB)

“Lho kok malah diem. Sana…” Joanna tidak sempat menyelesaikan kalimatnya. Ia langsung jatuh tersungkur, dan langsung kusambar tubuhnya sebelum terbanting ke lantai.
Beberapa kali mengguncang tubuhnya, untuk mengetes sejauh mana obat tidur itu mempengaruhinya. Setelah yakin, aku lalu mengangkat tubuh mungil itu dan membopongnya keluar lewat pintu belakang, terus hingga sampai ke jalan. Beberapa pegawai sempat menanyakan apa yang terjadi, jadi kujawab aja kalo non Joanna pingsan karena kebanyakan minum, dan mau aku anterin pake taksi. Di luar, aku menyetop taksi yang lewat dan menyuruhnya pergi ke penginapan XY. Pengelola penginapan kelas kambing itu adalah temanku, ia tidak akan banyak tanya kepadaku, karena memang kebanyakan pelanggannya adalah orang-orang yang tidak suka orang yang banyak tanya dan banyak omong. Semuanya berjalan atas asas “aku tahu kamu tahu, sudah jangan bilang siapa-siapa” (kisah BB) Singkat kata aku sampai di penginapan yang kutuju dan langsung menuju meja resepsionis.
“Pen, gue butuh kamar” kataku pada Pendi si penjaga penginapan yang sedang asyik menonton siaran bola di lobby.
Ia melirik kearahku, lalu kearah Joanna yang masih berada di boponganku. Dengan lagak tak acuh ia meraih kunci dari rak kunci dan menyerahkannya kepadaku. Akupun mengambil kunci itu dari tangannya dan berjalan mencari nomor kamar yang tertera di gantungan kuncinya.

Sampai di dalam kamar aku meletakkan tubuh Joanna keatas tempat tidur, jantungku berdetak keras, saking kencangnya sampai terasa seperti bedug. Perlahan aku duduk dipinggir tempat tidur dan membelai wajah cantik Joanna yang sedang terlelap, kalo sedang seperti ini ia kelihatan amat cantik dan innocent, hilang sudah image anak gaul dan dugem yang selama ini melekat padanya. Tanpa sadar aku terus menerus membelai pipi halus itu. (kisah BB) Aku lalu membuka kaus hijaunya dengan sedikit susah payah, hingga akhirnya aku berhasil menariknya lepas, kaus itu langsung aku lemparkan kesudut ruangan. Ternyata Joanna tidak memakai apa-apa lagi dibalik kausnya, hingga terpampanglah dua gundukan bukit payudara yang putih mulus dan amat indah dipandang. Aku tanpa sadar menahan nafas melihat keindahan itu, ughhh sungguh sesuai dengan yang aku bayangkan selama ini. Dengan tangan sedikit gemetaran, aku mengulurkan tanganku. Satu jariku menyentuh puting payudaranya yang berwarna coklat kemerahan, aku memutar-mutarkan jariku sebentar, lalu telapak tanganku langsung meraih bukit payudaranya, aku mengusapkan telapak tanganku dan menikmati lembut dan kenyalnya payudara Joanna. Akhirnya aku menggunakan kedua tanganku, dan perlahan memijati kedua bukit  payudara Joanna, Kenyal, lembut, halus, putih.  Tanganku gemetaran, rasanya aku bisa merasakan detak jantung Joanna. Aku pun dengan perlahan meremas bukit kenyal itu, sementara jempol tanganku memencet dan memutar puting payudaranya. (kisah BB)

Tanganku kini meraih pinggang Joanna dan menarik rok mini jeans yang ia kenakan, dengan sedikit mengangkat pantatnya,  dengan mudah celana pendek itu meluncur mulus melewati kedua kaki Joanna. Aku melemparkan celana itu begitu saja. Kini Joanna berbaring pasrah didepanku, dengan hanya mengenakan celana dalam mini berenda berwarna hitam saja. Ouuuhh so sexy. Aku mendekatkan mulutku hingga hinggap di paha Joanna yang putih mulus, wangi semerbak kini menusuk hidung, aku menciumi dan menjilati paha mulus itu, hingga akhirnya mulutku hinggap di pangkal paha Joanna, mulutku kini menciumi selangkangan  yang masih tertutup celana dalam itu, aku menjilati belahannya dari balik celana dalam hingga sedikit basah. Kedua tanganku kini meraih celana dalam itu dan menariknya menyusuri kaki indah Joan, betis, lewat pergelangan, dan terlepas, kulepaskan begitu saja hingga terjatuh diatas ranjang. aku lalu meraih kedua lutut Joanna, lalu mementangkannya lebar-lebar. (kisah BB) Hmmppp, aku tercekat, mataku melotot seakan hendak meloncat keluar dari tempatnya, mulutku ternganga. Belum pernah aku melihat pemandangan seindah ini sebelumnya. Vagina Joanna sedikit gemuk dan kemerahan, belahannya masih rapat dan amat tipis, rambut-rambut halus yang cukup lebat menghiasi bagian atas vaginanya, sementara belahannya sendiri bersih rapi.

Tiba-tiba Joanna mengerang pelan, tapi cukup untuk menghentikan detak jantungku sesaat. Efek obatnya pasti sudah menipis. Dengan sedikit panik aku berlarian sekeliling ruangan, mencoba mencari sesuatu yang bisa aku pakai sebagai tali pengikat. Tapi karena tidak ada tali, aku lalu merobek-robek salah satu sarung bantal diatas tempat tidur itu. Aku membaginya menjadi 3 dan sedikit memilinnya. Dengan terburu-buru aku mengikat kedua tangan menjadi satu dan kaki Joanna ke ke dua ujung ranjang besi tersebut, sehingga kedua tangan dan kakinya terpentang lebar membentuk huruf Y terbalik. Untung dulu aku pernah jadi pembimbing pramuka, jadi soal ikat mengikat aku lumayan ahli. Tidak lupa aku memakai kupluk yang sudah kusiapkan. Kupluk itu menutupi hampir seluruh wajahku, kecuali kedua mata dan mulutku(kisah BB) Tepat ketika aku selesai mengikat kedua tangan dan kakinya, Joanna membuka matanya.
 ”Udah bangun non?” kataku
Ia memandang sekeliling ruangan, tampaknya masih pening akibat efek obat yang kuberikan.
“Dimana nih? Lu siapa? Ehhh! Apaan nih, ngapain pake ngiket-ngiket segala?!” Ia langsung panik dan meronta-ronta ketika ia menyadari bahwa dirinya terikat erat.
“He he he, tenang aja non, asal non tenang dan menurut. Non nggak akan saya apa-apakan, malahan mau dikasih enak nih non” kataku dengan suara diseram-seramkan.
Dan berhasil, ia tampak ketakutan sekali melihatku. Ia pun sepertinya langsung menyadari apa yang hendak kulakukan.
Tiba-tiba raut ketakutan Joanna menghilang, ia malah mengernyit melihatku. (kisah BB)

“Lah rupanya lu! Mau lu apa sih?!” katanya setengah berteriak.
“Eh, siapa maksud non?” kataku kaget setengah mati.
“Lu satpam gila itu kan? Boneng kan? Gangguin gue terus, apa sih mau lu, duit?” katanya geram.
“Satpam apaan? Non salah orang. Nama saya Rhomi” kataku ngawur karena gugup.
“Rhomi? Rhomi Irami?!, heh pake topeng sih pake, tapi itu gigi gondrong lu masih nongol!” katanya kemudian.
Waduh sialan! Gue lupa, kupluk ini tidak bisa menutupi ciri khasku , yaitu gigi tonggosku.
“Dasar, gorila tonggos… awas… lu kalo ngapa-ngapain gue… gue rontokkin… gigi gondrong lu!
Lepasin gak? Kalo gak gue teriak nih..hmmppppp..hmm..hmppp”
Karena panik, aku segera membenamkan celana dalam Joanna kedalam mulutnya sendiri. Aku tak mau ambil resiko kalau ada yang mendengar teriakan Joanna. Karena identitasku sudah ketahuan, akupun melepaskan kupluk yang kupakai. (kisah BB) He he he, sekarang semua urusan sudah beres, saatnya berpesta! Aku segera membuka seluruh pakaianku, termasuk celana dalamku, dan aku segera duduk didepan selangkangan Joanna yang terkangkang, sementara yang punya selangkangan sedang meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan pramuka milikku.

Aku mengulurkan tanganku perlahan, jariku akhirnya menyentuh vaginanya dari bagian bawah, lalu menyusuri belahannya, naik keatas perlahan, lalu kembali turun hanya saja kali ini jariku terbenam agak dalam. Joanna menegakkan kepalanya, ia melotot melihat jariku yang menyusuri vaginanya, iapun mengalihkan pandangannya dan melotot mengancam padaku, disertai sedikit gumaman tidak jelas, karena mulutnya tersumpal celana dalam miliknya sendiri. Jari tengah tangan kananku kini terbenam makin dalam, dan dalam, sementara jari-jari tangan kiriku membuka bibir vagina Joanna selebar mungkin, hingga akhirnya seluruh jari tengahku amblas masuk kedalam vaginanya. Joanna memekik kecil, sementara aku mendiamkan tanganku, menikmati jepitan dinding vagina yang berdenyut denyut itu. (kisah BB) Perlahan aku memaju mundurkan tanganku, lalu sedikit demi sedikit meningkatkan kecepatanku, hingga akhirnya jari tengahku bergerak dengan liarnya keluar masuk vagina Joanna yang lama-kelamaan mulai basah. Gumaman Joanna kini makin keras, hmm ia pasti sedang memaki-maki aku, mungkin nyumpahin supaya aku impoten atau mandul. Rontaan Joanna juga makin keras, tubuhnya berguncang-guncang keras, begitu juga kedua payudaya putih mulusnya, mental-mental indah sekali. Tidak tahan aku melihatnya, aku langsung menindih tubuhnya, mulutku langsung mencaplok salah satu puncak payudaranya, rasa lembut itu kini memenuhi mulutku, bercampur harum wangi tubuh yang makin memabukkan, lidahku langsung memainkan puting payudara dalam mulutku, kupilin, lalu kuisap, dan kugigit perlahan payudara itu beserta putingnya.

Sambil terus menggerakkan jariku keluar masuk liang vaginanya, aku mengulum dan meremas buah dada gadis itu perlahan, terasa membusung lembut, putih dan kenyal. Tarian lidahku diputing susunya yang kecil kemerahan itu mulai membuat puting itu berdiri dan mengeras. (kisah BB) Erangan keras keluar dari mulutnya, pinggulnya bergoyang-goyang tidak jelas, entah berusaha melepaskan diri atau justru menyambut gerakan jariku. Namun tampaknya ia merasakan kenikmatan yang amat sangat, sebab kini yang keluar dari mulut Jessi bukan lagi teriakan-teriakan terpendam, tetapi erangan-erangan pendek yang tertahan.
“Egh.egh..egh.egh…” begitu seterusnya
Gerakan kami berdua makin lama makin keras dan cepat, hinggga akhirnya… aku merasakan tanganku disemprot oleh cairan hangat yang muncrat dari dalam vagina Joanna. Ia pun tampak terengah-engah, dadanya turun naik dengan cepat, sementara gerakan tubuhnya terhenti.
“He he he ngecrot yah non? Padahal baru jari saya lho” kataku menggodanya.
Joanna masih berbaring terengah-engah, matanya tampak setengah terpejam.
Detak jantungku kembali berdegup cepat. Gundukan bukit kecil yang bersih, dengan bulu-bulu yang tidak begitu lebat itu tampak berkilatan di depanku. Tanganku kembali menyentuh  vaginanya, kini aku membuka bibir vagina itu selebar mungkin, hingga makin merekah indah dan memperlihatkan isinya yang berwarna merah muda, sungguh mengundang minta ampun. (kisah BB)

Kudekatkan kepalaku agar pemandangannya lebih jelas. Dan memang indah sekali. Aku tak bisa menahan lagi, segera kudekatkan mulutku dan kulumat vagina itu dengan bibir dan lidahku. Rakus sekali lidahku menjilati setiap bagian liang vagina Joanna, rasanya tak ingin aku menyia-nyiakan kesempatan. Dan tiap lidahku menekan keras ke bagian yang menonjol di pangkal liang kewanitaannya, ia mengelinjang kegelian dan ia pun beberapa kali mengejangkan kakinya. Aku tak peduli akan semerbak bau yang khas memenuhi seputar mulutku. Malah membuat lidahku bergerak makin gila, kukeluarkan jurus-jurus andalanku, “Jilatan Badai Berputar” dan “Jilatan Tanpa Bayangan”, efeknya amat dashyat, Joanna kini sudah tidak bisa menguasai diri lagi, nafasnya pun sudah tidak terkontrol, terengah-engah dan berat. lidahku terus masuk ke dalam liang vaginanya dan menari-nari di dalamnya. Mengait-ngait kesana-kemari, menjilat-jilat seluruh dinding Vagina Joanna. Iapun menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat kesana-kemari , pasti karena merasakan kegelian bercampur dengan kenikmatan yang amat sangat. Dengan jariku aku membuka bibir vagina itu, lalu disorongkan sedikit ke atas. Aku mengincar klitorisnya, menjulurkan lidah, lalu kujilat dan kujepit klitorisnya dengan bibirku. Tubuh Joanna melonjak-lonjak seperti kesetrum, karena itu memang bagian tubuh perempuan yang paling sensitif (selain hatinya tentu saja, he3x). (kisah BB)
Aku melirik kearah wajah Joanna. Wajah cantiknya kini telah dihiasi cucuran keringat, sorot matanya sayu memandangku,  rona pipinya memerah. Ekspresi horny sudah jelas terbayang dari wajahnya, nafsuku kini semakin menggebu-gebu. Aku menegakkan tubuhku dan mengambil posisi seperti merangkak diatas tubuh Joanna, ia tertegun saat aku berada di atasnya dengan penis yang tegak berdiri. Oh iya, cerita-cerita ginian kan biasanya suka dijelasin panjang pendeknya dan bentuknya “si otong” yah? Jadi aku gambarin aja “si otong” ku; Panjangnya 20 cm dan diameternya tebel…
Apaan?…  Bo’ong? He he he, emang iya! Oke deh jujur panjangnya 17 cm… hmmm iya deh ngaku, cuman 13 cm kok, tapi diameternya emang tebel lho, trus uratnya juga gede-gede kayak bodybuilder, kalo yang ini aku gak bohong. (kisah BB) Sambil bertumpu pada lutut dan siku, aku mencabut celana dalam yang kusumpalkan pada mulut Joanna. Aku mengira ia akan berteriak-teriak minta tolong, atau setidaknya memaki-maki aku, tapi ternyata sunyi-sunyi aja tuh. Ia justru menatapku dengan mulut setengah terbuka seakan minta dicium, dan emang langsung kucium. Bibirku melumat, mencium, dan kadang menggigit kecil bibirnya. menjelajahi seluruh tubuhnya. lidah ku segera menyusup tanpa perlawanan masuk kedalam mulut nya, lidahku lalu memijati lidah Joanna, sehingga lidah kami lalu saling membelit.

Yeah, the game is on! Ia sudah nefsong berong! air liur kami pun saling bercampur dan berlepotan di sekitar bibir kami. Perlahan kugesekan-gesekan ujung penisku ke bibir vaginanya kulakukan dengan hati-hati. Vagina itupun makin membasah. Akhirnya kudorong sedikit pantatku, dan kepala “si otong” pun melongok kedalam “gua antik” itu, entah apa yang “si Otong” lihat didalam sana, yang jelas ia amat betah didalamnya dan enggan keluar. (kisah BB)
“aauuhh…, Boneng…, tunggu dulu”, pinta Joanna sambil mengoyang-goyangkan pantat sebisanya.
Tapi aku mana mendengar, secara perlahan sesenti demi sesenti kudorongkan penisku memasuki gua yang sempit tersebut, kurasakan penisku terasa hangat saat menembus lubang vaginanya. Dan Joanna pun meringis menahan laju penisku di vaginanya dan…, Bles…, goyangan terakhir cukup kuat dan berhasil membenamkan sebagian besar penisku pada vaginanya yang kelihatan penuh karena penisku terbenam didalamya. “Bleeeess…, blesssess”, “Akhh…, akhh”, sungguh luar biasa, sungguh nikmat sekali vaginanya,Aku mendiamkannya sesaat dan merasakan jepitan dinding vaginanya yang berdenyut-denyut seperti memijat penisku
ketika penisku sudah masuk semua ke dalam vaginanya, lalu kuangkat lagi dan kubenamkan lagi sambil kugoyangkan perlahan ke kanan kiri dan ke atas dan bawah, gemetar badanku merasakan nikmat yang sesungguhnya yang diberikan oleh vagina Joanna ini, aneh sangat luar biasa, vaginanya sangat menggigit lembut, menghisap pelan dan meremas senjataku dengan lembut. Benar-benar vagina yang luar biasa, lain dari yang pernah kurasakan sebelumnya. (kisah BB)
Lalu dengan lebih semangat lagi aku “mendayung” dengan goyangan dan gerakan ciptaanku; pertama-tama goyang gergaji, lalu goyang ngecor, terakhir goyang poco-poco… Akhirnya senjataku kubenamkan habis ke dasar vaginanya yang lembut, habis kutekan penisku dalam-dalam, nikmat luar biasa. Kulihat sekujur tubuh Joanna menegang, mata indahnya amat sayu menatapku dan nafas bagaikan kuda pacu disertai keringat mengalir disekujur tubuhnya, rontaannya kini bukan untuk melepaskan diri, tapi justru untuk menyambut setiap goyangan dan gempuranku.
“Oh yes, yesss… oh.. oh no, oh no” desahnya plin- plan.
Dan tak sampai lima belas menit kemudian, kulihat matanya terbelalak keatas dengan kepala mendongak tanda ia sedang menikmati klimaks. (kisah BB)
“aduh…aduh sialan… gila… oh shiitt….” Dan sederet kata mutiara lainnya merentet keluar dari mulut Joanna. Cairan hangat pun keluar dari vaginanya, menyiram penisku yang masih menggenjotnya.
Akupun sebenarnya sudah hampir keluar, tapi karena tidak ingin cepat cepat selesai, aku menghentikan gerakanku dan mencabut penisku dari vagina Joanna. Sebuah ide menghantamku keras sekali layaknya tinju Chris John, aku membuka ikatan kaki kiri Joanna dan memiringkan tubuh bagian bawah Joanna, sehingga tubuhnya seperti terpuntir. Dan… itu dia yang kucari, lubang anusnya.

Aku menjilati telunjukku hingga cukup basah, lalu mulai ku usap-usap pada liang anusnya, kumasukkan telunjukku perlahan pada lubang anusnya.
“Eh ngapain lu! Eh gila… gila, jangan disitu monyo…hmppp” Aku langsung membungakam mulutnya kembali dengan CD andalan.
Wajah Joanna tampak pucat ketika menyadari maksudku, iapun menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pandangan memohon. Sejenak aku sempat merasa tidak tega, tapi mahluk bertanduk dua dan berekor di sebelah kiriku terus menyorakiku untuk maju terus, jadi “mahluk bertanduk satu” inipun melaksanakan ajakannya. (kisah BB) Kini hampir seluruh telunjukku masuk kedalam anusnya, badannya bergetar hebat diiringi dengan suara geraman marah dari joanna, diikuti rontaan yang cukup keras. Tapi aku tidak peduli dan terus melanjutkan niatku. Aku segera mencabut telunjukku, dan sebagai gantinya aku menempelkan “si Otong” di bibir anus itu. Kali ini “si Otong” terpaksa melongok isi gua yang lebih “antik” lagi daripada yang tadi. Aku terus berusaha memasukkan batang penisku ke dalam anus Joanna, tapi susah bukan main. Aku ingat kata orang kalo susah masuknya, maka kepalanya harus diludahi dulu, jadi aku meludahi tanganku dan mengusapkannya ke kepalaku (meski sempat heran juga apa hubungan antara susah masukin penis ama ngeludahin kepala yang punya penis).

Aku pun meneruskan perjuanganku, dan… berhasil! Mulanya memang hanya kepalanya saja, lalu perlahan, senti demi senti batang penisku itu tenggelam masuk ke anus itu. Rontaan  Joanna kini makin menggila, ia mengejan, akibatnya jepitan anusnya semakin keras, sialan, lumayan sakit juga. Tapi aku pantang mundur dan meneruskan serbuanku, hingga akhirnya seluruh batang penis itu masuk. (kisah BB) Joanna hanya bisa merintih dan mengerang tertahan, matanya tampak berkaca-kaca, pasti karena merasakan sakit yang amat sangat ketika batang penisku itu mendorong masuk ke liang anusnya yang kecil. Aku beristirahat sejenak, sebelum mulai bergerak keluar masuk. Kembali Joanna menjerit-jerit tertahan dan meronta keras. Tangan kiriku lalu menyelusup mencari liang vaginanya, dan setelah kutemukan aku segera memasukan dua jariku dan mengocoknya dengan cepat, sambil sesekali menggosok clitorisnya. Kupikir ini mungkin bisa sedikit membantu Joanna  meredam rasa sakit yang ia rasakan pada anusnya. Aku kembali bergerak, malahan batang penisku kini bergerak keluar masuk dengan cepat. Entah karena kehabisan tenaga, atau karena sadar bahwa melawan pun tidak ada gunanya, rontaan Joanna tiba-tiba terhenti, dan tubuhnya  pun hanya terguncang-guncang karena sodokanku. (kisah BB)

Sialan! Anus ini sempit banget, terlalu sempit malah. Hingga tak lama kemudian, aku mulai merasakan desakan yang luar biasa kuat pada batang penisku, seperti mau pecah saja rasanya. Deru nafasku makin memburu dan jantungku secara akan pecah karena saking kerasnya berdetak. Kupercepat gerakanku naik turun, dan kuhujamkan penisku dalam-dalam pada anusnya.
“Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!”, aku merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan. Dan aku pun mencapai orgasme, penisku seakan hendak meledak karena tekanan dari dalam tubuhku, dan akhirnya penisku menyemburkan sperma hangat ke dalam anus Joanna.
Aku sempat kasihan juga pada jutaan sel spermaku yang mungkin bakalan pusing muter-muter nyari rahim, eh malah ketemu usus besar J Akupun menjatuhkan diriku ke kasur dan berbaring miring dibelakang Joanna, tangan kiriku masih mengobok-obok vaginanya sementara bibirku mencium tengkuk dan lehernya, hmm abis digarap dan keringatan aja, tubuhnya masih wangi banget. Sejenak aku menikmati suasana itu, kalo nggak begini caranya biar nunggu sampe kepalaku  ubanan juga, gak akan bisa aku menikmati tubuh artis secantik Joanna Alexandra. (kisah BB) Sejenak aku tergoda untuk memejamkan mata dan tidur begitu saja. Tapi aku lalu bangkit dan memakai pakaianku lagi, Joanna kembali menggeram marah jadi aku membuka sumpalan di mulutnya.

“Boneng udah dong, buka nih ikatannya, pegel nih” katanya kesal.
“He he, ntar dulu atuh non kalo saya lepasin sekarang ntar non lapor polisi lagi. Ntar aja kalo saya udah kabur nanti saya lepasin” kataku.
“Busyet, mikir dong! Kalo lu kabur duluan, siapa yang lepasin gue? Gue mau dibiarin kayak gini ampe nenek-nenek?!” katanya marah.
 ”Udah lepasin aja, gue gak bakalan lapor polisi kok, gue juga mesti mikirin nama baik dan karir gue juga dong. Mana mungkin gue buka masalah ini ke publik” katanya lagi.
Bener juga! Pikirku dalam hati. Jadi akupun melepaskan semua ikatannya, iapun tampak bersungut-sungut sambil mengusap-usap pergelangan tangan dan kakinya. (kisah BB)
“He he he, makasih atas servicenya yah non. Sekarang saya pamit dulu, bini pasti udah nungguin di rumah. Ntar kapan-kapan kita main lagi” kataku sambil berbalik dan beranjak kabur.
Tiba-tiba “Braakk” terdengar bunyi sesuatu yang pecah, dan kepalaku sakit banget rasanya, pecahan guci pajangan tampak berjatuhan diikuti jatuhnya badanku ke lantai, gawat! pandanganku mulai gelap. Dan… mbah Rhoma Irama kembali muncul dari kegelapan itu, ia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata. “keledai aja gak akan jatuh kelubang yang sama dua kali
Sialan, apa ini artinya aku lebih goblok dari keledai?! Auk ah gelap, aku mau pingsan dulu.
********
Aduuhh duh duh, sakit banget kepalaku rasanya seperti abis dijadiin trampolin ama kuda nil. Aku membuka mataku dan melihat sekeliling dan… ternyata aku sedang terbaring di trotoar di sebuah jalan besar, hmm kayaknya kenal nih jalan. Aku bangkit duduk mencoba mengingat-ingat. Saat itu beberapa anak gadis  SMP berjalan melewatiku mereka tampak saling berbisik-bisik lalu tertawa cekikikan sambil lewat. Lalu beberapa ibu-ibu yang lewat juga melihatku dengan pandangan aneh, emangnya ada yang aneh dengan diriku? Aku melihat sekujur tubuhku dan… Whoaaa shiiitt aku ternyata telanjang bulat tanpa sedikit benang pun! (kisah BB) Aku panik, berdiri sambil celingukan mencari pakaianku, tapi tidak ada dimanapun. Ahrggg ini pasti pembalasan dendam dari Joanna! Aku bayangkan saat ini ia sedang cekikikan puas membayangkan perbuatannya ini. Tapi aku tidak marah padanya, ia memang berhak membalas dendam bahkan yang lebih parah dari inipun ia berhak, aku memang sudah bersalah padanya. Aku segera lari terbirit-birit menuju rumahku, untungnya aku mengenali jalan ini, yaitu Jl. Kapten Tsubasa, kalo aku belok didepan sana aku bisa memotong jalan lewat pasar dan dari situ hanya 10 menit jalan kaki menuju rumahku. Tapi satu yang aku lupa… dipasar kan banyak orang! Mana sekarang lagi jam belanjanya ibu-ibu. Aku menguatkan mentalku dan berjalan setengah berlari melewati pasar, sialnya ada beberapa “anak pasar” yang mengikut dibelakangku sambil bernyanyi-nyanyi.
“Orang gila… orang gila… orang gila” senandung mereka.
“Kasihan yah, tonggos-tonggos kok gila” kata seorang ibu yang kulewati.
Walah, emang orang tonggos gak boleh gila! Eh aku kan gak gila! Aku mempercepat lariku dan mempergunakan jurus Pek In Gin-kang (ilmu meringankan tubuh awan putih) yang dulu diajarkan Bu Eng Sin Yok Ong (Raja Tabib Sakti Tanpa Bayangan) sewaktu aku masih kecil. Tubuhku berkelebat cepat dan singkat kata sampailah aku dirumahku. (kisah BB)
*******
Sejak saat itu, Joanna tidak pernah lagi muncul di Night Club tempatku bekerja. Aku sedikit sedih juga karena tidak bisa lagi melihat wajah cantiknya yang biasanya menghiasi malamku. Tapi kukira aku tidak boleh mengeluh, walau bagaimanapun aku bisa dibilang amat beruntung. Tidak hanya berhasil menikmati tubuh Joanna, aku juga masih bebas dari penjara, tempat dimana aku seharusnya meringkuk saat ini. Entah kenapa Joanna tidak melaporanku, mungkin karena lebih banyak ruginya daripada untungnya jika ia melaporkanku, tapi yang jelas belum ada pria cepak berjaket kulit yang menjemputku ke hotel prodeo.
Nah para pembaca begitulah pengalamanku yang cukup unik itu. Kata orang pemerkosa biasanya nagih, dan mencari koban lain terus menerus. Tapi sampai saat ini aku belum kepikiran tuh untuk mencari korban yang lain, mungkin belum nemu cewek yang tepat aja, moga-moga aja jangan deh. Tapi kalo adaaa …. Siapa yah kira-kira?

chef

Sang Chef Cinta

 
Ririn Marinka

”Ok….Cutt!!!.” teriak seorang pria bertubuh tambun dengan keras
Seketika itu pula orang-orang yang sedari tadi diam tak bergerak apalagi bersuara mulai bergerak untuk membereskan segala sesuatu untuk bersiap-siap pulang ke rumah masing-masing. Itulah hal yang tergambar dari salah satu studio televisi nasional yang terkenal dengan acara kompetisi memasaknya yang cukup menyedot perhatian penonton seantero nusantara, dari balik hiruk pikuk orang-orang yang bekerja di balik layar program tersebut muncullah sesosok tubuh mungil dengan dada yang cukup besar sekitar 34C kalau tidak salah, dengan dibalut gaun ketat warna hijau dia berjalan dengan anggun melewati para crew yang tengah membereskan pekerjaannya. Dia adalah Ririn Marinka atau biasa dikenal dengan Chef Marinka salah satu juri di ajang pencarian bakat memasak di salah satu stasiun tv nasional, tak sedikit laki-laki yang membayangkan menikmati tubuh montok sang chef termasuk sang sopir dari sang chef itu sendiri. Sang sopir yang bernama Toto Suroto berusia 45 tahun atau yang biasa dipanggil dengan Bang Toyib karena dia pernah dipenjara 3 tahun karena maling ayam milik tetangga, ya pembaca yang terhormat dan termupeng anda tidak salah baca hanya karena MALING AYAM si Toto dihukum 3 tahun inilah keajaiban negeri tercinta kita. Seorang Toto yang mencuri ayam milik 1 orang untuk menyambung hidup dihukum 3 tahun sedangkan para koruptor yang mencuri uang rakyat yang mencapai milyaran rupiah paling dihukum 5 tahun terus dipotong remisilah, potong masa tahananlah paling-paling cuma 2 tahun sudah bebas itu juga ditempatkan di sel khusus dengan fasilitas istimewa berbeda dengan Bang Toyib kita yang harus berbagi 1 sel dengan 8-12 orang tahanan. Penampilan fisik Bang Toyib hampir sama dengan orang biasa tinggi 165cm, berat 55kg berkulit sawo matang, berambut lurus dipotong tentara dengan barisan gigi yang agak kekuningan karena kebanyakan merokok yang membedakan hanya bekas sayatan alias codet yang ada di pipi sebelah kanannya. Alasan Chef Marinka mempekerjakan si Toyib karena dia pernah menyelamatkannya dari perampokan, saat itu Bang Toyib yang tengah bingung setelah bebas dari penjara, tak seperti orang yang bebas dari penjara yang langsung gembira bukan main Bang Toyib malah sedih dan bingung karena kalau pulang ke kampungnya bisa-bisa dia diusir. Disaat bingung itulah dia berjalan tak tentu arah saat dia melihat 2 orang bersenjatakan kapak merah sedang mencegat sebuah sedan mewah BMW tanpa pikir panjang Bang Toyib langsung menerjang 2 orang itu, berbekal ilmu beladiri yang dipelajarinya di penjara yang diajarkan oleh salah satu teman 1 selnya Bang Toyib menghajar 2 orang perampok itu sampai mereka kabur. Melihat hal itu Marinka si pemilik mobil langsung keluar untuk berterima kasih pada penolongnya saat diberi sejumlah uang sang penolong menolaknya Marinka bertanya apa yang bisa dibantunya, mendengar pertanyaan itu Bang Toyib dengan ragu meminta sebuah pekerjaan dan tempat tinggal alhasil jadilah Bang Toyib supir Sang Chef Marinka.

Mari kita kembali ke tempat semula dari kejauhan melaju mobil BMW warna merah menuju pintu keluar stasiun TV swasta nasional dan tepat berhenti di depan seorang wanita cantik keturunan dengan kulit putih mulus tanpa cela dan dada yang membusung menggoda setiap laki-laki untuk meremasnya dengan gemas wanita tersebut adalah Marinka, pintu mobil dibuka olehnya dan masuk di pintu belakang.
”Langsung pulang ya Bang !” kata Marinka sambil menyilangkan kaki mulusnya.
”Baik non.” kata Bang Toyib sambil melirik kaki mulus majikannya lewat kaca spion, tak lama mobil tersebut sudah berada di daerah perumahan mewah di daerah jakarta yang terkenal dengan rumah angkernya yang pernah diangkat jadi judul film.
”Masukin aja Bang mobilnya! saya dak keluar kok malam ini.” kata Marinka sambil melangkah masuk ke rumah.
Sebenarnya Bang Toyib ingin memulai hidup baru sejak diangkat jadi pegawai oleh Marinka tetapi kalau setiap hari disuguhi sepasang kaki putih mulus dan juga dada ranum milik sang Chef membuat niat mulia Bang Toyib menjadi hilang, alhasil seminggu yang lalu berbekal informasi dari si Ujang pembantu tetangga yang juga sama-sama penggemar bokep alias bokepmania yang selalu membanggakan dirinya yang berhasil ngentot majikannya yang seorang istri seorang pengusaha sukses. Ujang berkata kalau dia meminta bantuan seorang dukun agar hasrat setannya terwujud berbekal informasi itulah Bang Toyib berangkat menuju rumah sang dukun yang lumayan jauh berada di kaki gunung Tangkuban Perahu setelah meminta ijin pada Marinka dengan alasan ingin menjenguk saudara yang sakit, saat tiba di kediaman sang dukun sudah banyak pasien diantara pasien-pasien tersebut ada orang-orang terkenal di negeri ini mulai dari pejabat sampai artis.
”Wah banyak amat yah yang antri, lho bukannya itu si abang Haji yang ada di TV yah kok ikutan antri ? Oh mungkin mau minta obat perontok bulu kali yah biar gak kayak gorila lagi.” kata Bang Toyib dalam hati saat melihat salah seorang yang ikut antri di rumah sang dukun.
Sebenarnya rumah sang dukun seperti rumah-rumah kebanyakan orang desa bagian depan rumah dari kayu cuma dinding samping dan belakang saja yang ditembok, depan rumah ada papan nama ”Mbah Samijan dukun serba bisa” dan kursi-kursi plastik untuk para pengantri di dekat pintu utama ada sebuah meja kecil yang dijaga seorang perempuan cantik berpakaian seksi dengan tanktop hijau dan celana pensil ala anak muda yang sepertinya resepsionis sang dukun. Setelah turun dari mobil Bang Toyib pergi menuju tempat sang resepsionis untuk memperoleh informasi dan nomor antrian.
”Misi mbak.” kata Bang Toyib
”Ya, ada yang bisa dibantu mas ?” Kata sang resepsionis.
”Ehm saya mau konsultasi mbak.” kata Bang Toyib sambil melirik belahan dada sang resepsionis yang nakal mengintip keluar dari tanktop hijaunya.
”Oh pas banget mas, mas adalah pasien terakhir untuk hari ini, boleh minta KTPnya mas ?” kata sang resepsionis ramah.
”Lho emang udah mau tutup ya mbak ?” kata Bang Toyib heran.
”Bukan mas, disini tiap hari cuma menerima 50 pasien saja.” kata sang resepsionis sambil mencatat data-data Bang Toyib di sebuah buku besar.
”Oh wah beruntung donk saya, eh antrinya masih lama yah mbak ?” kata Bang Toyib cengengesan kayak kuda mau kawin.
”Oh kayaknya masih lama deh mas ni aja baru nomor 20, udah duduk sini aja nemenin saya ngobrol.” kata si Mbak resepsionis yang tentu saja diterima dengan senang hati oleh Bang Toyib, kapan lagi ngobrol sama cewek cantik daripada ikutan antri sama para artis dan pejabat munafik.

Bang Toyib

Dari obrolannya dengan sang resepsionis yang ternyata bernama Indah inilah Bang Toyib tahu kalau Indah adalah istri ke-7 dari mbah Samijan dan semua istrinya kebanyakan masih berusia 20-30an sedangkan Mbah Samijan sendiri berumur 72 tahun, setelah menunggu agak lama tiba giliran Bang Toyib untuk masuk.
”Permisi mbah.” kata Bang Toyib saat masuk ke ruangan praktek Mbah Samijan, Bang Toyib sempat bingung karena di dalam ruangan praktek tersebut jauh dari kesan angker seperti yang digambarkan di TV yang selalu bernuansa gelap dan dipenuhi dengan pernak-pernik mengerikan tapi di ruangan yang dimasuki Bang Toyib lebih mirip kantor dindingnya berwarna putih ada laptop ada meja kantor bahkan ada papan nama Mbah Samijan (Dukun Serba Bisa) dan di belakang meja ada seorang pria tua bertubuh kurus dengan jenggot putih yang dikuncir mirip punyanya si Pepi berpakaian seperti seorang direktur lengkap dengan jas sedang mengamati layar laptopnya.
”Permisi Mbah !” kata Bang Toyib saat memasuki ruangan tersebut.
Sang dukun tetap melihat layar laptopnya sambil tangannya menunjuk kursi di depan mejanya, Bang Toyib pun duduk di kursi tersebut saat hendak menyampaikan maksudnya Si Mbah sudah ngomong duluan.
”Nama: Toto Suroto, Umur: 45 tahun, Pekerjaan: Supir.” kata Mbah Samijan sambil tetap melihat layar monitornya.
”Wah hebat amat nih Dukun bisa tahu, gue aja belum ngomong.” dalam hati Bang Toyib kagum.
”Kok tahu mbah ? Kan saya belum memperkenalkan diri.” tanya Bang Toyib penasaran. Tanpa berkata apa-apa si Mbah langsung memutar laptopnya, terpampang disitu semua data Bang Toyib.
”Hahahaha maklum cu jaman modern si Mbah harus mengikuti donk.” kata Mbah Samijan sambil tertawa memperlihatkan deretan gigi emasnya.
”Owh wah dak mau kalah yah Mbah, hahahaahahah.” kata Bang Toyib ikut tertawa.
”Iya donk masa pake menyan mulu, eh ngomong-ngomong cucu kesini mau apa yah?” kata Mbah Samijan serius. Setelah mengutarakan niatnya Mbah Samijan langsung menggeram tak karuan dan nafasnya mendengus-dengus seperti orang berlari jauh.
”Lho Mbah kenapa Mbah?” tanya Bang Toyib panik takut si dukun kenapa-napa.
”AAARRRRGGGHHH” Mbah Samijan mengerang keras dan tubuhnya mengejan tak karuan, melihat hal itu Bang Toyib ketakutan dan hendak mencari bantuan tapi segera dicegah oleh Mbah Samijan dengan nafas yang tersengal-sengal.
”Ha…ha..ha ja…jangan cu, mbah baik-baik saja kok.” kata Mbah Samijan, tak lama kemudian dari bawah meja sang dukun keluarlah sesosok tubuh seksi dengan payudara menantang, kulit halus putih tanpa cela, apalagi pakaian mini warna merah yang memperlihatkan kemulusan pahanya dan tak mampu menutupi kemontokan dadanya yang tampak berlomba keluar dari sarangnya itu.
”Makasih yah Mbah, bulan depan saya datang lagi.” kata sang wanita yang tampak membenahi pakaiannya dan menyeka cairan putih di sela-sela mulutnya.
Melihat hal itu Bang Toyib hanya melongo sambil mulutnya ngiler seperti serigala, dilihat oleh Bang Toyib membuat wanita tersebut mempercepat langkahnya keluar dari ruangan tersebut.

“’Wah Mbah kok ada neng Aura Kasih sih?” tanya Bang Toyib sambil melihat Mbah Samijan membetulkan celananya.
”Oh biasa syarat dari mbah, kan dia minta biar tubuhnya tetap seksi+suaranya tambah merdu jadi setiap bulan sekali dia harus kesini minum air mani mbah.” terang Mbah Samijan.
”Wah ntar syaratnya sama kayak tuh saya dak jadi aja deh Mbah, saya masih normal Mbah.” kata Bang Toyib hendak pergi.
”Jangan pergi cu ! Saya juga masih normal kali, kalau dak normal mana mungkin istri saya banyak. Udah duduk dulu sini !” kata Mbah Samijan menjelaskan.
”Lha tadi napa kok Aura Kasih syaratnya kayak gitu ?” tanya Bang Toyib curiga sambil meletakkan pantatnya kembali di kursi.
”Syarat pasien cewek ama cowok beda cu, kalau cewek yah biasa dak jauh-jauh dari urusan selangkangan hehhehehehe.” kata Mbah Samijan cengengesan mesum seperti Ujang.
”Kalau cowok Mbah ?” tanya Bang Toyib.
”Kalau cowok tergantung permintaannya cu, nah kalau kasus seperti cucu ini syaratnya mudah. Cucu tinggal masukin sperma cucu ke wadah ini terus ntar Mbah proses jadi garam tapi jangan tanya caranya gimana itu rahasia ”Perusahaan” ok ?” Mbah Samijan menjelaskan sambil menyerahkan sebuah wadah kecil mirip tempat obat.
”Trus garamnya diapain Mbah ?” tanya Bang Toyib polos.
”Ya ditaruh dimakananlah dasar goblok !!” kata Mbah Samijan agak emosi.
Setelah proses ritual kocok mengocok alias coli yang tidak akan penulis bahas karena cukup menjijikan seorang pria membayangkan pria lain yang coli nanti penulis difitnah homo lagi sama para penghuni lounge, Bang Toyib kembali ke Jakarta melakukan pekerjaannya menunggu kesempatan untuk melancarkan aksinya

#################################

”Heh Toyib napa bengong lo ? Kesambet setan apaan lo ?” Bang Toyib dikagetkan oleh suara cempreng saat melamun di dapur.
”Ah Mak bikin kaget aja, Toyab Toyib kan saya udah bilang nama saya Toto mak.” kata Bang Toyib pada wanita tua yang tengah mengaduk sayur sop diatas kompor itu.
Wanita itu adalah Mak Imah pembantu Marinka yang sudah ikut sejak jaman mamanya Marinka jadi bisa dikatakan udah tua tapi semangatnya tak kalah sama anak muda jaman kini. Sekilas tentang Mak Imah nama aslinya Fatimah Binti Saben,i anak Betawi asli, umur 70an, kulit udah kayak krupuk kulit alias kisut semua yah 11-12 sama Mpok Norilah.
”Kan lo udah 3x puasa 3x lebaran dak pulang-pulang kayak Bang Toyib hihihihihihih.” Mak Imah tertawa seperti kuntilanak yang membuat bulu kuduk Bang Toyib merinding.
”Yah Mak itu kan masa lalu Mak, eh masak apa Mak ? Udah lapar nih.” tanya Bang Toyib Sambil menepuk-nepuk perutnya.
”Ini tadi pagi non Marinka minta dibikinin sop ama perkedel kentang, eh To lo tolong pisahin sayurnya yah ! Gwe kebelet pipis nih.” kata Mak Imah, memang sayur sama nasi dibagi 2 disini yang 1 buat majikan yang 1 lagi yang agak dikit buat pembantu. Di rumah itu pembantu hanya Mak Imah dan Bang Toyib saja.
”Ok deh Mak.” kata Bang Toyib sambil hormat layaknya tentara.
Mak Imah langsung berlari menuju kamar mandi yang ada di belakang, melihat ada kesempatan Bang Toyib langsung menambahkan garam dari Mbah Samijan ke dalam sayur sop tersebut.

#################################

Farrah Quinn

Di dalam rumah Marinka tengah bersantai di ruang tamu saat bel pintu berbunyi tanda ada tamu yang datang. ”Ting….Tong.”
“’Iya, siapa yah ?” kata Marinka sambil memencet tombol interkom.
”Ni gwe Mar, Farah gwr mau ngungsi dulu di rumah lo.” kata sang tamu diseberang interkom. Marinka pun lantas keluar untuk membuka pagar rumahnya dan ternyata dari balik pagar tersebut terdapat sosok wanita tinggi, berkulit sawo matang, berdada montok, dan mempunyai senyum yang menawan.
”Eh lo Far, gwe kirain sapa malam-malam namu.” kata Marinka sambil mengecup pipi kanan dan kiri tamunya itu yang sama-sama seorang Chef yaitu Farrah Quinn.
”Sorry deh Mar malam-malam namu, abis di rumah bete gue.” kata Farrah.
”Bete napa ? Eh ayo masuk dulu.” kata Marinka sambil mempersilahkan Farrah masuk dan tak lupa mengunci kembali pagarnya.
Di dalam mereka duduk disofa yang ada di ruang tamu, ruang tamu rumah tersebut ditata secara minimalis hanya ada karpet, sofa berwarna coklat dan meja kaca saja.
”Duduk dulu far !” kata Marinka setelah menutup pintu.
”Makasih Mar.” kata Farrah sambil mendaratkan pantat bulatnya diatas sofa empuk.
”Eh tadi lo bilang lo ngungsi, mang napa kok ampe ngungsi segala ?” kata Marinka sambil duduk di samping Farrah.
”Itu biasa laki gue Mar, masa udah 2 bulan gue dianggurin.” kata Farrah agak emosi.
”Weh 2 bulan, lumutan gak tuh onderdil lo ? Hahahahaha.” kata Marinka sambil tertawa lebar.
”Ah lo ngejek aja bukannya menghibur huh.” kata Farrah agak jengkel, belum juga Marinka menjawab Bi Imah datang memberitahukan bahwa makan malam sudah siap.
”Yuk Far ikut makan ! Kamu pasti belum makan kan ?” kata Marinka.
”Asik !! Nah gitu donk Mar sekali-kali diajak makan napa ? Hahahaha.” kata Farrah sambil tertawa renyah.
”Iya tapi jangan sering-sering ntar tekor gue kan lo kalo makan dak ukuran, pasti gizinya masuk ke toket lo hahahahah.” kata Marinka tak mau kalah.
”Ah lo ngejek gue, lo ndiri tuh lihat proporsi badan ma toket lo dak seimbang tuh. Badan imut-imut tapi toketnya amit-amit.” kata Farrah sambil melangkah menuju ruang makan.
”Kok amit-amit sih ?” Marinka penasaran sambil mengikuti Farrah ke ruang makan.
”Iya amit-amit pengen remes hihihihi.” kata Farrah sambil berlari.
”Ih Farrah !!!!” kata Marinka sambil mengejar Farrah.

Saat tiba di meja makan disana sudah tersedia berbagai macam masakan termasuk sop yang tadi diberi garam pelet oleh Bang Toyib.
”Mar kok sopnya agak keasinan yah ?” tanya Farrah saat menyuapkan sop ke bibir seksinya.
”Iyah yah, padahal biasanya enak lho sop buatan Bi Imah.” kata Marinka sambil ikut merasakan sop ”ajaib” itu.
”Yah maklumlah Mar, mungkin pembokat lo kecapekan maklum kan udah tua.” kata Farrah sambil tetap menyuapkan nasi.
”Iya yah Far, yah maklum Bi Imah udah ikut aku sejak mama masih kecil.” kata Marinka membenarkan perkataan Farrah.
Mereka berdua makan tanpa curiga sedikitpun, didalam dapur tampak Bang Toyib yang juga tengah asik makan.
”Woi Toyib makan dak ngajak-ngajak, eh mana sop gwe tadi ?” kata Bi Imah sambil menoyor dahi Bang Toyib.
”Ah Bi Imah ganggu orang makan aja lha tadi saya cariin Bi Imah dak ada ya udah saya makan duluan aja. Kalau sop pas saya pisahin tadi yang di mangkok kecil kesenggol terus jatuh deh.” terang Bang Toyib seperti senapan mesin yang tak berhenti, padahal sisa sayur sop tadi dia sembunyikan di lemari dapur paling atas.
”Yah lo kan udah gue bilang ati-ati, ya udah dak apa-apa.” kata Bi Imah sambil mengambil nasi di magicom saat akan mengambil nasi terdengar gelegar halilintar dan disusul dengan hujan yang sangat deras.

#################################

”Yah Mar kok hujan deras amat sih, gue nginep disini aja yah please !!!” kata Farrah sambil melongok keluar dari meja makan.
”Iyah iya, daripada lo di rumah bete mulu, eh tapi anak lo gimana ? Ntar nyariin lo.” kata Marinka.
”Santai ntar gue telpon babysitternya.” kata Farrah sambil meminum jus jeruk.

#################################

Di dalam kamar Bang Toyib menunggu sang ”garam” bereaksi namun sudah 2 jam suasana tetap adem ayem saja.
”Ah sialan si Ujang ngasih alamat dukun palsu, ilang deh 2juta tabungan gue.” gerutu Bang Toyib yang merasa ditipu oleh sang dukun.
”Sialan…sialan…sialan, ditipu…diptipu…ditipu.” Bang Toyib nyanyi niru alamat palsunya Ayu Tingting dak jelas. Karena kelamaan nunggu akhirnya Bang Toyib jatuh tertidur setelah coli tapi dak bisa ngecrot juga mungkin gara-gara mengharapkan ramuan sang dukun bekerja sehingga dia tertidur dengan posisi celana yang melorot sampai dengkul.

############################

Disaat yang sama di kamar Marinka terlihat sang chef tidak tenang tidurnya, entah kenapa malam itu suasana malam itu panas sehingga Marinka hanya mengenakan lingerie tipis model daster warna putih dengan renda bunga warna biru sehingga nampak dada montoknya dibalut oleh bra warna hitam yang sepertinya kekecilan sehingga dadanya seperti hendak keluar dari penampungnya tersebut, sedangkan di bagian bawah terdapat segitiga keramat warna hitam senada dengan bra yang dikenakannya.
”Uh kok malam ini gue horny banget sih ? Mana panas lagi padahal AC udah paling kenceng.” gerutu Marinka sambil mengibas-ngibaskan leher bajunya karena kegerahan.
”Minum aja ah, sapa tahu bisa agak mendingan.” kata Marinka sambil beranjak dari tempat tidurnya menuju dapur untuk mengambil air di kulkas. Tetapi entah kenapa saat didapur dia melihat kamar Bang Toyib yang agak terbuka dan entah apa yang merasukinya dia mengintip lewat celah pintu yang sedikit terbuka tersebut.
”Bang Toto udah tidur belum yah ? Kok pintunya kebuka sih.” kata Marinka penasaran sambil melangkah menuju kamar Bang Toyib.
Dan saat itulah dia melihat ”ular” Bang Toyib yang ter”expose” dengan gagahnya, Marinka diam tanpa suara yang ada hanya suara nafasnya yang semakin lama semakin berat. Entah apa yang merasukinya saat berada pas didepan pintu kamar Bang Toyib dia menggesek-gesekkan tubuhnya dibingkai pintu kamar sambil mendesis-desis seperti orang kepedasan. Semakin lama dia menatap burung Bang Toyib semakin berkobarlah nafsu birahi yang merambat ke daerah kewanitaannya sehingga menimbulkan rasa gatal yang tak terkira.
”Sshhhhs…uuuhhhhmmm….sssshhh.” suara Marinka yang sedang bergerak naik turun menggesek-gesekkan tubuh mungilnya di bingkai pintu supirnya itu. Sementara itu Bang Toyib yang tengah tertidur merasa terganggu dengan suara desisan itu sehingga mulai terbangun dari tidurnya, perlahan-lahan matanya mulai terbuka sehingga terpampanglah pemandangan erotis sang majikan yang tengah meliuk-liukkan tubuh indahnya.
”Eh non lagi ngapain non ?” tanya Bang Toyib keheranan, agak lama sampai dia sadar kalau burungnya sedang lepas dari sangkar sehingga cepat-cepat dia menaikkan celananya. Melihat kalau ”barang” fantasinya kembali ke ”kandangnya” membuat Marinka sedikit kecewa.
”Eh ini bang, saya dak bisa tidur abis panas banget malam ini, hhhhmmm… Kok burungnya dimasukin sih bang ?” tanpa sadar pertanyaan konyol itu keluar sendirinya dari bibir Marinka tanpa dia sadari.

”Abis malu non, masa panas sih non ? Disini adem kok.” kata Bang Toyib sambil memandang tubuh montok majikannya itu.
”Iya ya kok disini adem, Bang boleh dak saya tidur disini malam ini ?” kata Marinka sambil melangkah maju dan duduk di tepi ranjang Bang Toyib yang agak reyot.
”Lha ntar saya tidur dimana non ?” kata Bang Toyib kebingungan karena didekati majikannya yang seksi itu.
”Yah disini aja bang, nemenin saya kan takut bang tidur sendirian.” kata Marinka yang mulai mendekati sang sopir. Melihat keanehan sang majikan tersebut Bang Toyib mulai paham kalau ramuan garam sang dukun telah bekerja.
”Ayo deh non sini Abang temenin.” kata Bang Toyib sambil cengengesan mesum kayak yang nulis nih cerita. Marinka mulai tiduran berhadap-hadapan dengan Bang Toyib dipandangnya dalam-dalam muka sopirnya itu yang kayak cecurut itu baik-baik, semakin dilihat maka semakin gatal rasa mekinya.
”Non, non cantik deh malam ini.” rayu Bang Toyib sambil matanya menatap tanpa berkedip sedetikpun dari gundukan kembar yang ada di dada sang majikan yang terlihat naik turun dengan cepat.
”Ah Abang bisa aja.” jawab Marinka sambil wajahnya memerah menahan nafsu, tanpa dia sadari tubuhnya mulai merapat ketubuh Bang Toyib dan memeluk tubuh sang sopir sambil menggesek-gesekkan selangkangannya dipaha sang sopir.
”Non kok main peluk aja, dingin yah non hehehehe.” goda Bang Toyib yang mulai mupeng membayangkan kalau sebentar lagi dia akan mendapatkan tubuh molek majikannya itu.
”Huuh Bang.” jawab Marinka singkat sambil mendekatkan tubuh mungil tapi montoknya itu ke Bang Toyib. Entah siapa yang memulai bibir keduanya bertemu saling hisap sambil saling membelitkan lidahnya masing, sudah hampir 10 menit mereka berciuman dengan panas sehingga selama itu pula yang terdengar di kamar itu hanya suara desahan dan suara kecipak akibat ciuman yang penuh nafsu itu.
”Mmmhhhh…ah…uhhhmmmm.” desah Marinka tatkala lidah Bang Toyib membelit dengan mesra lidahnya. Merasa sudah menaklukkan sang majikan, Bang Toyib langsung melancarkan serangan-serangannya ke arah dada sang majikan. Dengan tak sabaran dia langsung melucuti lingerie tipis yang masih membungkus mesra tubuh majikannya itu sehingga terlihatlah tubuh putih mulus bak pualam milik Marinka, tangan Bang Toyib dengan lincah langsung meremas dengan gemas gundukan putih di dada Marinka dengan gemas walau masih terbungkus oleh bra warna hitam tapi terasa sangat kenyal dan hangat sehingga membangunkan penis Bang Toyib yang tadinya layu menjadi tegak perkasa.

”Wow besar amat Bang, pasti enak kalau disodok ke….” kata Marinka sambil mengelus-elus penis Bang Toyib yang sudah tegang.
”Disodok kemana Non ?” kata Bang Toyib menggoda Marinka sambil tangan kirinya mengelus-elus paha mulus majikannya itu sampai pada pangkal pahanya, walau terhalang segitiga ”keramat” tapi sentuhan-sentuhan jemari Bang Toyib di lubang vagina Marinka cukup membuat sang chef kelojotan menahan birahinya.
”Ah……yah….bang yang situ bang…uuuggghh.” desah Marinka yang nafsunya mulai membara, karena merasa sudah tak kuat lagi menahan nafsunya Marinka langsung menindih tubuh Bang Toyib dan dengan kasar dia langsung membuka celana Bang Toyib sekaligus celana dalamnya.
”Wah sabar non sabar.” kata Bang Toyib yang ketakutan melihat majikannya yang seperti kesetanan,
Tanpa menghiraukan kata-kata sopirnya Marinka langsung melahap burung Bang Toyib seperti kesetanan. Mendapat serangan tiba-tiba itu Bang Toyib hanya mendesis merasakan lidah majikannya melingkar di batang penisnya.
”Ssshhhh… Yahhh….trus non Ohhhhh….Sssshhh.” kata Bang Toyib sambil menjambak rambut Marinka menahan nikmat yang diberikan sang majikan.
Tak mau kalah Bang Toyib ikut menelanjangi Marinka dimulai dengan bra hitamnya, dengan penuh nafsu dibukanya bra tersebut sehingga terbebaslah gunung kembar Marinka yang bulat dan besar itu lengkap dengan puting warna pink yang menggoda. Tak tahan oleh dada Marinka yang mental-mentul karena kegiatan menghisap penisnya, dengan penuh nafsu Bang Toyib langsung meremas tonjolan di dada itu dengan nafsu sambil memainkan puting pinknya. Mendapat serangan mendadak tersebut Marinka langsung menghentikan kegiatan menghisap penis untuk meresapi rangsangan yang ada di dadanya tersebut, sambil medesah-desah Marinka ikut menggosok-gosok vaginanya menggantikan tangan kiri Bang Toyib yang ikut bergabung dengan sang tangan kanan ikut memerah susu Marinka.
”Ssshhhh….aaahhhhh….sudah Bang…sudah.” kata Marinka sambil mendorong kepala Bang Toyib yang tengah mencium leher putihnya sehingga meninggalkan jejak kemerahan. Tanpa memberi kesempatan Bang Toyib untuk protes Marinka langsung berdiri diatas batang konti Bang Toyib yang tegak menantang, dengan gerakan yang erotis Marinka meliuk-liukan tubuhnya bagaikan seorang stripper menggoda Bang Toyib yang hanya bisa menelan ludahnya melihat sang Majikan yang tengah bergoyang erotis.

Dengan perlahan Marinka memegang celana dalam hitamnya dan dengan gerakan lambat dia mulai menurunkan celana dalamnya sedangkan Bang Toyib hanya bisa melotot saat bulu kemaluan Marinka mulai terlihat dan mulutnya menganga lebar saat Marinka sudah menanggalkan penutup tubuhnya yang terakhir itu untung tidak ada lalat yang masuk, Marinka hanya tertawa kecil saat melihat supirnya itu melongo seperti kerbau yang ada di sawah.
”Udah dong Bang jangan dilihat trus.” kata Marinka malu-malu sambil menutupi vaginanya dengan tangannya.
”Ah non pake ditutup segala, ayo donk non udah gak kuat Abang.” kata Bang Toyib sambil berusaha membuka tangan Marinka untuk melihat gundukan daging yang selalu ada ditangannya itu.
”Wah tembem amat non, pasti enak kalo burung abang dimasukin kesitu hehehehe.” Bang Toyib tertawa menampakkan dua lubang akibat giginya yang hilang gara-gara dihajar massa.
”Udah ah bang daritadi digoda mulu, ayo mau dimasukin kagak nih.” kata Marinka sambil cemberut.
”Ya dimasukin donk non, udah konak banget nih abang.” kata Bang Toyib sambil melotot melihat dada Marinka yang tidak tertutupi apa-apa lagi. Dan dengan perlahan Marinka mulai menurunkan pinggulnya setelah memastikan kalau arah konti Bang Toyib sudah pas menuju vaginanya.
”Uhhsssttt…..gede…amaaattt…aaaahhh.” kata Marinka saat secara perlahan konti Bang Toyib hilang ditelan vaginanya.
”OOOHhhhhhh…..peret….ssshhhh.” desah Bang Toyib meresapi nikmat saat batang penisnya amblas ditelan secara sempurna oleh vagina sang majikan.
Setelah mendiamkannya selama 1 menit Marinka mulai menaik turunkan badannya diatas penis Bang Toyib yang sudah tertancap dengan sempurna di vaginanya itu, gesekkan demi gesekkan makin membangkitkan hasrat Marinka yang mulai mendesah-desah tak karuan menikmati persetubuhan ini.
”Ahhhh….ssshhhh…hhhuummmffhhh.” desah Marinka yang makin lama makin mempercepat gerakan naik-turunnya itu.
”Gila ternyata gini yah rasanya meki orang keturunan becek tapi menggigit enak banget, ternyata benar kata si Ujang kalo orang keturunan mekinya sedepnya dak karuan.” kata Bang Toyib dalam hati.
”Ahhhh…ssshhhh…..AAAAKKKKHHHH.” Marinka berteriak cukup keras saat mendapat orgasme pertamanya.
Dari dalam vaginanya Bang Toyib merasa kalau penisnya disiram oleh cairan hangat sekaligus dihisap dengan kuat, di kamar itu tak ada suara kecuali suara nafas yang terdengar berat dan bersahut-sahutan. Tiba-tiba dari pintu muncul Farrah dengan gaun tidur warna ungu sepaha dengan potongan dada yang rendah sehingga menampilkan dadanya yang montok dan sepasang paha yang mulus dengan warna kulit yang eksotis sangat serasi menambah aura seksi yang keluar darinya.

”Wah wah, Mar lo tega amat ama gue, dapat yang enak-enak dak bagi-bagi.” ledek Farrah sambil masuk ke kamar tersebut.
”Eh Farrah, lo belum tidur ?” kata Marinka sambil menengok ke arah suara yang mengagetkannya tadi.
”Abis tadi panas banget jadi gwe mau minum, eh dak tahunya ada suara yang mencurigakan gue kira maling. Eh tak tahunya lo lagi enak-enakan, bagi dikit napa Mar ?” kata Farrah sambil bersandar di samping pintu dengan melipat tangan di dadanya yang montok nan sekel.
”Eh iya, kenalin Far ini sopir aku namanya Bang Toto.” kata Marinka sambil berguling ke samping yang secara otomatis membuat lepas penis bang Toyib yang sedari tadi bersemayam di vagina Marinka, penis itu terlihat mengkilat akibat cairan orgasme Marinka tadi.
”Wow gede juga punya supir lo Mar, gue pinjam bentar yah.” kata Farrah saat melihat penis Bang Toyib yang tegak mengacung sambil berjalan menuju ke arahnya.
Saat penis tersebut sudah ada di depan mukanya dia amati benda itu dengan seksama sambil mengocoknya pelan.
”Ssshhh…ooohhh…trus non enak banget !” kata Bang Toyib saat merasakan kehalusan tangan Farrah yang melingkar dibatang penisnya.
 Tanpa memberi peringatan Farrah langsung mengulum penis Bang Toyib dengan ganas sehingga membuat empunya merem melek keenakan.
”Ohhhh….ssshhhh…Aaaahh..trus non.” kata Bang Toyib keenakan disepong Farrah apalagi saat Farrah menggelitik lubang kencing Bang Toyib dengan ujung lidahnya.
”PLOOOOP” suara penis Bang Toyib yang lepas dari kuluman Farrah.
”Hhhhmmmm gurih, peju lo enak juga Mar ternyata.” kata Farrah sambil memainkan lidahnya disekitar penis Bang Toyib.
”Mau yang lebih enak Bang ?” goda Farrah sambil tersenyum genit menampakkan senyuman yang menggoda.
”Mau dong non, masa dikasih yang enak-enak dak mau.” kata Bang Toyib dengan muka mesum. Dengan cepat Farrah melepas gaun tidurnya sehingga tampak gunung kembarnya polos tanpa tertutupi oleh selembar kain sehingga terlihat putingya yang berwarna coklat yang sudah tegang pertanda si empunya terangsang berat. Dengan cekatan Farrah meletakkan penis Bang Toyib di antara payudara montoknya dan mulai menggerakkan gunung kembarnya naik-turun.

”Oh enak non enak….ssshhhh….ha…ha…ha.” kata Bang Toyib yang merasakan tit fuck dari Farrah. 10 menit Farrah melakukan tits fuck sampai tiba-tiba Bang Toyib berdiri dan mengangkat Farrah, mungkin karena sudah tak tahan Bang Toyib langsung mencium Farrah dengan ganas sambil memerah susu Farrah yang terkenal montok itu.
”Mmmhh…mmmggghhhh….hhhhmm.” suara Farrah terbungkam oleh bibir tebal Bang Toyib. Tak lupa tangan Bang Toyib yang langsung menyerbu daerah pantat Farrah sehingga menambah getaran nafsu Farrah.
”Ayo non, Abang udah dak tahan nih.” kata Bang Toyib yang membaringkan Farrah di samping Marinka yang tengah mengamati 2 orang manusia yang tengah terbuai nafsu setan dari tadi.
Dengan cekatan Bang Toyib melepas celana dalam putih dengan renda bunga milik Farrah sehingga terpampanglah belahan vagina Farrah yang berwarna coklat yang dikelilingi oleh rambut halus yang dicukur rapi membentuk segitiga mengarah ke bawah.
”Wah non Farrah, seksi lho kalo gini gak kalah deh ama Miyabi hakakakaka.” tawa Bang Toyib meledak saat melihat tubuh polos Farrah Quin yang selama ini jadi fantasinya.
”Ayo donk Bang, masa cuma dilihatin aja ntar Farrah tutup nih.” goda Farrah sambil menutupi dada dan vaginanya dengan tangannya.
”Jangan donk non, hehehehe” kata Bang Toyib yang langsung membuka paha Farrah dan langsung menjilati vaginanya dengan nafsu, tak lupa dia menjilati daging kecil sebesar kacang sehingga membuat Farrah semakin mengerang penuh nafsu.
”ohhhhh….sssshhhh….yah..disitu….ahhhh..mmmh hhh.” desah Farrah terbungkam oleh Marinka yang menyumpal mulut Farrah dengan vaginanya sehingga mau tak mau Farrah harus menjilati kewanitaan Marinka sehingga di hawa kamar tersebut semakin panas oleh nafsu mereka bertiga. Merasa sudah cukup cairan yang keluar dari vagina Farrah maka Bang Toyib langsung mencoblosnya tanpa peringatan sehingga membuat Farrah melonjak kaget sehingga mendorong pantat Marinka, alhasil Marinka terdorong menuju Bang Toyib yang tengah menggenjot Farrah.
”Bruuuk…Aduh….Awwww.” teriak Marinka dan Bang Toyib hampir bersamaan saat terjatuh dari ranjang dengan posisi sama-sama menyamping.
”Aduh sorry Mar, abis si Abang maun tusuk aja kan gwe kaget.” kata Farrah sambil melihat sahabatnya itu.
”Ah lo, sakit nih.” kata Marinka yang mencoba berdiri sambil mengelus-elus pinggangnya.
”Abis saya kira non Farrah udah siap, ya udah saya genjot aja.” kata Bang Toyib sambil membantu Marinka berdiri.

”Bilang-bilang dong main tusuk aja, eh Mar sini deh.” kata Farrah sambil berbisik sesuatu pada Marinka, tak lama mereka berdua cekikikan sambil melihat Bang Toyib yang bengong melihat dua wanita cantik tanpa busana.
”Nah ayo bang silahkan dipilih mau yang mana hihihihi.” kata Farrah saat Marinka merangkak di atasnya sehingga di hadapan Bang Toyib tersedia 2 vagina yang berbeda warna yang 1 dengan paha putih dan belahan meki warna pink yang menggoda, sedangkan yang 1 lagi paha dengan warna eksotis dengan warna meki agak coklat.
”Wah wah wah, mimpi apa gue semalem dapat 2 cewek seksi kayak gini.” kata Bang Toyib dalam hati.
Dengan perlahan Bang Toyib mendekati 2 vagina yang bertumpuk itu, sedangkan 2 orang pemiliknya malah sedang asik saling cium dan saling raba. Bang Toyib memutuskan mencicipi vagina Farrah Quin lebih dulu karena dia penasaran dengan vaginanya sejak tadi. Segera saja ia lumat vaginanya dengan bibirnya. Lidahnya bergerak-gerak menjilati bibir vagina Farrah yang sedang melakukan hal yang sama terhadap payudara Marinka. Bang Toyib meremas payudara montok Farrah perlahan sambil memainkan putingnya yang berwarna coklat muda dan sudah mengeras itu.
“Mantap Non Farrah, Abang gak nyangka bisa remesin toked Non yang gede ini huehhehehe “, kata Bang Toyib sambil mengusapkan penisnya ke belahan pantat wanita itu.
Bang Toyib lalu makin melebarkan kaki Farrah agar lebih leluasa melumat vaginanya. Ia menciuminya dengan gemas sambil sesekali dijilat klitorisnya. Sementara Marinka sedang meremas-remas payudara temannya yang satu.
“Aahh… ach… ge… geli Bang. Terus…jangan berhenti. Mmh… aahh… ahh.” erang Farrah
Setelah puas dengan vagina Farrah, Bang Toyib mulai merayap ke atas, namun jari-jarinya tetap mengobok-obok vagina Farrah yang semakin becek saja. Kini Farrah ditindih oleh Bang Toyib dan Marinka. Payudaranya yang besar bergoyang-goyang di depan wajah mereka karena nafasnya yang makin memburu.
“Wow, tetek kamu bagus banget Far. Apalagi putingnya, kayak cherry”, goda Marinka sambil meremas-remas payudara temannya dan mengulum putingnya.
Sedangkan Farrah hanya tersenyum malu.
“Ahh, ah bisa aja lu Mar!”, katanya sambil tangan kanannya berusaha manjangkau penis Bang Toyib.
Melihat hal itu Bang Toyib pun segera mendekatkan penisnya dan ia tekan-tekankan ke vagina wanita itu. Sambil mendesah keenakan, tangan Farrah mengocok penis itu. Marinka dan Farrah beradu lidah dengan panasnya, desahan-desahan tertahan terdengar dari mulut mereka. Sementara tangan keduanya memainkan vagina pasangan masing-masing. Selangakangan mereka telah mengeluarkan banyak sekali cairan hingga terdengar bunyi decakan, rupanya keduanya sudah sempat ejakulasi.

Karena merasakan spermanya hampir muncrat, Bang Toyib segera menghentikan kocokan Farrah yang benar-benar nikmat itu. Setelah menenangkan diri agar spermanya tidak buru-buru keluar, pria itu pun meminta Farrah agar menungging.
“Yuk Bang, udah pengen nih daritadi”, katanya sambil mengambil posisi nungging dan membuka lebar bibir vaginanya dengan jari mempersilakan Bang Toyib menusuknya.
Tanpa berlama-lama lagi, Bang Toyib pun mengarahkan penisnya ke vagina Farrah yang membuka lebar itu. Lalu mulai ia masukkan sedikit demi sedikit, rasanya hangat dan becek sehingga mempermudah ia melakukan penetrasi. Dengan sebuah hentakan, Bang Toyib menekan penisnya agar lebih masuk ke dalam.
“Aachk! Bang, sa… sakit! aahhck… ahhck…” Farrah mengerang tetapi pria itu tak peduli.
Bang Toyib terus menekan-nekan penisnya ke vagina Farrrah sehingga akhirnya batang itu seluruhnya masuk ke dalam liang sorgawi itu. Ia mengistirahatkan penisnya sebentar dan merasakan vagina Farrah berdenyut-denyut. Marinka mengenyoti payudara montok Farrah membuat wanita itu dilanda kenikmatan di tengah rasa nyeri vaginanya disodok oleh Bang Toyib. Pria itu pun memulai kocokan penisnya di dalam vagina Farrah yang basah sehingga memudahkan penisnya untuk bergerak. Ia tarik penisnya dengan perlahan-lahan membuat Farrah menggeliat dalam kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Makin lama kocokannya makin cepat. Sekitar seperempat jam kemudian tiba-tiba tubuh Farrah menggeliat dengan liar dan erangan seksi keluar dari bibirnya yang sensual. Kemudian tubuhnya kembali melemas dengan nafas yang memburu. Bang Toyib merasakan penisbnya bagai disemprot oleh air hangat. Rupanya Farrah sudah ejakulasi, terlihat ada cairan orgasme berleleran dari vaginanya ketika Bang Toyib mencabut penisnya.
“Hehe…gimana? maknyus kan Non Farrah…yuk sekarang bersiin dong kontol Abang!” kata Bang Toyib sambil mengeluskan penisnya ke mulut Farrah.
Kedua wanita itu tersenyum dan Marinka yang berbaring ikut mengerubuti penis Bang Toyib yang masih basah oleh cairan orgasme Farrah. Kedua cheff cantik itu memulai tugasnya membersihkan penis Bang Toyib, yang satu mengulum batangnya, yang lain buah zakarnya, atau mengocoknya, secara bergantian.
“Ooh… mantep, kayak di surga, dilayani dua bidadari cantik gini!”, lenguh Bang Toyib sambil memaju-mundurkan pinggulku pada mulut Marinka yang sedang mengulum penisnya.
“Tampang imut tapi ternyata doyan kontol ya lu Mar” Farrah tertawa menggoda Marinka yang dibalas dengan cubitan pada putingnya.

Marinka juga menjepitkan penis sopirnya itu di antara kedua buah dada montoknya dan digesek-gesekkan di antaranya. Setelah beberapa saat mengocok penis itu dengan payudaranya, ia menarik benda itu dan berbaring telentang sambil mengarahkan benda itu ke mulut bawahnya.
“Dimasukin sekarang ya Bang?” katanya sambil mengusapkan penis sopirnya ke bibir kewanitaannya.
“Beres Non…Abang juga udah pengen kok hak…hak…hak!!” pria itu lalu menyuruh Marinka agar lebih mengangkang.
Bang Toyib pun membimbing  penisnya dan kemudian ia masukkan ke dalam kewanitaan majikannya. Dibanding Farrah, vagina Marinka lebih seret karena lebih jarang dipakai ML dan juga belum pernah melahirkan seperti temannya. Kedua jari Farrah membantu membuka kewanitaan temannya agar lebih gampang dimasuki. Marinka sempat mengerang kesakitan. Tapi tampaknya tidak begitu dipedulikannnya. Sensasi kenikmatan hubungan seks liar dan terlarang ini mengalahkan perasaan apapun yang dia rasakan saat itu. Bang Toyib yang makin bernafsu pun menaikkan tempo genjotannya
“Aahh… aahh… aacchk…Bang terus, yang kenceng… ahh… ahh… mmh… aahh… ”
Mendengar erangan sensual itu, Bang Toyib pun semakin dalam menancapkan penisnya dan semakin mempercepat kocokannya.
Sambil mengocok vagina majikannya, Bang Toyib juga terlibat percumbuan yang ganas dengan Farrah, lidah mereka saling belit, sementara tangan Bang Toyib pun aktif meremasi payudara teman majikannya itu
“Aahh… Bang… saya keluar nih! mmh… aahh… ahh…” Marinka mendesah dan menggelinjang menyambut orgasme yang datang menerpa
Segera Bang Toyib pun menarik lepas penisnya. Nampak dari bibir kemaluan Marinka mengalir cairan bening yang sangat banyak.
“Sedap gak Non?” tanya Bang Toyib
Tanpa disuruh, Farrah menempatkan diri di antara kedua belah paha Marinka, ia membenamkan wajahnya di selangkangan temannya dan mulai menyeruput cairan orgasmenya.
“Aaahhh….Farr….!” erang Marinka sambil menggeliat merasakan geli pada vaginanya akibat sapuan lidah Farrah.

“Nah, Non Farrah masih pengen ga?”, tanya Bang Toyib sambil merangkul pundak Farrah setelah wanita itu selesai menyeruput vagina temannya.
“Sabar dong Bang, nafsuan banget sih, kan malam masih panjang!” kata Farrah genit.
Kemudian, untuk merangsangnya kembali, Bang Toyib merendahkan tubuhnya dan mengenyot payudara Farrah sehingga wanita itu pun mendesah nikmat
“sekarang Non yang goyang yah!”, sahut Bang Toyib sambil membaringkan tubuhnya.
Ia membimbing Farrah agar duduk di atas penisnya. Begitu wanita itu jongkok, Bang Toyib mengangkat pinggulnya sehingga kepala penisnya menempel dengan bibir vagina Farrah. Sambil membuka vaginanya sendiri dengan jari-jarinya ia pun menurunkan tubuhnya sedikit-sedikit. Farrah mengerang menikmati proses penetrasi itu. Setelah setengah dari penisnya masuk, Bang Toyib menekan pinggulnya dengan keras sehingga akhirnya penisnya masuk semua ke vaginanya. Hentakan yang cukup keras tadi membuat Farrah menjerit kesakitan. Untuk mengurangi rasa sakitnya, Bang Toyib meraba payudaranya dan ia remas-remas dengan lembut. Lama-kelamaan Farrah pun mulai menikmati kocokan Bang Toyib yang agak kasar itu. Ia menaik-turunkan tubuhnya sehingga penis pria itu makin dalam menghunjam ke dalam vaginanya yang semakin basah.
”Uuhhh…sip deh goyangan Non Farrah, uuuhhh…aaahhh” lenguh Bang Toyib merasakan goyangan maut Farrah pada penisnya sehingga payudara wanita itu terpental kesana kemari saking kuatnya genjotan badan mereka.
“Aahh… aahh… aachk… Bang…saya keluar nih…aaahh”, katanya sambil terengah -engah.
Tak lama kemudian Farrah mendesah panjang dengan tubuh menggelinjang, ia melepaskan hasrat yang selama ini terpendam.
Cairan orgasmenya memancar dengan deras sehingga membasahi selangkangan mereka. setelah selesai ejakulasi, Farrah terkulai lemas dan memeluk Bang Toyib. Pria itu mengangkat wajahnya, membelai rambut panjangnya dan melumat bibirnya dengan mesra.
“Non Marinka…sini dong!” ia memanggil majikannya yang masih terkulai lemas untuk mendekat. Kemudian pria itu berdiri dan mendekatkan penisnya ke muka kedua wanita itu yang secara bergantian mengulum penis itu, membantunya mengeluarkan air mani yang sejak tadi tertahan. Makin lama kocokan dan kuluman mereka semakin cepat hingga akhirnya, crooottt… croott… creet… creet! Sperma kental memancar banyak sekali, membasahi wajah kedia cheff cantik itu. Bang Toyib mengocok penisnya lebih cepat lagi agar keluar lebih banyak. Setelah tidak ada yang keluar lagi, keduanya tanpa disuruh menjilati cairan yang masih menetes hingga bersih. Lalu dilanjutkan menjilati wajah mereka sendiri bergantian. Setelah selesai, Bang Toyib pun ambruk kelelahan. Ia tertidur diantara dua wanita seksi itu yang juga tengah meresapi sisa-sia kenikmatan surga dunia yang baru saja didapatnya tadi hingga mereka bertiga tertidur di ranjang yang sama. Sungguh pemandangan yang aneh seorang pria dengan muka pas-pasan tidur diapit oleh 2 selebriti cantik, bagi Bang Toyib ini adalah mimpi yang jadi kenyataan.

#################################

Tak terasa jam sudah menunjukkan jam 3 dinihari, di dalam kamar tempat pertempuran Bang Toyib dan 2 chef cantik tadi terlihat bayangan orang yang mengendap-endap menuju ranjang tempat Bang Toyib dan kedua cheff cantik itu tengah terlelap.
”Ahhhsss…sshhh….non…nanti pagi napa, Abang capek nih.” kata Bang Toyib setengah sadar saat dia merasakan ada yang mengulum penisnya.
Tapi dilihatnya dua wanita itu masih tertidur di samping kanan dan kirinya, lantas dia menengok ke bawah melihat siapa gerangan yang menservisnya itu.
”Hihihihi yayang Toyib, ayo donk Aye udah gak tahan Bang!” kata orang yang tengah mengulum penisnya itu.
Ternyat dia adalah Bi Imah yang sedang tersenyum memperlihatkan gigi ompongnya.
”TTTTTIIIIIIIDDDDAAAAAAAAAKK!!!!!!!!!” teriak Bang Toyib yang diikuti oleh tawa Bi Imah yang langsung menutup pintu kamar

k2

Sudah seminggu sejak kejadian terkutuk itu, dan Mona sudah tidak berdaya apa-apa lagi untuk bisa menolak keinginan dari Mahmud yang ternyata sudah merencanakan semuanya dari jauh hari, apa yang harus dia lakukan dan terima. Awalnya dimulai dengan Mahmud “mengaudit” lemari baju Mona, ia mengambil semua celana dalam dan BH-nya, ia memilih baju-baju yang bisa digunakan, rata-rata baju yang disisakan adalah baju yang seksi, ketat atau tipis. Lalu ia mengambil atm dan kartu kreditnya, setiap hari bila berangkat kantor ia hanya diberikan uang secukupnya untuk makan dan ongkos, dan juga secara otomatis kini gadis itu tidak pernah menggunakan underwear lagi. Semua celana panjang miliknya telah diambil juga, sehingga kini ia hanya punya rok yang minimal pendeknya 10 cm di atas lutut. Mona sudah pasrah, ia sudah merasa tidak ada harganya lagi sebagai wanita, harga dirinya sudah dirampas dan dipermainkan oleh Mahmud. Banyak sudah permintaan dari Mahmud untuk melayani dirinya, baik permintaan yang “biasa-biasa” saja atau permintaan yang aneh-aneh, seperti dia harus striptise diiringi musik, atau harus memblowjob dengan posisi tangan terikat dan macam-macam lainnya. Dengan kondisi tidak boleh menggunakan underwear, Mona benar-benar merasa risih sekali apalagi kalo harus berangkat kantor atau beraktifitas. Ia merasa dirinya telanjang dan kayanya semua mata laki-laki yang berpapasan seperti mengetahui bahwa dibalik bajunya ia tidak menggunakan BH. Juga sekarang bila ke kantor, ia diwajibkan menggunakan sepatu yang berhak tinggi, sehingga menonjolkan pantat bulatnya yang dibungkus oleh rok mininya yang ketat. Sering saat ia berdesakan dalam bis kota, ada tangan-tangan jahil yang mencoel pantatnya atau bahkan menggesek-gesek pantatnya saat berhimpitan, dan karena ia diperintah Mahmud untuk tidak marah atau menolak bila dia ada yang melecehkan seperti itu, jadi ia tidak berdaya orang-orang jahil itu menikmati kenyalnya pantat bulatnya itu. Juga dengan berjalan menggunakan high heels ini membuat payudara Mona bergoyang-goyang seiring langkahnya, seolah-olah menantang untuk diremas dan dibelai. Yang membuat Mona heran, dalam kondisi yang diperbudak oleh Mahmud ini malah kadang membuat dirinya terangsang, mungkin karena kondisi yang tidak berdaya ini yang menyebabkan libido-nya meningkat. Bahkan kadang-kadang ia merasa bangga karena tubuhnya yang memang seksi ini benar-benar selalu mejadi pusat perhatian orang, walau sebenarnya itu merendahkan derajatnya sebagai wanita baik-baik.
Kini sudah berjalan 3 minggu sejak kejadian itu, setiap malam ia harus melayani Mahmud dengan beberapa cara dan gaya. Dan kini Mahmud sudah siap untuk melanjuntukan planning kotornya ke gadis malang itu. Ia sudah cukup puas dengan setiap malam bisa menikmati kehangatan dari Mona yang kini seperti boneka hidup. Jadi kini ia ingin ngerjain Mona dengan segala rencana yang sudah dia susun. Hari ini memulai hari dengan jantung berdebar dan rasa khawatir yang luar biasa, karena tadi malam Mahmud memberikan perintah yang bikin jantungnya serasa copot dan rasanya pengen mati aja. Perintahnya adalah ia tidak boleh mengatakan tidak/menolak permintaan dari semua laki-laki, apalagi yang berhubungan dengan hal-hal mesum/seks, apapun perintahnya ia harus turutin sampai laki-laki tersebut sudah mencicipi/menikmati dari apa yang diminta. Mahmud juga mengatkan bahwa ia akan memasang mata-mata atau bahkan ia menyuruh teman-temannya sendiri untuk yang melakukan permintaan-permintaan itu, jadi Mona tidak bisa bohong bila ia berusaha menolak atau menghindar.
“haduuuuhh…mampus deh gua sekarang, anjing bener tuh si Mahmud” kutuk Mona dalam hati, tapi ia tidak berdaya apa-apa untuk menolaknya.

Jantungnya berdebar-debar juga membayangkan hal apa yang akan menimpanya nanti, walau selama ini ia dipaksa oleh Mahmud untuk melayaninya dengan segala cara. Sebenarnya secara tidak sadar Mona sudah menjadi wanita yang kaya pengalaman dalam hal seks dan tau bagaimana memberikan kepuasan pada lawan jenisnya. Dan ia juga tidak memungkiri, bahwa kini ia juga menikmati sensasi luar biasa dalam berhubungan seks, hanya karena lawan jenisnya saja yang seperti Mahmud yang kakek buruk rupa itu yang membuat dia kesal. Dari pagi sampai sore di kantor, Mona bersyukur bahwa tidak ada kejadian apapun yang membuat dia harus menuruti perintah orang dan kini sebelum pulang ia harus menelepon Mahmud untuk memberi laporan.

“hemmm…belum ada ya?”kata Mahmud setelah mendengar laporan Mona. “gapapa lah..kamu tenang aja, ga usah gugup karena baru pertama, biar kamu agak santai kamu sekarang pake baluran perangsang yang udah aku masukin ke tas kamu..”
“Waduh..yang bener pak? Uuh tega banget sih bapak..” Mona kaget mendengar perintah itu. Ia memang diberikan botol kecil yang berisi cairan khusus, entah dimana Mahmud mendapatkan barang seperti itu.
“Udaaah jangan banyak omong, cepet pake video call pas kamu pake di 2 puting kamu, lidah dan bibir kamu dan juga di memek kamu..cepet!!!”
Mona mengeluh dalam hati, tapi ia tetap melakukan perintah itu. Di kamar mandi, ia mulai membalurkan cairan itu ke tempat-tempat yang disuruh, dan sebentar saja Mona merasakan putingnya mengeras dan menjadi sensitive sekali. Lalu ia mulai merasakan efek baluran itu juga pada vaginanya yang langsung basah dan ada perasaan yang kuat, yaitu keinginan untuk agar vaginanya menerima usapan liar dan terutama keinginan disodok sama penis. Begitu juga dari ada keinginan kuat untuk mencicipi aroma penis agar bisa dihisap-hisap dan diemut melalui bibir seksinya. Mona kini benar-benar tak berdaya.
Mahmud tertawa-tawa melihat reaksi Mona melalui video call-nya, melihat gadis itu mendesah dgn pandangan tidak focus
“Hei Mona..!! kamu maunya apa?” teriak Mahmud secara tiba-tiba.
“Mau kontol…eeh, ngga sa..salah..ga mau apa-apa..” tanpa sadar Mona menjawab dengan latahnya.
“Ga mau dientot..?”
“mauu…mau..,ngeh..ngga..ngga..”
“hehehe..selamat pulang yaaah…” Mahmud terkekeh melihat hasil dia ngerjain Mona.
Gadis itu mengeluh dalam hati, karena sepertinya akan sulit menghindar dari malapetaka pelecehan terhadap dirinya karena kondisi dirinya sekarang dan perintah dari Mahmud yang harus menjadi “yes girl”. Ditambah lagi kini ia tidak punya uang untuk pulang dan mau ga mau harus jalan kaki untuk pulang ke kost.
Mona berjalan pulang dengan perasaan yang tidak karuan, sekuat tenaga ia menahan keinginan liar yang dibangkitkan secara tidak wajar pada bagian-bagian tubuhnya yang menjadi sangat sensitif yang sangat membutuhkan pelampiasan. Karena harus menahan nafsunya itu sering Mona menahan nafas dan mengerang pelan dengan wajah yang sayu dan horni, sehingga wajahnya yang cantik itu tampak menggairahkan, belum lagi tubuhnya yang seksi itu menggunakan blus kerja yang tidak mampu menyembunyikan tonjolan dada yang membusung dan rok mininya memperlihatkan paha yang putih mulus dan jenjang itu. Sebisa mungkin gadis itu tidak memandang orang-orang yang berpapasan dengan jalan menunduk, karena setiap ia melihat laki-laki darahnya serasa berdesir dan membayangkan penis dan kenikmatannya bila ia bisa mengulum-ngulum penis itu atau digesek-gesekkan ke vaginanya sambil buah dadanya diremas-remas, kembali Mona mendesah pelan membayangkan itu semua. Makin lama perasaan yang meledak-ledak itu makin kuat membutuhkan pelampiasan, tapi Mona terus menguatkan dirinya jangan sampai ia merendahkan martabatnya, ia terus berharap tidak ada laki-laki iseng yang bakal ngajak dia aneh-aneh yang dia ga bisa tolak. Kini Mona malah merasakan bahwa vaginanya jadi agak basah karena gesekan 2 pahanya saat melangkah dan hal itu makin menyiksa dirinya yang makin horni, apalagi gesekan bajunya dengan putingnya yang mengeras itu juga makin membuat nafas Mona agak memburu dan bibirnya yang seksi seperti menahan nyeri. Mona terus berjalan dan berusaha untuk secepat mungkin melangkah, tapi karena gangguan rasa horninya kadang-kadang ia tampak sedikit limbung dan memelankan langkahnya karena menahan nafsunya. Sejauh ini ia masih aman dari gangguan laki-laki meskipun dia tau setiap laki-laki yang berpapasan dengan liar menatap dirinya dan tubuhnya yang aduhai, ia masih berharap walau harapannya tipis karena ia juga diberikan rute pulang oleh Mahmud yang sedikit rawan untuk seorang wanita seperti dirinya pulang jalan kaki sendirian. Dan apa yang ditakutkan gadis itu benar-benar terjadi.

Dalam rute yang diberikan, Mona harus memotong jalan gang di belakang pasar daging dan pada saat ia masuk gang tsb di kanan kiri-nya merupakan kios-kios daging yang sudah sepi karena pasar sudah tutup. Saat baru berjalan beberapa langkah, ia mendengar suara beberapa laki-laki berbicara diselingi dengan suara tertawa. Sepertinya mereka sedang bermain sesuatu. Dugaan Mona tidak salah, karena saat itu memang ada beberapa supir angkot yang sedang melepas lelah setelah seharian narik dan menghabiskan waktu main judi sambil minum minuman keras, dan saat ini mereka sudah mulai dipengaruhi oleh alcohol.
“Siaaall…!! Waah lo pada pasti ada yang curang niih…abis duit gua..” seloroh Tono sambil membanting kartunya, hari ini dia memang lagi sial karena kalah melulu. “Bilang apa nih ntar ama bini gua?” katanya sambil menenggak beberapa teguk bir-nya.
Teman-temannya hanya tertawa-tawa mengejek Tono dan yang ditanggapin sambil terkekeh-kekeh dan dia berdiri karena mau kencing. Saat ia berdiri itu ia melihat Mona yang sedang berjalan dengan sedikit terhuyung, saat ia menajamkan penglihatannya ia terbelalak melihat kecantikan dan keseksian gadis yang akan lewat di jalan sepi itu.
“Woii..woi..liat tuh, ada cewe cakep banget..cepetaan, keburu lewat loh..” serunya ke teman-temanya.
“Ahhh..palingan si Surni yang di belakang itu kan? Ga jauh deh lo Ton..”seloroh temennya sambil tetep maen kartu.
“Eeeehh..beneraaann.., ya udah gua aja yang mau ngeliat lebih deket..” kata Tono sambil berjalan dengan arah memotong arah perjalanan cewe nafsuin itu.

Teman-temannya tetep cuek dan membereskan kartu dan botol-botol lalu meninggalkan tempat itu. Mona terus berjalan sambil tetap menahan rasa horni-nya, dan sebentar saja dia melihat ada laki-laki yaitu si Tono sedang bersender di salah satu kios kosong sambil memandanginya. Mona berdoa agar laki-laki itu ngga iseng dan ia terus jalan sambil menunduk.
Saat melihat lebih dekat, Tono makin takjub melihat Mona terutama keindahan badannya. Ia menelan ludah melihat payudara gadis itu yang bulat dan montok dan ia melotot karena secara samar ia seperti melihat tonjolan puting dari kain blusnya yang memang agak ketat. Dan saat ia melihat pahanya kembali ia menelan ludah melihat batang paha yang putih bersih dan jenjang itu. Karena bengong itu dan seperti orang linglung Tono tidak sengaja melepas botol minumannya sehingga jatuh dan pecah.
“Praanngg…!!”
“Eh kontol…kontol enak…!!” Mona tanpa sadar teriak karena latahnya dan pikirannya yang sedang kacau.
Mendengar latah itu, Tono tertawa dan jadi lebih berani ditambah lagi ia juga sudah agak mabok..
“Hehehe…emang enak ya kontol ya mba..?” pancingnya
“hmmmm…?” Mona mengutuk dirinya kenapa ia menjawab dengan gaya yang seksi dengan pandangan mata sayu dan suara yang serak-serak basah, dan ia memandang ke arah Tono yang merupakan laki-laki berkulit hitam dengan ukuran tubuh sedang, berusia sekitar 30-an dengan wajah yang keras karena kehidupan.

“A..apa bang?” tanya Mona lagi yang tidak sadar menjilat bibirnya yang ranum itu.
“Ngga…demen sama kontol emangnya…?” blingsatan Tono melihat bibir seksi yang basah dan sprt menyeringai menantang itu.
Mona menelan ludah beberapa kali mendengar pertanyaan itu, dan dengan sedikit gemetar ia menjawab,

“De.. demen banget bang..” pikirannya udah menerawang ga jelas karena rasa takut dan desakan birahinya yang meningkat terus.

Tubuhnya serasa lemas dan tak bertenaga sehingga 1 tangannya bersandar pada meja kayu. Ia merasa vaginanya makin basah dan serasa desiran-desiran pada perutnya yang menjalar ke bagian selangkangnnya makin kencang. Tono lebih berani lagi melihat respon gadis itu, ia merasa celana bagian selangkanganya jadi agak sesak
“Enaknya emang gimana sih?” sambil ia membenarkan arah penisnya.
“Hmmmm….oouh..enaknya diciumin, dijilat…nggg..sama diisepin bang..” jawab Mona sambil matanya tanpa sadar melihat ke arah penis Tono karena gerakan tangannya, dan ia makin sesak nafasnya.
Tono benar-benar ngga ngira akan ada jawaban seperti itu, jantungnya berdetak kencang karena ia jadi gugup juga ngeliat ada gadis secantik dan seseksi Mona berada di tempat seperti ini dan bertingkah yang di luar dugaan itu, ia lalu ngajak Mona untuk masuk ke tempat lebih agak ke dalam dan tertutup dari luar dan gadis itu juga tidak menolak.
“Rejeki banget nih…” pikir Tono dalam hati. Ia sekarang tidak peduli lagi asal usul gadis ”maut” ini, yang penting bisa dipakai.
“teruss..? selain itu enaknya apa lagi..?” tanya Tono
“uuuh..nanyanya gitu?” kesal juga Mona, tapi ia sudah pasrah karena tau ia tidak akan lepas sekarang “yaaah…paling enak kalo dimasukin lah bang..”
“wahahaha…tau aja kamu.., kamu..ehem..kayanya ga pake bh yah?” tanya Tono, ia sudah benar-benar ngaceng sekarang, ia kini lebih berani lagi, lalu ia menarik tangan Mona agar lebih dekat berhadap-hadapan sampai ia bisa mencium aroma wangi dari gadis itu
“Ngga bang..”
“Haah..bener? coba gua cek..” sambil ngomong gitu jari kedua tangan Tono ke arah puncak bukit payudara Mona dan saat dijamah ia segera merasakan puting yang mengeras tanpa ditutupi BH, ia melihat tubuh Mona menegang dan keluar rintihan lirih dari bibir seksinya, dan tubuhnya menggeliat saat ia memuntir-muntirnya dan makin cepat rintihan yang terdengar.
“enak yaaaa…”
“Ngeh..ouuh..ss..stop bang…” Mona masih berusaha menolak, tapi ia segera ingat pesan Mahmud. “Nggeehh..iyaa…enaak bgt baaang…oouuhh…aww..kok dicubit..?” ralatnya dan juga karena birahinya sudah memuncak ia jadi berlaku seperti wanita murahan.

Kesadarannya yang sudah tipis itu, merasa terhina sekali karena ia harus merelakan putingnya dipuntir-puntir sama laki-laki asing dan berkasta rendah. Melihat erangan dan geliat tubuh Mona makin liar itu, Tono tau bahwa gadis di depannya ini sedang dalam keadaan horni banget. Hal ini makin membuat dirinya senang akan kenikmatan yang akan didapat, ia tidak peduli lagi kenapa gadis ini bisa horni kaya gini. Lalu ia mendekatkan wajahnya ke wajah cantik Mona, dan segera ia merasakan hembusan nafas Mona yang hangat dan cepat menerpa dan dengan cepat bibirnya menempel ke bibir gadis itu yang terasa basah dan hangat. Kelembutan bibir Mona makin membuat Tono bernafsu. Ia melumat dan mengulum-ngulum dengan liar, terdengar suara mengerang dari Mona yang menggeleng-gelengkan kepalanya dengan lemah, sebenarnya hampir pingsan ia mencium aroma minuman keras dan mulut apek Tono. Meski masih berupaya menolak walau hanya setengah hati, tapi sebenarnya ia merasa sangat menikmati lumatan kasar dari Tono itu, tubuhnya merespon dengan sendirinya akibat birahinya yang sudah mengalahkan logikanya. Sambil mencium, kini bukan saja memuntir putingnya tapi mulai meremas-remas dengan liar gumpalan daging kenyal yang kencang nan padat itu. Gadis itu makin merintih-rintih dalam ciuman Tono yang berpindah ke leher Mona yang harum memabukkan.
“Ouucchh..” Mona menjerit lirih saat lehernya dicupang oleh Tono dan ia makin menggelinjang saat Tono mendesah dan menggumam tak jelas di kupingnya.

Hembusan nafas Tono dan jilatan lidahnya membuat Mona blingsatan, tanpa sadar tangannya mengarah ke vaginanya dan langsung mengusapi liang vaginanya yang sudah becek itu.
“Ouuucchh..aaannngggghhhhhhhhhhhhhhh….” sebentar saja Mona mencapai klimaksnya, tubuhnya menggetar hebat dan dadanya bergerak naik turun dalam remasan-remasan Tono.
“Hohohoho..ga pake cd juga kamu ya…emang udah siap dintetot kamu kayanya..” ujar Tono setelah melirik ke bawah dan melihat tangan Mona yang menggeseki selangkangannya sendiri.

Gadis itu merasa wajahnya panas karena malu tapi ia tak berdaya karena nafsunya sendiri. Kini dalam otaknya hanya pengen ada penis yang bisa ia nikmati lewat mulutnya atau lewat vaginanya, ia sudah tidak perduli lagi. Tapi ia tetap berusaha menjaga gengsinya walau ia sendiri juga tidak tau gengsi apa lagi yang bisa ia pertahankan. Setelah melancarkan remasan dan ciumannya selama 15 menit, Tono melonggarkan pelukannya ke Mona yang kini bersandar dengan keadaan yang menggiurkan. Rambutnya terlihat sedikit awut-awutan yang malah menambah kecantikan wajahnya yang diselimuti nafsu, kancing bajunya terbuka sehingga terlihat belahan dada montok yang menyembul dibalik bajunya yang acak-acakan. Gerakan dada montok itu naik turun nafsuin karena nafas Mona yang terengah-engah karena perbuatan Tono dan terutama karena sehabis orgasme tadi. Rok yang sudah mini itu terangkat ke atas memperlihatkan sedikit pangkal pahanya yang malah bikin ser-seran bagi Tono. Kulit paha yang putih itu terlihat sangat mulus dan menaikkan gairah.
“Lo bilang tadi suka kontol kan?” tanya Tono, sambil mulai membuka resleting celananya dan sebentar kemudian ia mengeluarkan penisnya yang sudah ngaceng daritadi. Ukurannya tidak terlalu panjang tapi diameternya cukup besar. Melihat batangan lelaki itu, Mona tidak mampu mengalihkan pandangannya dan menatap penis itu dengan penuh nafsu dan beberapa kali menelan ludah. Yang ada di otaknya cuma pengen menikmati penis itu. Lututnya serasa lemas dan gemetar menahan nafsunya untuk “menerkam” penis Tono. Melihat tatapan Mona yang ngga lepas dr penisnya dan wajah cantiknya yang seperti singa betina kelaparan melihat daging kijang nan empuk itu, Tono tersenyum senang.
“Kamu mau kan nikmatin kontol gua?” tanyanya yang dijawab dengan anggukan cepat dan erangan Mona “Kalo gitu, kamu buka baju kamu sekarang”
“Oooh…” Mona terdiam sesaat, tapi dengan jari gemetar ia mulai melepas kancing bajunya satu per satu.

Tono

Tono

Tono menelan ludah melihat gerakan Mona yang perlahan itu mulai memperlihatkan sedikit demi sedikit bagian dalam tubuhnya, dimulai dengan terlihatnya payudara yang berbentuk bulat sempurna dan berukuran di atas rata-rata itu, lalu terlihat perut yang langsing dan pinggang yang ramping tanpa lemak. Ditambah lagi kulitnya membungkus tubuh sintal itu begitu sempurna dan halus. Kini Mona sudah berdiri dengan tubuh bagian atas telanjang, yang membuat penis Tono terasa sakit karena saking kencangnya. “Cepat..isepin kontol gua..yang enak!!”
“Ouuuhh…” erang Mona, ia berlutut dan kini penis ngaceng itu sudah berada di depan wajahnya. Sambil menjilati bibirnya yang ranum ia meraih dengan lembut batang kemaluan itu, lalu ia mengecup pelan kepala penis yang bulat dan beraroma khas. Kecupan lembut itu dilanjuntukan dengan jilatan-jilatan yang menyapu seluruh bagiannya. Jilatan itu diiringi dengan erangan-erangan penuh nafsu yang keluar dari mulutnya dan sebentar kemudian gadis itu memasukkan penis itu ke rongga mulutnya. “Mmmmmmmmmmghh..”
Mona menikmati batang kelaki-lakian Tono yang memenuhi mulutnya, bergerak sliding keluar dan masuk dengan lancar dan cepat yang membuat laki-laki beruntung itu merem melek keenakan, dari atas ia melihat bagaimana bibir Mona yang merah itu menelan penisnya dan lidahnya yang seperti ular itu menjilatinya dengan penuh nafsu. Tono beberapa kali menggelinjang saat lidah gadis itu menyapu urat besar di bawah alat kemaluannya, dan Mona yang sudah ahli itu memainkannya dengan makin cepat dan liar. Sekejap Mona sadar bahwa ia dengan nafsunya memberi blowjob untuk laki-laki seperti Tono, tapi kesadaran itu langsung lenyap lagi akan kebutuhannya, nafsu yang menguasai dan rasa “laparnya” terhadap penis laki-laki, laki-laki manapun.

Mona terus menyepong penis itu dengan nikmat, bibir merahnya melingkar dengan ligat dan lidahnya yang basah dan panas itu terus menjilati dengan cepat dan ahli, gadis itu terus menghisap makin dalam dan dan kuat, akhirnya..
“Uuuugghhh…mantap bangeeet…jago banget lo ngisepnya” teriak Tono, spermanya membanjiri rongga mulut Mona yang langsung ditelannya dengan nikmat dan diteruskan menjilati batang Tono yang tetap perkasa itu.
“Oke sayang…saatnya gua cicipin memek lo yah..” ia menarik wajah Mona ke belakang dan ia mencium bibir sexy itu sekali lagi.

Lalu tangannya merayap ke arah bawah perut Mona dan menyusup langsung ke liang vagina yang sudah basah itu. Jari-jari ahli itu langsung menemukan klitoris Mona yang sudah terangsang banget dan mulai memainkan jarinya dengan cepat. Mona langsung menggelinjang hebat.
“Uuuuuuuugggggmmmmmmmmmmm” Mona menjerit dalam ciuman Tono.
Kedua bola mata Mona yang indah itu terbelalak tak percaya, kenapa hal ini bisa terjadi. Yang awalnya dia seorang gadis cantik nan seksi yang hanya menjadi impian setiap laki-laki, kini tubuhnya berada dalam kekuasaan seseorang seperti Tono yang saat ini sedang leluasa menikmati kenikmatan surga dunia.
“Uuuuugghhmmmm..” kembali ia mengerang merasakan payudaranya mengencang dan timbul rasa geli dan makin panas hawa nafsunya.

Liang vaginanya makin banyak mengeluarkan cairan pelumas yang memudahkan gerakan jari-jari Tono. Nafasnya makin memburu melalui hidungnya dan matanya yang sayu itu bergerak liar saat ia makin dekat dengan puncak kenikmatan yang berusaha dia tahan. Lalu ia menyerah dan orgasme yang luar biasa terjadi dengan liar.
“Aaaaaaaaggghhhhhhhhhh”
“Heheheheh…enak kan?” ujar Tono sambil melihat dengan senang Mona yang kini berdiri dengan goyah di atas sepatu stiletto-nya berusaha menenangkan pikiran dan gejolak dirinya setelah klimaks tadi.

Ia pasrah saja saat Tono menurunkan rok mininya melalui paha jenjangnya ke bawah dan secara otomatis ia melangkahkan kakinya keluar dari roknya tersebut. Kini tubuhnya sudah polos telanjang hanya menggunakan sepatu hak tingginya saja.
“Emang seksi banget lo ya..” ujar Tono, lalu ia menggerayangi setiap lekuk liku tubuh montok itu, pantatnya yang bulat dan kencang itu menjadi sasaran remasan dan cubitan tangannya. Mona hanya menggeliat-geliat lemah dan tampak menikmati setiap usapan pada tubuhnya.
“Sekarang gua mau nyicipin memek lo ya neng..” kata Tono, lalu ia mengangkat tubuh Mona ke atas meja kayu dan mengangkangkan kedua batang paha Mona sehingga kini liang vagina gadis itu terbuka menantang sejajar dengan penis Tono yang sudah siap “menggempur”.
Mona menelan ludah dan tanpa sadar lidahnya menjilati bibir merahnya sendiri saat melihat Tono menuntun penisnya ke arah vaginanya yang panas dan basah itu. Ia tersentak saat “helm” penis itu menyentuh bibir vaginanya dan yang segera dibenamkan masuk. Mata Mona membelalak dan punggungnya menegang ke belakang, tubuhnya serasa dialiri listrik tingkat tinggi, kedua tangannya meremas kuat pinggiran meja menahan serangan liar penuh nafsu itu.
“Uuuuuuuuggghhhhhhh….!”
Gadis itu melenguh-lenguh seirama dengan pompaan Tono yang maju mundur dan makin lama makin cepat, gesekan batang keras nan hangat itu dengan dinding vaginanya membuat dirinya belingsatan. Ditambah lagi remasan-remasan tangan Tono yang kasar pada payudaranya menimbulkan sensasi yang luar biasa.
“Ooouuuff…aak..akhu mau keluaaaaarr…nnggeeeehhh..” diakhiri erangan panjang ledakan orgasme menyerang sekujur tubuh Mona yang menggelinjang “Aaaaiiiiiiiiiieeeeeeeee….”

Otot-otot vagina Mona bergetar saat klimaks mebuat Tono melem melek merasakan sekujur batang penisnya seperti dipijit-pijit, menimbulkan kenikmatan tiada tara. Tono terus memompa penisnya keluar masuk dan makin cepat. 1 menit kemudian, Mona mencapai puncaknya lagi

“Ooouuuuuuuufffffffnngggghhh…”
“Terus bang…oouuhh….yang keras, yang ce…cepeth baangg..hhhhnnnnnnggg…” Mona yang sudah dikuasai sepenuhnya oleh nafsunya, meracau tak karuan diselingi desahan-desahannya yang menikmati setiap sodokan penis Tono yang perkasa.

Gadis itu mengempit pinggang Tono dengan kedua pahanya yang makin membuat Tono keenakan karena lubang vagina gadis cantik itu serasa makin sempit dan memijit-mijit kemaluannya. Keperkasaan Tono benar-benar membuat Mona makin liar dan blingsatan, ia sampai mencapai klimaksnya sebanyak 4 kali dan setiap klimaks itu membuat dirinya makin lepas kontrol menikmati permainan panas itu, ia tidak peduli lagi sekarang dengan memeluk tubuh tegap Tono dan menciumi leher dan sesekali melumati bibir laki-laki beruntung itu. Tono juga tidak ketinggalan, sambil terus memompa penisnya maju mundur tanpa kenal lelah, tangannya tak berhenti bergerilya ke sekujur tubuh seksi Mona, kesintalan tubuh gadis itu sungguh menggairahkan dan daging kenyal di dada serasa hangat dan lembut dalam setiap remasannya. Sesaat kemudian, Tono mempercepat sodokannnya dan wajahnya sedikit menegang, sambil memegang erat pinggul bulat montok itu, dengan sodokan keras akhirnya

“Uuuuuuuuuuuggggghhhhhh…..”
“Aaaaiiiiiiiieeeehhhhh….” Mona juga mencapai klimaksnya yang meledak kuat sekali berbarengan dengan lawan mainnya, ia merasakan “lahar” panas memenuhi liang kemaluan wanitanya. Tubuh sexynya mengejang menikmati setiap detik sensasi luar biasa yang ditimbulkan karena permainan seks mereka. Setelah beberapa saat menikmati setiap detik orgasme yang mereka alami, sambil meringis keenakan Tono mencabut penisnya dari vagina Mona lalu ia terduduk lemas karena keenakan, ia memandangi tubuh montok Mona yang telanjang di depannya dan ia menghela napas memikirkan keberuntungan dirinya dapat menikmati tubuh dari gadis secantik itu, karena kecapean dan pengaruh alkohol Tono ketiduran sambil tersenyum menghiasi bibirnya. Setelah terlampiaskan nafsunya yang dibangkitkan secara tidak wajar, kini Mona merasa tubuhnya lemas juga dan dengan perlahan ia mulai mengenakan kembali bajunya dan rok mininya. Lalu dengan langkah limbung ia meninggalkan tempat itu. Ia memandang ke Tono yang tertidur dan membayangkan kejadian barusan, dimana ia menikmati permainan seks dengan laki-laki seperti Tono yang dalam keadaan biasa tidak mungkin ia akan melakukannya. Dengan menghela nafas ia terus berjalan berusaha menghilangkan ingatannya mengenai dirinya yang dinikmati oleh laki-laki asing itu.

korban

“Huuuh..nyebelin banget sih tuh aki-aki..” gerutu Mona sambil mengunci pintu kamar kostnya.

Kembali hari ini ia sebel dengan Pak Mahmud, si bapak kostnya yang sering bersikap genit dan terkadang menjurus kurang ajar terhadap dirinya. Kejadiannya tadi saat dia pulang kantor berpapasan dengan Pak Mahmud yang sedang berusaha memaku sesuatu di dinding.
“Sore pak..lagi ngapain pak..?” sapa Mona demi kesopanan.
“Eh..mba Mona dah pulang..”sahut Mahmud dengan mata berbinar. “Kebetulan aku mau minta tolong sebentar bisa?”
Mona yang mau buru-buru ke kamar terpaksa menghentikan langkahnya dan menoleh.
“Apaan pak?” tanyanya sekenanya, kembali ia kesal melihat pandangan mata pak tua itu yang jelalatan ke arah dadanya.
“Ini loh..kamu bisa pasangin lukisan ini ga kepaku yang dah saya pasang itu, takutnya tangganya goyang banget karena berat badan saya, maklum agak gendut gini ribet jadinya” katanya sambil cengengesan dan kembali pandangan matanya menyantap kulit leher Mona yang mulus.”nanti saya pegangin tangganya”
Mona menyanggupi dan dia menaiki tangga yang memang sudah goyang itu, gadis itu baru sadar pas naik ke pijakan kedua bahwa tangga itu memiliki jarak yang cukup lebar antara pijakan-pijakannya, jadi saat kakinya naik ke pijakan kedua, dirinya yang saat ini menggunakan rok span ketat agak kesulitan dan roknya menjadi tertarik ke atas sehingga pahanya menjadi terbuka. Kejadian itu berulang lagi saat ia ke pijakan ketiga, bahkan jaraknya makin jauh sehingga pahanya makin terbuka lebih lebar. Mona mengutuk dalam hati, saat melirik Pak Mahmud yang dengan senyum mesumnya menikmati pahanya yang jenjang dan berkulit mulus bersih itu. Melihat pemandangan indah ini, Pak Mahmud merasa nafasnya sesak sama sesaknya dengan penisnya yang jadi menegang. Sungguh indah bentuk paha gadis ini dan ia dengan bebas bisa melihat dari dekat, ingin rasanya mengelus paha montok nan mulus itu, tapi ia menahan diri. Ia menyerahkan lukisan ke Mona untuk dipasang, tapi karena nyantolinnya masih agak tinggi maka gadis itu harus memasangnya dengan mengangkat tangannya setinggi mungkin, ia tidak sadar bahwa karena gerakannya itu blusnya yang pendek ikut tertarik ke atas sehingga terlihat kulit pinggangnya yang ramping sampai ke perut di bawah dadanya.

Dengan sengaja Pak Mahmud menggoyangkan tangganya sehingga memperlama dirinya untuk bisa menikmati pemandangan pinggang berkulit mulus gadis itu. Setelah selesai terpasang, Mona menurunkan kaki kirinya ke pijakan kedua yang ternyata tanpa sepengetahuannya telah dilonggarkan pakunya. Sambil terus menikmati paha Mona yang terbuka kembali, Pak Mahmud bersiap-siap.
“Eiiihh…eiihh..” Mona menjerit kecil saat pijakannya lepas dan ia terjatuh ke belakang dan saat itu dengan sigap Pak Mahmud menangkapnya sehingga tidak sampai terjatuh lebih parah.
Merah muka gadis itu karena satu tangan yang menahan dirinya memegang tepat ke pantatnya dan sepertinya ia merasa tangan itu sedikit meremasnya. Dengan cepat ia menjauhkan badannya dari “pelukan” Pak Mahmud yang mengambil kesempatan itu.
“Waduh, untung sempet saya pegangin mba nya, kalo ngga bisa berabe tuh..” ujar Pak Mahmud cengengesan yang masih menikmati hangatnya tubuh dan kenyalnya pantat Mona tadi walau sesaat tadi.
“Mmm..iya pak, makasih..udah kan pak ya..” tukas Mona sambil ngeloyor pergi dengan diikuti pandangan Mahmud yang menikmati gerakan pinggul gadis yang montok itu.
“Hmmm..tunggu aja ntar ya..lo bakal kena ama gua” pikir pria tambun setengah tua ini dalam hati.

Sudah banyak planning yang kotor dan mesum darinya yang memang punya sedikit kelainan seks ini. Di dalam kamar, Mona masih sebel sama kejadian tadi. Sudah terlalu sering ia mendapat perlakukan atau kata-kata yang menjurus mesum dari bandot tua itu, tapi ia berusaha menahan diri mengingat bahwa tempat kost ini cukup murah dengan fasilitas yang ada juga ditambah lagi dengan lokasi yang di tengah kota dan dekat ke tempat kerja atau mau ke mana-mana. Maka ia memutuskan untuk tetap bertahan asalkan si mesum itu tidak terlalu kurang ajar. Bila ketemu pasti Mona merasa risih dan agak ngeri ngeliat mata Mahmud yang seperti menelanjangi sekujur tubuhnya, tapi terkadang selain ngeri dan risih gadis itu juga merasakan bangga dan senang karena kecantikan dan tubuhnya menjadi perhatian sampai seperti itu walau Mahmud bukan levelnya untuk bisa menikmati dirinya.

Beberapa kali kalau berpapasan sama Mahmud dan berbincang-bincang, selalu saja tangannya tidak pernah diam menjamah, walau hanya menjamah pundak atau lengannya tetap saja gadis itu merasa risih karena sambil melakukan itu bapak kost itu merayu dengan kata-kata yang kampungan.
“Ahh..udahlah, ga penting juga..mendingan gua mandi” kata Mona dalam hati

Sambil berkaca ia mulai melepas satu per satu kancing blusnya dan melepasnya sehingga bagian atasnya kini hanya tertutup BH biru muda yang susah payah berusaha menutupi payudara berukuran 34D itu. Dengan pinggang yang ramping, maka buah dada itu tampak sangat besar dan indah dan karena Mona rajin ke fitness makin tampak kencang dan padat. Sungguh merupakan idaman bagi semua laki-laki di dunia bagi yang dapat menikmatinya. Lalu ia melanjutkan dengan melepas rok span-nya ke bawah sehingga kini tubuh yang memiliki tinggi 168cm ini hanya ditutupi bra dan cd yang berwarna senada. Body yang akan membuat laki-laki rela untuk mati agar bisa mendapatkannya, memiliki kulit putih asia dan dihiasi dengan bulu-bulu halus nan lembut. Menjanjikan kehangatan dan kenikmatan dunia tiada tara. Mona melepas kaitan bra disusul dengan cd-nya yang segera dilemparkan ke ember tempat baju kotor. Ia memandang sejenak ke cermin, melihat payudaranya seperti “bernafas” setelah seharian dibungkus dengan bra. Gumpalan daging yang kenyal dan padat dengan puting berwarna coklat muda sungguh menggairahkan.
“Auuh…” gadis itu sedikit merintih atau tersentak saat ia memegang kedua putingnya, serasa ada aliran listrik menyengat lembut dan menimbulkan rasa sensasi geli pada kemaluannya yang tanpa sadar tangan kirinya turun ke arah vaginanya dan sedikit membelainya.
Sambil senyum-senyum sendiri, gadis itu membayangkan dada telanjangnya dan membusung ini selalu menjadi sasaran remasan dari Roy pacarnya yang tidak penah bosan juga mengulum puting dan menciumi kulit payudaranya yang mulus dan harum itu. Tidak percuma ia setiap 3 hari sekali memberikan lulur pada tubuhnya, terutama pada payudaranya yang sampai sekarang memiliki aroma yang memabukkan walaupun dalam kondisi berkeringat.
Mona menghela nafas panjang menahan gejolak birahi yang timbul, dan sekarang ia merasa ingin dilampiaskan. Padahal baru tadi malam ia berenang di lautan asmara yang menggelora dengan pacarnya. Ia merasa dirinya selalu saja haus akan belaian pacarnya, padahal hampir setiap ketemu mereka bercumbu dengan hot dan yang suka bikin ngiler adalah mengulum penis Roy sampe bisa keluar spermanya. Kini ia membayangkan ukuran penis Roy saja udah bikin deg-degan, ga sabar untuk ketemu dan mengemut-ngemut batang kemaluan yang kokoh itu.
“Huuuh..mending gua mandi aja deh, otak gua jadi kotor nih..”
Selesai mandi, sedikit terusir pikiran-pikiran tadi karena sudah tersiram air dingin. “Loh, kok ga bisa sih nih?” Mona sudah beberapa saat ngga bisa memutar kunci lemari bajunya, ia masih coba terus beberapa saat tapi masih ga bisa juga.
“Duh, mesti minta tolong ama bandot itu dong” keluhnya

Untungnya masih ada baju di keranjang yang belum sempat dimasukkan ke dalam lemari. Tapi setelah memilih-milih, di keranjang baju itu hanya ada underwear 2 pasang dan baju-baju khusus tidur yang tipis dan seksi serta baju dalaman sexy seperti tanktop dan rok mini yang mininya 20 cm dari lutut. Dari pada pakai baju tidur tipis ia memilih rok mini dan tank top yang rendah belahannya. Sebelum ke Pak Mahmud, Mona memilih untuk makan malam dulu di ruang makan bersama, sambil makan ia menyalakan tv dan duduk di ujung sofa.
“Ehh..mba Mona baru makan ya..bapak temenin ya, ga baik cewe seseksi kamu makan sendirian” tiba-tiba si bandot itu muncul, dan langsung menyantap paha Mona yang disilangkan itu, sungguh mulus, lalu ia duduk di samping gadis itu.
“Ia pak..sekalian makan pak…terus sama minta tolong kok lemari baju saya ga bisa dibuka yah?” pinta Mona sambil menggeser menjauh dan berusaha dengan sia-sia menarik turun rok mininya. “buset tuh mataaaa…abis gua..” katanya dalam hati.
“Ooo gitu, nanti saya periksa deeeh…”
“Makasih ya pak”
Mona buru-buru nyelesaiin makannya, saat tiba-tiba ia merasa dadanya bagian putingnya terasa gatal. Awalnya berusaha ditahan saja tapi makin lama makin meningkat rasa gatalnya, dan bukan itu saja kini ia merasakan hal yang sama pada vaginanya.

Ia masih berusaha menahan tapi sudah hampir tidak kuat, duduknya jadi gelisah dan ia berusaha menggoyangkan badannya agar rasa gatal itu hilang bergesekan dengan bahan bra-nya dan ia mempererat silangan kakinya. Tapi rasa gatalnya tidak berkurang, bahkan kini seluruh daging kenyal payudaranya terasa gatal.
“Ouuuhh..” akhirnya Mona tidak tahan dan ia menggaruk sedikit kedua payudaranya dengan tangannya, saat ia menggaruk terasa nyaman sekali karena gatalnya berkurang tapi sulit untuk berhenti menggaruk. Sambil memejamkan matanya karena keenakan menggaruk ia lupa ada Pak Mahmud di situ.
“Kenapa kamu? Kamu kegatelan yaah?”
“Uuuhh…sssshh..ehm, i…iya pak..” terkejut Mona karena baru ingat ada si bandot di sampingnya, tapi ia terus menggaruk makin cepat dan karena tak tahan ia menggaruk juga ke pangkal pahanya..
“Uuuuuffh..ssshh…” aliran darah Mona berdesir cepat karena sensasi menggaruknya itu selain menghilangkan rasa gatal juga membuat birahinya tergelitik. “per..permisi pak..uuffh..” sambil terus menggaruk ia mau bangkit dari kursi tapi rasa gatal itu makin menghebat yang akhirnya dia hanya teduduk kembali sambil terus menggaruk

Sedetik ia melihat Mahmud hanya menonton dengan pandangan penuh nafsu setan ke dirinya yang terus menggaruk itu. Gadis itu mengutuk karena ia memberikan tontonan gratis kepada pria tua itu tanpa dapat mencegah. Gerakannya makin cepat dan tidak karuan karena kedua tangannya hanya bisa menggaruk 2 bagian dari 3 bagian tubuhnya yang terserang itu, kini rok mininya sudah tersingkap semua karena ia harus menggaruk liang kemaluannya sehingga memperlihatkan kedua pahanya yang jenjang dan berkulit putih mulus itu. Gadis itu terus merintih-rintih karena kini rasa gatalnya sepertinya tidak bisa digaruk hanya dengan garukan yang masih terhalang kaos dan bh untuk kedua payudaranya dan celana dalam tipisnya untuk vaginanya, tubuhnya serasa lemas karena rasa gatal dan birahinya yang kini membuat vaginanya menjadi basah dan ia merasa putingnya mengeras.

Pak Mahmud

Pak Mahmud

“Misi pak…mau ke kamar dulu niiih..uuhh..” Kata Mona, tapi Pak Mahmud diam saja menghalangi jalan keluarnya. Rasanya ingin marah saja tapi rasa gatal itu menghalangi rasa marahnya.
Karena akhirnya ia tidak tahan dan tidak bisa mencegah lagi, dengan serabutan dan cepat ia menarik tali tank topnya kebawah dan menarik turun branya sehingga kini buah dadanya telanjang yang segera ia menggaruk dengan cepat dua gunung indah itu terutama putingnya yang kini sudah mancung dan mengeras, kakinya bergerak blingsatan karena rasa gatal pada vaginanya makin menghebat. Pak Mamud tertawa dalam hati, ia menikmati melihat indahnya pemandangan di depannya itu, betapa buah dada Mona yang berbentuk bulat kencang itu tidak tertutup apapun serta baju Mona yang sudah tidak keruan. Senang ia melihat gadis yang cantik tapi sombong ini kini tampak tidak berdaya. Rencana awal ini berhasil dengan baik, yang ternyata ia telah mengganti kunci lemari baju Mona dan menaruh bubuk gatal pada pakaian dalam gadis itu dan sengaja memilihkan baju yang seksi tertinggal di luar lemari. Tangan Mona masih bergerak cepat berpindah-pindah mencoba menggaruk 3 bagian tubuh, makin lama makin menghebat dan dari mulutnya meracau tidak jelas. Dengan susah ia berusaha menggaruk vaginanya secara langsung tapi ia kesulitan karena harus menggaruk putingnya.
“Saya bantu ya sayang…” tanpa disuruh ia menarik turun celana dalam tipis Mona, sehingga sekarang terlihat “bibir” bawah tersebut yang dihiasi bulu-bulu halus. Tampak indah sekali dan menggairahkan.
“Nggeeh..ja..gan kurang ooouhh..”ia tidak dapat melanjutkan umpatannya karena ia menikmati garukan pada vaginanya walau ia harus berpindah lagi sambil merintih-rintih terus

Ia terkejut sesaat ketika tangan Pak Mahmud mengelus-elus pahanya, tapi ia tidak bisa memperdulikannya lagi yang penting ia harus terus menggaruk. Dengan leluasa Pak Mahmud menjelajahi lekuk liku tubuh montok itu tanpa penolakan, kulit pahanya terasa lembut dan daging paha sintal itu terasa kenyal dan hangat dalam usapannya. Karena belaian-belaian yang dilakukannya ini membuat Mona makin menggelinjang karena kini birahinya sudah melonjak.

“Biar ini aku yang bantu yaah..” dengan sigap jari-jari tangannya hinggap di vagina Mona dan menggeseknya dengan liar.
“Ouuuuhh…ss..stoopp…aiiieh…iyaa…ouuhh” ngga jelas Mona mau ngomong apa, sedetik ia tahu vaginanya sedang diobok-obok oleh orang yang dia sebel, tapi ia tidak tau dan tidak berdaya karena rasa gatal dan nafsunya yang memuncak sehingga dia tidak mampu menolak perbuatan Mahmud. Kini ia fokus menggaruk payudaranya, tidak hanya digaruk tapi juga diremas-remas dan memuntir-muntir putingnya sendiri. Dengan leluasa Mahmud menggesek-gesek bagian tubuh yang paling rahasia milik gadis itu. Hampir 5 menit kini liang vagina itu sudah becek dan menimbulkan bunyi kecipak karena gerakan jari-jari Mahmud yang sudah ahli itu.
“aaahh..jgn dilepas..ohh…pak..” jerit Mona saat tangan Mahmud mengangkat tangannya dari vaginanya yg sudah basah itu dan malah “cuman” mengelus-elus pahanya dan meremas pantatnya.
“Kenapa sayang..? kamu mau aku untuk terus mengobok-obok memek kamu..?” tanya Mahmud.
“Ngeh..ngeh..iii yaaa paakk…ouufh..” diantara engahannya
“kamu yakin..??”
“uuhh…ngeh…sssh..” ia hanya mengangguk
“kamu mohon dong sama aku..paaak Mahmud sayang, tolong obok-obok memek saya…please saya mohon”
Mendengar perintah itu, sekejap Mona merasa malu dan marah tapi segera terganti kebutuhan body-nya yang sudah terbakar birahi secara aneh itu. Ia berusaha untuk tidak mengucapkan itu dengan terus menggaruk, tapi ia tidak kuat..
“ouuh..ngeh..Pa..Pak Mahmud sssss….sayaaang, ooh..tol..long obok…obok me…nggeh…memek sayaaaa…pleeeeease…uuuff.. saya mohoooonn…” erang Mona.
“Tentu sayang…”
Lalu dengan sigap jarinya menggerayangi bibir vagina Mona yang becek itu dan menggesek dengan cepat. Mona melenguh penuh nikmat sambil meregangkan badannya, lalu tersentak hebat saat jari itu menusuk masuk dan menemukan klitorisnya
“Haaa..ternyata disitu yaaa…” dengan ahli ia memainkan jari itu pada g-spot tsb yang mengakibatkan Mona mendesah-desah. Gadis itu merasakan terbentuknya sensasi orgasme menanjak naik..
“Oouuhh…ja.nggaannn..” ia berusaha menahan dirinya, tapi gerakan jari Mahmud makin menggila dan terus menggila, ia sudah hampir tidak tahan.

Sambil menggigit bibirnya dan memejamkan matanya ia berusaha menahan klimaksnya, tidak mengira bahwa dirinya dapat dibuat klimaks oleh Mahmud.
“Ouuuuuuhhhhhh….aaaiiiieeeeeeeeeee…..” dengan teriakan panjang Mona mencapai puncaknya dan tubuhnya menggetar keras.

Cairan makin deras membahasai liang vaginanya, ia menikmati setiap detik sensasi luar biasa itu. Tubuhnya makin lemas dan pandangannya nanar. Ia tak mampu menolak saat Mahmud menunduk dan mencium bibirnya yang tipis.
“mmmmmpphhh…..” Mona mengerang dan sulit menolak saat lidah Mahmud memasuki rongga mulutnya dan melilit-lilit lidahnya, bahkan tanpa sadar ia membalas ciuman itu. Sementara tangan Mahmud masih mengocok kencang dan gadis itu merasakan kembali orgasmenya mau menyeruak lagi..apalagi saat ciuman Mahmud berpindah mencium puting kirinya..
“Auukkh..ssttopp..ssssshh…ssshh..” tapi Mona malah membusungkan dadanya mempermudah Mahmud menikmati puting kerasnya.

Kini rasa gatalnya sudah terganti dengan desakan nafu setan yang tidak pernah terpuaskan, tangannya yang bebas dituntun oleh Mahmud ke penisnya di balik sarungnya.
“oouuh..bes..bessar banget ppaakk..” gumam Mona tanpa sadar saat merasakan batang hangat yang berdenyut-denyut dalam genggamannya, ia melirik ke arah batang kemaluan Pak Mahmud yang ternyata lebih besar dibanding milik pacarnya, pikiran nafsunya tanpa sadar membayangkan apakah ia mampu untuk mengulum penis itu dalam mulutnya atau membayangkan bagaimana rasanya bila penis itu menyerang vaginanya. Dengan birahinya yang terus membara dan terus dijaga geloranya oleh Mahmud, Mona dengan suka rela mengocok-ngocok penis raksasa Pak Mahmud itu, ia sudah tidak ingat akan bencinya dia terhadap pria tua berumur 60 tahun itu.

Mahmud mulai mendesah-desah keenakan di antara kulumannya pada kedua puting Mona.
“aaaaaaannggghhhhh…pppaaaakkhh……aaaaaaannggghh…” Mona mencapai klimaks sampai dua kali berturut-turut karena kocokan tangan Mahmud, matanya makin nanar dan bibir seksinya menyeringai seperti menahan sakit.
“Sekarang kamu isep punya bapak yaa..kamu kan jago kalo sama pacar kamu”
“ouuh..ngga ma..mau..ap…aauupphhh..mmmhh..” Mona yang lemas akibat klimaks tadi tak berdaya menolak saat Mahmud menarik lehernya membungkuk ke arah batang “monas” nya, tidak memperdulikan protes Mona yang ia tau hanya pura-pura karena sebenarnya sudah jatuh dalam genggamannya. Kini dengan dengan bibirnya yang seksi dan lidah yang hangat lembut itu mulai mengulum batang kemaluan itu.
“Oooh..enak sayaaang…kamu memang jago..sssshh…kamu suka kan..?” tanyanya
“mmmmmpph…sllluurpp..mmmmmm” hanya itu yang keluar dari mulut Mona, yang dengan semangat memainkan lidahnya menjilati dan menghisap penis Mahmud.

Aroma dan rasa dari penis laki-laki itu telah menyihirnya untuk memberikan sepongan yang paling enak.
“Bapak tau..kamu cuman cewek sombong yang sebenarnya punya jiwa murahan dan pelacur…plaakk..!!”
Mona tersentak saat pantat bulatnya ditepak oleh Mahmud, mukanya merah dan marah tapi sebenarnya malah membuat dia makin terangsang dan makin cepat ia mem-blow job penis Mahmud. Belum pernah ia merasakan birahinya dibangkitkan dengan cara kasar ini, tapi ia tau bahwa ia sangat menikmatinya.

“Kurang ajar nih aki-aki” gerutunya dalam hati dan ia menggigit gemas ke penis Mahmud yng membuatnya itu mengelinjang dan lidahnya makin cepat menyapu urat di bawah penis itu.
“Ayo..sekarang kamu naikin penis aku..”
Tanpa berucap Mona mulai menaiki ke atas tubuh tambun Mahmud, dengan deg-degan menanti penis besar itu ia menurunkan pinggulnya dengan dibantu tangan Mahmud yang memegang pinggangnya yang ramping.

“Ooooh..” Mona mengerang saat ujung “helm” penis itu bersentuhan dengan bibir vaginanya dan mulai memasuki liang surga. Kembali ia mengerang menahan sedikit sakit saat baru masuk sedikit, liang vaginanya berusaha mengimbangi diameter penis Mahmud itu.
“Enak kan sayang?”
“Hmmmmm…nggh…” Mona hanya mengerang dan memjamkan mata menunggu penis itu membenam ke dalam vaginanya. Tapi Mahmud hanya menggesek-gesek liang vagina Mona itu dengan ujung kepala “meriamnya”. Gadis itu menggoyang-goyang pinggul seksinya dan berusaha menurunkan badannya, tapi Mahmud tetap menahan pinggulnya sehingga tetap belum dapat “menunggangi” penis Mahmud.
“Hemmm…kenapa sayang? Udah ga sabar yaa ngerasain kontol bapak?”
“Huuh?..nggeeeh…aa..paahh…” Mona ngga tau harus ngomong apa, masih tersisa gengsi pada dirinya.
“Hehehe..masih sok alim uuh..kamu ya..? Kalo kamu mau kontol bapak, kamu harus memohon dengan mengaku diri kamu itu cuman perek murahan dan lakukan dengan seksi..”
“aaahh…sssh..kenapa mes..ti gitu paakk…pleaaase…” Mona sudah benar-benar terangsang dan tidak bisa berfikir jernih lagi, dalam pikirannya kini hanya penis Mahmud saja.
Mahmud mendengus dan seperti hendak memindahkan tubuh Mona di atasanya, merasa perbuatan itu.
“Oouuh ooke..okeeh paaak…ngeh, tega bgt sih bapak…oouf paak, tolong masukin kontol ba..ngeehh..bapak ke memekku paak, entotin sayaaa ooh paakk…akkuu..memang cewe murahan yang sok suci..nggeh..pleease..paakk..akuuu mohooon…” pinta Mona memelas sambil meremas-remas kedua payudaranya.
“Hehehehe…kamu tergila-gila ya sama kontol bapak..”
“Iyaa ppaakkh…please..aku ga tahaaan paakk…”
“Kontol pacar kamu ga ada apa-apanya kan?”
“oouuh..jauuh pakkk..punya bapak lebih hebaat dan enaaaakk”
“Hehehe..good…ini dia hadiahnya..”
Mahmud lalu menarik ke atas tubuh Mona dan menurunkannya kembali, dengan diiringi erangan Mona merasakan penis itu makin dalam masuknya dan sulit ia menahan diri untuk tidak klimaks yang keempat kalinya. Mona kembali menaikkan badannya dan menurunkan kembali sehingga sudah ¾ penis itu diemut vaginanya. Gerakannya diulangi berkali-kali, awalnya perlahan tapi makin lama makin cepat karena vaginanya sudah bisa “menerima” penis berukuran di atas rata-rata itu. Gadis itu sudah benar-benar dikuasai nafsu birahinya dan ia merasa terbang ke awang-awang merasakan gesekan-gesekan penis Mahmud dengan dinding vaginanya. Tidak sampai 5 menit Mona sudah merasakan akan keluar lagi.
“Ouuh..gilaaa..paaakkh..oouuuhhhhhhhhh..” Mona mencapai klimaksnya lagi dan ia terus bergerak naik turun menunggangi penis yang masih perkasa itu.

Buah dadanya yang besar menggantung itu bergerak naik turun mengikuti irama gerakan badannya, dengan nikmat Mahmud meraup gumpalan daging kenyal itu dan meremas-remasnya dengan gemas. Dengan liar ia terus menunggangi penis itu, diiring dengan bunyi “plok..plok..plok..plok..” yang makin cepat akibat beradunya badan Mona dengan perut buncit Mahmud. Hampir 15 menit Mona menikmati hunjaman-hujaman penis itu, dalam periode itu Mona sudah mencapai orgasme sampai 4x lagi, ia tidak dapat menahan untuk tidak melenguh dan berteriak nikmat. Pikirannya sulit untuk fokus bahwa ia telah dibuat klimaks oleh seorang laki-laki yang pantas jadi ayahnya. Ia merasa lemah sekali akan nafsu yang menguasainya, tapi sungguh terasa nikmat sekali yang tidak mampu ditolaknya. Mahmud juga sudah hampir mencapai puncaknya, penisnya telah mengeras sampai maksimal dah hal ini juga dirasakan oleh Mona, ia mempercepat gerakan naik turunnya yang menyebabkan buah dada montoknya bouncing naik turun makin cepat.
“Uuuaaahh…gilaaaaa…ooouuuhhh…” akhirnya Mahmud tidak dpt menahan lagi, spermanya muncrat seiring dengan klimaksnya yang ternyata berbarengan dengan klimaks yang sangat kuat dari Mona.

Mahmud merasakan dinding vagina Mona yang hangat itu bergetar menambah kenikmatan klimaksnya. Dengan lunglai Mona turun dari tunggangannya dan rebah di samping Pak Mahmud yang juga masih merem melek habis menikmati tubuh gadis cantik dan sexy itu.
“Kamu memang hebat hebat cantik…”
“Cukup pak..ngeh, aku ga tau kenapa bisa kaya gini tadi..ini harusnya gak terjadi, cukup sekali ini terjadi” Mona yang sudah mulai jernih pikirannya, ia kini sangat menyesali bahwa ia menyerahkan dirinya secara sukarela kepada Mahmud. Ia memutuskan untuk pindah kost dan kejadian tadi harus dikubur dalam-dalam, tidak boleh ada yang tahu.
Melihat Mona yang mulai membereskan bajunya dan hendak pergi, Mahmud bergerak cepat. Ia memegang leher belakang Mona yang sedang membungkuk hendak mengambil cdnya lalu dengan cepat membenturkannya ke meja kayu yang ada di depan mereka duduk.
“uuuugghhh….” kerasnya benturan itu membuat ia setengah pingsan.
“hehehe..ga secepat itu sayang..kamu akan jadi milikku..” Mahmud lalu menarik tangan Mona dan gadis itu pasrah saja dibawa dengan setengah sadar masuk ke kamar Mahmud. Lalu setelah melepas sisa bajunya, ia merebahkan tubuh telanjang yang masih lemas itu ke atas ranjangnya. Lalu ia mengikat kedua pegelangan kaki dan pergelangan tangan Mona ke ujung ranjang besi, sehingga kini tubuh telanjangnya itu dalam posisi kaki yang mengangkang lebar.
“uuuh..apa-apaan inih…lepasin paak…”dengan suara masih serak dan lemah Mona berontak dengan percuma, ia mulai takut apa yang hendak dilakukan.

Melihat posisi dan kondisi Mona yang menggairahkan itu, Mahmud tidak tahan lagi ia membungkuk lalu menciumi payudara montok dan memainkan lidahnya mengecupi puting Mona yang sebentar saja langsung mengeras.
“Ouuh..pak..! lepasin saya pak…kalo ngga sa…aauupphh…mmbbllllmmmmm…” Mona tidak dapat melanjuntukan omongannya karena ditutup lakban oleh Mahmud.

Kini kesadaran Mona sudah mulai pulih, ia masih terus berusaha memberontak untuk melepaskan ikatan kaki dan tangannya tapi ikatan itu sungguh kuat. Ia mulai takut karena kini ia tidak berdaya dan berada dlm kekuasaan Mahmud. Pandangan matanya mengikuti Mahmud seperti mata kelinci yang sedang ketakutan melihat serigala yang akan memangsa, dan air matanya mulai meleleh di pipinya.
“Eeeiih..kenapa nangis cantik? Aku paling ga suka liat cewe nangis…tapi sekarang kita liat film dulu ya…”ujar Mahmud sambil memasang kabel menghubungkan dari handycam ke tv. Lalu ia mulai menyetelnya.

Mata Mona terbelalak kaget saat melihat tayangan video di layar tv, jantungnya serasa akan copot dan kepalanya tiba-tiba pusing mendadak melihat adegan per adegan dari video itu. Ternyata kejadian di sofa ruang tengah tadi semuanya direkam oleh Mahmud dari tempat tersembunyi, terlihat jelas saat ia melihat dirinya mulai merasakan gatal yang menyerang, mulai mencopoti bajunya dan sampai kejadian dia berhubungan sex dengan Mahmud. Perasaannya makin hancur saat ternyata Mahmud tidak hanya merekam dari 1 sudut saja, terdapat 4 handicam tersembunyi yang merekam seluruh kejadian. Bahkan saat ia memohon kepada Mahmud untuk mengobok-obok vaginanya dan pengakuan dia sebagai cewek murahan juga terdengar jelas. Wajah gadis yang cantik itu jadi pucat dan tubuhnya bergetar, ia sudah menduga apa yang akan diminta oleh Mahmud dengan adanya video itu. Perasaannya geram, marah, benci, takut dan lain-lain bercampur aduk, kini ia hanya dapat menangis. Terlihat jelas bagaimana wajahnya menunjukkan dirinya menikmati setiap detik permainan panas itu dengan aki-aki tambun yang sudah tua.
“Percuma kau menangis..kini kamu akan merasakan akibatnya karena selama ini menjadi cewek sombong yang sok suci. Bapak tau apa yang kamu lakukan sama pacar kamu selama ini, nah..sekarang kamu harus nurut apa yang bapak mau, kalo ngga bapak jamin film ini akan nyebar kemana-mana, kamu ngerti…??” tegas Mahmud.
Mona hanya mengangguk lemah dengan pandangan sayu.
“Sekarang yang aku minta kamu tidak boleh nangis selama kamu melayani saya..bisa..?? kalo tetap nangis kamu akan terima hukuman yang berat..”
Kembali Mona hanya mengangguk dan berusaha menahan air matanya. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa akan ada jalan keluar nantinya. Tanpa sadar ia membayangkan kejadian tadi, dan ia teringat akan ukuran penis Pak Mahmud yang memang di atas rata-rata. Dengan pikiran itu tanpa dapat dicegah terasa desiran-desiran halus di perutnya dan ia merasa putingnya agak mengeras.

“Sayang…yang punya penis si Mahmud anjing itu..” pikirnya.
Mona melotot kaget saat Mahmud mengambil sesuatu dari lemari yang ternyata merupakan dildo vibrator yang berukuran panjang.

Mahmud kini duduk di ranjang di dekat kakinya yang ngangkang itu, memperlihatkan vaginanya yang terbuka menantang, lalu ia mengusap dengan tangannya yang mengakibatkan Mona terhentak.
“Kayanya udah basah nih..udah siap yah..” goda Mahmud, lalu ia membungkuk dan wajahnya kini sudah di depan liang surga milik gadis cantik itu, tiba-tiba Mona menggelinjang saat lidah Mahmud menciumi dan menjilati vaginanya. Untuk beberapa saat Mona menggelinjang-gelinjang, nafasnya kembali memburu dan pandangan matanya sayu.
“Ngggeehhhhhhhh…!” Mona menjerit dengan mulutnya yang tertutup lakban, saat Mahmud memasukkan dildo ke dalam lubang kemaluannya yang sudah basah dan ngilu itu dan terus mengerang karena dildonya makin dalam ditusukkannya. Kembali ia menggelinjang hebat saat Mahmud menyalakan vibartornyanya. Terasa sakit, tapi setelah beberapa menit rasa sakit itu berangsur-angsur menghilang tergantikan dengan sensasi kenikmatan yang belum pernah ia rasakan atau pernah ia bayangkan. Kini erangannya terdengar seperti rintihan kenikmatan diiringi dengusan nafasnya yang memburu.
Mona melenguh panjang dan pelan, merasakan tubuhnya makin panas dan terangsang. Rasa menggelitik di perut bag bawah makin menggila dan menggelora. Dengan rasa malu dan kaget, ia mencapai klimaksnya dengan sensasi yang luar biasa..”
“nngggggghhhhh…mmmmmmmmmmhhhhh…..!!!!” Tubuh montoknya menegang sesaat ketika klimaksnya menyerang, pandangan matanya makin sayu. Tapi dildo itu tetap bergetar seperti mengoyak-ngoyak bag dalam vaginanya, dan rasa nikmat kembali dirasakan makin meningkat, nafasnya memburu dan kini pikirannya sudah tidak terkontrol, nafsu birahinya terus membara karena dildo itu.
“Naah..kamu seneng aja ya ditemenin ama dildo bapak ya…tenang aja, getarannya akan makin keras kok udah saya setting dan bapak colokin ke listrik..hehehe..bapak mau bikin back up untuk film kamu tadi ya..” kata Mahmud, ia hanya ketawa melihat Mona memandangnya dengan tubuh telanjangnya yang menggeliat-geliat, tubuh montok yang tampak berkilat karena keringat
Mahmud makin tertawa karena Mona mengerang lagi karena telah orgasme untuk kesekian kalinya, lalu ia meninggalkan Mona yang terus mengerang-erang karena getaran dildo itu. Tidak terhitung berapa kali Mona dipaksa untuk orgasme, tubuhnya mengkilat karena basah oleh peluhnya, gadis itu merasa lemas sekali tapi dildo yang menancap di vaginanya memaksa dia untuk terus dirangsang. Akhirnya karena tidak kuat lagi, gadis malang itu jatuh pingsan.

office

Office Lady’s Secret

7 Agustus 2010 oleh shusaku

SINOPSIS

Setelah kepergok mengakses situs porno di kantor, seorang karyawati dijebak oleh dua rekan kerjanya untuk menjadi budak seks.

 Story codes

MF, MMF, blackmail, humil, nc, reluc

DISCLAIMER

  • Cerita ini adalah fiksi dan berisi adegan-adegan yang tidak pantas dibaca mereka yang belum dewasa, jadi jika pembaca masih belum dewasa, harap tidak melanjutkan membaca. Penulis sudah mengingatkan, selanjutnya adalah tanggungjawab pembaca.
  • Semua tokoh dalam cerita ini adalah fiktif. Kemiripan nama tokoh, tempat, lembaga dan lain-lain hanyalah kebetulan belaka dan bukan kesengajaan.
  • Sebagian tokoh dalam cerita ini digambarkan memiliki latar belakang (profesi, kelas sosial, suku dll.) tertentu. Tindakan mereka dalam cerita ini adalah fiksi dan belum tentu menggambarkan orang-orang berlatar belakang serupa di dunia nyata.
  • Pemerkosaan, pelecehan seksual, KDRT, dan trafiking di dunia nyata adalah kejahatan dan penulis menentang semua itu.  Penulis harap pembaca cukup bijak untuk dapat membedakan dunia nyata dan khayalan. 
  • Penulis tidak memperoleh keuntungan uang apapun dari cerita ini dan tidak memaksudkan cerita ini dijadikan sumber pendapatan bagi siapapun.

 Cerita ini terilhami beberapa komentar di grup FB KBB.

Ada komentar? Ide cerita? Mau diposting di situs anda?  Silakan kontak penulis.  Selamat membaca.

 Diny Yusvita & Ninja Gaijin

******************************* 

Vita

Vita

“Kenapa kamu mau pindah, bukannya enak di kantor akuntan?” tanya seorang wanita setengah baya.

“Saya ingin menangani 1 perusahaan saja Bu, kalau di K.A.P. harus menangani banyak perusahaan dalam satu waktu… lagi juga, umumnya orang bekerja di Kantor Akuntan hanya sebagai awal karier…bukan untuk penutup, seperti saya ini… ingin meng-akhiri karier di sebuah perusahaan,” jawab gadis berambut lurus sebahu.

“Oh, jadi di K.A.P hanya batu loncatan…belajar aja, udah pintar lalu keluar gitu?” sindir si wanita peng-interview, gadis itu tersenyum manis.

“Engga papa… wajar, kita harus mencari yang terbaik dalam hidup… iya kan? Oke, to the point aja, waktu saya ga’ banyak… saya sudah baca job desc di CV kamu, semua itu yang saya cari… saya perlu asistensi di pembukuan, staf disini kurang paham ekualisasi tax di financial report… saya butuh itu, saya ingin merapikan perpajakan. Oya, di sini masih cash basis… kamu bisa ya, merombak laporan menjadi accrual?”

“Tentu Bu, tidak masalah… itu standar nasional, sudah menjadi makanan saya sehari-hari, hehe,” gadis itu menjawab dengan mantap.

“Hahaha, ya-ya bagus kalau begitu… yah, sementara kamu rapikan aja tahun berjalan yang berhubungan dengan tahun sebelumnya…lalu beresin ke depan, baru tracing ke belakang pelan-pelan, perubahannya kita ambil meeting tiap bulan. Kapan kamu siap kerja?”

“Satu bulan after konfirmasi diterima, dan tentunya hitam di atas putih Bu.”

“Oke, kalo gitu nanti sore…atau paling lambat besok pagi, saya kasih khabar ke kamu ya Vita!”

“Baik Bu, terima kasih…saya tunggu kabar baik dari Ibu secepatnya.” Mereka berdua berjabat tangan, gadis bernama Vita itu keluar ruangan dengan wajah ceria, meluluhkan harapan calon pencari kerja lainnya.

*****

# 1 BULAN BERLALU…

Tok! Tok! Tok!

“Ya, masuk…”

“Pagi Bu…”

“Pagi, pagi… duduk Vit, oya… sebelumnya, selamat bergabung… dan baik-baik selama masa percobaan kerja yah.”

“Terima kasih Bu, baik… jadi… dari mana saya harus start?”

“Santai ajaa…” Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk.

“Ya, masuk!”

“Morning Bu Brenda, ini ya… yang namanya Mbak Vita?” seorang gadis cantik datang menghampiri Vita.

“Kristin…” gadis yang menjabat sebagai staf HRD itu memperkenalkan diri.

“Vita…” mereka berjabat tangan.

“Ayo Mbak, kita keliling… caw dulu ya Bu…” Brenda, Finance & Accounting Manager yang merupakan atasan Vita mengangguk, senang bawahannya akan segera menjadi bahan perbincangan seluruh divisi.

Kristin mengajak Vita berputar-putar untuk tahu semua tempat, sekalian berkenalan dengan manusia di dalamnya. Terutama ke departemen-nya dahulu, finance & accounting. Vita diperkenalkan pada Flora, staf accounting, juga Daisy finance cashier perusahaan yang akan menjadi bawahannya.

“Pagi Bu Vita, Ibu Bos saya yang baru nih, hihihi,” canda gadis berambut pendek bernama Flora. Daisy, rekan kerjanya yang berpenampilan mirip penyanyi Rossa, menyenggol lengan Flora, mengingatkan agar jangan kelewat bercanda karena belum kenal.

“Pagi juga, yaa biasa ajalah… engga’ usah panggil Ibu, Mbak aja lah ya… belum tuir-tuir amat, hihihi,” ujar Vita santai agar hubungan mereka terasa lebih fleksibel, selain karena merasa masih seumuran.

“Oke, oke …” sahut Flora tersenyum, sementara Daisy menghela nafas lega tahu atasan barunya tidak ‘killer’.

Kristin mengajaknya lagi berkeliling, menemui satu per satu dari Top Manager hingga staf pantry juga satpam. Banyak staf pria menatap Vita ‘lapar’, barang baru yang akan segera menjadi incaran. Hanya beberapa saja yang ia anggap sopan, terutama laki-laki berkacamata tebal yang terakhir diperkenalkan. Walaupun wajahnya unik, tetapi justru mengundang kesan mendalam bagi diri Vita. Vita dan Kristin berbicara sambil berjalan di akhir perkenalan.

“Eh Kris… boleh ya aku panggil kamu Kris?” tanya Vita.

“Iya Mbak engga papa… kenapa?” Kristin bertanya balik.

“Itu tadi… siapa namanya?”

“Oo, si kacamata?”

“Hihihi…dipanggil gitu ya di sini?”

“Hihihi, iya… abis kacamatanya tebel amat seh… nyaingin orang IT, dibanding gaul sama anak-anak sini… dia lebih suka nyendiri dan baca.”

“Oo, engga’ ada yang mau nemenin di sini?”

“Bukan-bukan…dia-nya aja. Dia wakil manajer produksi di sini.”

“Oo, punya jabatan juga ya…”

“Yaa, dia udah lumayan lama di sini…udah 5 tahunan.”

“Ooo…”

“Gitu Mbak, namanya Andy… ciee ada apa nih? Baru-baru udah detail nanya-nya, hihihi…” ejek Kristin, pipi Vita merona.

“Bukan gitu…abis…mukanya lucu sih hihihi unik!”

“Hihihi, iya juga yah”, begitulah mereka terus berbincang dan mengakrabkan diri, hingga kembali ke meja kerja masing-masing.

*****

Agak siang, Kristin mampir ke meja Andy.

“Ndy,” sapa Kristin menepuk bahunya. “Tuh, lu ditanyain sama anak baru tadi…”

“Vita?” Andy menyahut tapi tidak menoleh ke arah Kristin, tak ingin hilang konsentrasi karena sedang mengoreksi desain produk baru. 

“Ciee, dia inget namanya haha,” goda Kristin iseng. Andy tersenyum tapi terus menghadap ke kerjaannya.

“Nanyain apa dia?”

“Nanyain lu udah punya pacar apa belum gethu,” Andy menolehkan wajah, melihat Kristin tersenyum meledek ke arahnya. 

“Becanda lu Kris, mana mau dia sama gua?  Cantik gitu anaknya…”

“Waah!” Kristin tambah semangat. Rupanya Andy cuma kelihatan cuek… padahal diam-diam memperhatikan. 

“Cie cieee… ‘Mas Andy, aku Vita, kenalan dooong’”, Kristin terus meledek.

“Udah ah… gua lagi dikejar deadline nih,” Andy berusaha menghindar.  Kristin akhirnya berhenti juga setelah puas, dia pergi siap menggosip. Sementara pikiran Andy melayang ke sosok karyawati baru itu sejenak… Memang ada sesuatu yang berkesan pada diri Vita bagi Andy.

*****

Tak terasa, 5 dari 6 bulan masa percobaan Vita berlalu. Ia semakin akrab dengan kedua anak buahnya, yang dianggapnya seperti kedua adiknya sendiri. Mereka jadi sering jalan bersama, ke Mall, Salon, 21 Cinema juga shopping di Sophie Martin. Atasan Vita senang sekali melihat itu. Selain performa kerja Vita sendiri bagus, kerja sama dengan tim asuhannya pun sangat memuaskan, always on-time dan up to date. Bu Brenda selaku atasan bertindak cepat agar tidak kehilangan pekerja sebagus Vita, dia mengirimkan Memo Internal ke Manager HRD untuk pengangkatan status Vita menjadi tetap dan berhak atas fasilitas supervisor level pada bulan ke-enam. Namun sebuah tragedi melanda karyawati cantik tersebut.

*****

# 1st Week – Vita yang tergoda #

“Flora … hei!”

“Ups, Mbak… eh-oh,” Flora kepergok sedang membuka web bergambar laki-laki telanjang dada oleh Vita, dia gelagapan hingga salah menutup browser.

“Waah… lagi seru nih,” sindir Vita.

“Anuu… e-enggak Mbak… ada apa?” Flora berusaha menyembunyikan wajah malunya.

“Udah… ga’ papa Flo, aku engga’ masalah… tapi jangan lagi jam kerja, meskipun udah siang gini!”

“Maaf ya Mbak…tolong jangan bilang Bu Brenda!”

“Enggaklah… buat apa juga, oh ya… nih jurnal koreksi, salah jurnal kamu Nda!”

“Mana… oo, iya ya… sorry Mbak, oke deh aku kerjain.”

“Makanya, kerja jangan sambil buka gituan, hihihi,” ledek Vita.

“Iya deh, berarti sore-an boleh dong ya, hihihi,” ujar Flora meleletkan lidah.

Selagi Vita berjalan kembali ke meja kerjanya, bayang-bayang sosok lelaki negro kekar di komputer Flora merasuki pikirannya. Kehidupan Vita selama ini lurus, tetapi kehidupan tenang itu memendam gairah, libido, dan keinginan seks yang menggelora di tubuh indahnya. Vita hanya bisa menyalurkan fantasi lewat masturbasi, baik itu melalui objek gambar, cerita xxx, maupun chatting nakal dengan orang-orang tak dikenal. Dan anehnya, yang mengisi fantasi Vita tidak hanya pria tampan, pria berwajah kampung maupun berumur juga bisa membangkitkan gairah seksnya. Sejak menjadi wanita karier yang sukses, Vita selalu gagal dalam menjalin hubungan. Ia terlalu menginginkan sosok pria sempurna. Berwajah tampan, berkendaraan sedan, juga menjabat pimpinan perusahaan alias mapan sandang pangan papan. Ditambah kurangnya percaya diri bahwa ia tidak lagi seorang virgin yang selalu dicari-cari lelaki, membuat Vita lebih cenderung ingin mengarungi hidup sendiri. Kecantikannya seringkali membuat orang tak percaya bahwa dirinya ‘still single’. Diam-diam, setelah Bu Brenda pulang lebih dahulu dan ruangan kantor mulai sepi. Vita tergoda untuk membuka kembali web cerita seru yang sering dibukanya, http://kisahbb.wordpress.com . Ia tidak tahu, ada seseorang yang mengawasi gerak-gerik dan aktivitasnya.

# 2nd Week – Vita yang terjaring Laba-laba #

Senin sore, menjelang jam pulang di gedung bertingkat yang menjadi kantor pusat perusahaan besar itu, tepatnya di lantai 3.  Vita sedang beres-beres bersiap pulang, namun tiba-tiba telepon di mejanya berdering.

“Halo… Mbak Vita?  Saya Soleh dari bagian IT.  Bisa ke tempat saya sebentar?  Ada sesuatu yang penting!”

“Oh ya?  Sebentar saya ke sana.  Mas… siapa tadi, Soleh?  Di ruangan mana ya?” jawab Vita.

“Di lantai 2, belok kiri keluar lift, ruangan paling ujung.”

“Oke deh saya ke sana dulu, tunggu yach,” kata Vita tersenyum dan menutup telepon.  Karyawati itu lalu meninggalkan mejanya di pojok ruangan utama lantai 3 dan menuju lift.  Tak lama kemudian Vita sampai ke lantai 2, terus menuju ruangan yang dimaksud.  Dalam hatinya bertanya-tanya, ada urusan apa orang IT memanggilnya?

Ruangan paling ujung itu ternyata bukan ruang IT, melainkan ruang monitor CCTV… Vita sedikit merasa heran, apa Soleh salah memberitahu?  Di kiri-kanan pintu logam yang berat itu tak ada jendela, jadi isi ruangan itu tak terlihat dari luar.  Tapi dia tak curiga dan memasuki ruangan itu.

*****

“Permisi…” Vita memasuki ruang itu.

Ruangan itu kecil, penuh dengan monitor-monitor CCTV yang menampilkan pemandangan yang diambil banyak kamera pengawas di seluruh bagian gedung.  Di kantor perusahaan itu memang banyak dipasang kamera pengawas, karena alasan pengamanan gedung.  Di dalam ruangan itu Vita melihat ada dua orang laki-laki.  Satu orang berseragam satpam, bertubuh gempal dan berkulit hitam, dengan rambut cepak.  Dia sedang berdiri sambil mengawasi satu monitor CCTV.  Vita bisa melihat wajah si satpam yang bulat dan brewokan karena malas bercukur.  Yang satu lagi duduk membelakangi Vita, menghadapi laptop di atas meja.  Tubuhnya terlihat kurus, dalam kemeja dan celana panjang seperti biasanya karyawan.

“Mas Soleh yang mana yah?  Tadi saya ditelpon dia disuruh ke sini,” kata Vita bernada ramah.  Si satpam memandanginya dengan ‘lapar’. 

Rambut Vita yang sebahu, digerai hingga menutupi kedua telinga. Wajah cantik alaminya dihias mata lebar dan pipi mulus, lengkap dengan bibir mungil menggemaskan meskipun polos. Di dalam ruangan dengan lampu kurang terang namun penuh pendar cahaya monitor, sesekali terlihat kilatan cahaya memantul dari liontin kalung perak yang dikenakan Vita. Laki-laki yang menghadap laptop memutar kursinya sehingga Vita bisa melihat wajahnya yang kampungan.  Dia berkacamata tebal, berambut acak-acakan dan tak terurus, berhidung pesek, dan secara umum memang kelihatan culun seperti biasanya seorang computer geek, memang cocok kalau bekerja sebagai staf IT.  Tapi senyumnya sinis dan ekspresi wajahnya licik, sehingga Vita mulai curiga.

“Mbak Vita?” kata si laki-laki berkacamata. “Saya Soleh yang tadi nelpon.  Ini teman saya, Junaedi.  Dia penanggungjawab kamera CCTV di gedung ini.  Kita emang kerja di satu gedung, tapi kami berdua kebagian ditempatkan di pojok gelap macam ini, makanya kami jarang kelihatan.  Salam kenal,” kata Soleh sambil menjulurkan tangan, mengajak Vita salaman. 

Vita membalas uluran tangan Soleh.  Junaedi si pengurus CCTV yang gempal juga mengajak salaman.

“Junaedi, panggil aja Bang Jun,” katanya sambil cengar-cengir.  Vita melihat ekspresi Junaedi yang seolah menjurus mesum.  “Boleh panggil Vita aja nggak?” tanya Junaedi.

“Emm ya… silahkan,” Vita mulai merasa tak nyaman.  Apa urusannya dua orang aneh ini dengan dirinya?  “Sekalian aja deh, tadi manggil ke sini katanya ada yang perlu aku lihat, itu apa ya?”

Junaedi dengan sigap berjalan mendekat ke Vita, ke arah satu monitor di sebelah pintu.  Si satpam itu meminta Vita bergeser sehingga Vita menjauh dari pintu.  Junaedi kemudian memencet beberapa tombol di salah satu perangkat CCTV di bawah monitor itu.  Vita menengok, melihat ke arah monitor itu.  Yang terlihat pertama adalah lobby kantor, lalu ruang di depan lift, dan kemudian beberapa ruangan dalam gedung.  Soleh berdiri dari kursinya lalu bergerak ke sebelah Vita sehingga kini Vita diapit Junaedi dan Soleh di kiri-kanan.  Vita masih belum tahu apa yang akan ditunjukkan kepadanya, ketika tiba-tiba muncul tayangan ruangan tempat Vita biasa bekerja… tepatnya di belakang posisi Vita.  Di pojok kanan bawah monitor ada tulisan tanggal dan jam.  Tiba-tiba Vita cemas.

Tanggalnya hari ini… dan jam 11…

Gambar CCTV tak begitu tajam, tapi cukup jelas menunjukkan Vita dari belakang, dengan baju persis sama seperti yang dia pakai sekarang, blazer hitam.  Yang lebih membuat Vita cemas, layar monitornya juga kelihatan… dan di sana terlihat bahwa Vita sedang mengakses situs yang sepertinya menampilkan gambar laki-laki telanjang melintang di bagian paling atas. Vita terpikir ingin segera keluar dari sana saja. Tapi rupanya tadi, Junaedi bukan sembarang minta bergeser; sekarang posisinya menghalangi pintu. Vita panik, dia tak tahu di belakangnya selama ini dipasang kamera.

“Itu kamu, kan?” komentar Junaedi sambil nyengir, sementara lengannya yang berbulu terjulur, tangannya menapak ke pintu seolah-olah menjaga supaya Vita tak bisa kabur. 

“Lagi ngebuka situs apa Non? Bokep ya? Cerita seru?” ejek Soleh. Si satpam tertawa juga dengan wajah melecehkan.

“Err… Bukan… itu… komputerku kena virus, jadi tiap kali buka browser suka muncul begitu… mestinya memang dibetulkan, tapi aku belum sempat ngontak IT,” Vita berusaha mengelak. 

“Ah masa’?  Saya staf IT lho,” ujar Soleh sambil mengambil laptopnya.  “Komputer Vita bersih kok.  Kan saya yang tanggung jawab, jadi pasti tahu kalau ada yang kena virus.  Semua aktivitas komputer karyawan kan saya tahu… Misalnya komputer Vita di keuangan, jam 8 tadi ngetik laporan, jam 10 ngeprint, jam 11 buka situs cerita beast, jam 1 sampai jam 3 dipake chatting… Tadi sih waktu ngelihat log chatnya kayaknya seru juga?  Pake pura-pura dikemplangin sama lawan chat-nya?” Soleh tiba-tiba mencerocos sambil membuka banyak file sekaligus di laptopnya, catatan akses internet yang dilakukan Vita sepanjang hari.

“Eh, Mas… Mas, stop! Udah mas, jangan…” Vita semakin pucat karena semua kenakalannya ditelanjangi oleh kedua orang itu.  ia melihat dirinya sendiri sedang chatting—tepatnya melakukan cyber sex—di tayangan CCTV.  Isi chat-nya tidak terlihat di monitor CCTV, tapi bisa dilihat di file log yang disimpan Soleh.  Soleh sengaja memperbesar tayangan monitor laptopnya sehingga kelihatanlah sebagian isi chat Vita:

Master99b: dasar slave nakal km mesti di HUKUM. ayo nungging!

vita_cute: ampun tuan xixixi saya memang nakal dan pantes dihukum…

vita_cute: *nungging ngebelakangin Master99b

Master99b: *tampar pantat vita_cute

Master99b: makan nih!  PLAKK!

vita_cute: auhhh!

Master99b: mau lagi? nih! GEPLAKK! gw bikin merah bokong lu!

vita_cute: auww enak tuannn!

Soleh dan Junaedi sama-sama menyeringai menang melihat wajah Vita.  Kepala mereka sudah penuh dengan rencana busuk.  Awalnya, Junaedi yang bertugas mengawasi rekaman CCTV suatu hari kebetulan memergoki Vita sedang mengakses situs seperti yang dikunjunginya tadi.  Junaedi jadi penasaran dan memeriksa rekaman sebelumnya dari lokasi yang sama, dan dia jadi sadar bahwa si karyawati memang punya kebiasaan seperti itu.  Tapi Junaedi tidak tahu apa sebenarnya yang dilihat Vita, jadi dia memberitahu temannya, Soleh yang staf IT, tentang temuannya.  Soleh jadi ikut-ikut penasaran dan mereka berdua akhirnya jadi menyusun rencana untuk menjerat Vita.  Mereka kumpulkan segala hasil pengawasan mereka tentang Vita, lewat CCTV maupun lewat software pelacak yang Soleh pasang di komputer Vita.  Setelah punya cukup banyak bukti, barulah mereka memanggil Vita.

“Jadi… kayaknya kita udah tahu Mbak Vita ngapain aja di kantor yah Jun,” kata Soleh sambil tersenyum sinis.

“Yo’i Sob, hehehe”.

“Tolong Mas… Bang… aku tahu itu salah… Tapi aku mohon… Tolong dihapus semua! Aku janji gak ngulangin lagi…” reaksi pertama Vita, meminta belas kasihan dari dua orang yang kerjanya ngintip lewat kamera dan komputer itu. 

Vita bekerja dengan bagus dan tidak pernah bermasalah dengan atasannya, hanya saja tekanan pekerjaan yang berat membuat dia kadang-kadang suka keluyuran di situs-situs dewasa internet. Dari awalnya iseng membuka-buka cerita seru, sampai akhirnya melakukan cyber sex lewat chatting.  Selama ini Vita merasa aman karena dia sendiri tahu sebagian kecil karyawan—termasuk bawahannya sendiri, Flora—juga suka membuka situs porno tapi tidak pernah dipermasalahkan.  Jadi mana dia tahu kalau selama ini ada yang mengawasi tindakannya?

“Penggunaan internet kantor untuk selain urusan kantor sih resminya melanggar peraturan,” celetuk Soleh dengan gaya sok berwenang.

“Kalau atasan kamu tahu, kira-kira gimana yaaa…”

“JANGAN!” mata Vita sampai terbelalak ketika berteriak seperti itu. 

“Please Mas Soleh, Bang Jun… jangan dibeberin…” Selama ini hubungan Vita dan atasannya sangat baik dan cukup akrab.  Jadi Vita tahu betul atasannya itu—seorang perempuan yang masih melajang di umur 40—bersifat keras dan tidak toleran dengan kesalahan-kesalahan yang terkait moralitas.  Vita tak berani membayangkan seperti apa reaksi Bu Brenda kalau sampai tahu masalahnya.

Soleh dan Junaedi saling pandang lalu memasang tampang bodoh, seolah-olah tidak mengerti permintaan Vita. 

“Memangnya kenapa nggak boleh kita laporin? Kan ini pelanggaran peraturan.  Kalau kita nutupin nanti kita kena juga dong.  Ntar malah kita yang dipecat.” ujar Soleh, membuka ancaman sekaligus menakut-nakuti Vita.

“Mas… Bang… *hiks* saya mohon… tolong jangan kasih tahu siapa-siapa…” Vita tak kuat dan mulai menangis karena takut dipecat. Junaedi segera bertindak sok pahlawan dengan merangkul Vita sambil menyodorkan sapu tangan.

“Waduh… jangan nangis dong?”. 

“Gini deh… Kami janji deh, semua yang sudah kami pegang, bakal kami simpan terus.  Yang tahu cuma kita bertiga.  Nggak ada orang lain.  Gimana?”

Vita menyeka pipinya, menoleh ke Soleh yang sedang cengengesan.

“Bener mas?” tanya Vita tak percaya dengan hati sedikit lega.

“Hmm…” Soleh menggumam cukup lama.  “Tapi… buat apa ya?  Gak ada untungnya buat kita ya Sob?,” katanya sambil membelakangi Vita, Junaedi meng-amini dengan anggukan.

“Ah, Mas Soleeeh, jangan gitu dong…” rengek Vita.  “Tolong Mas… saya janji gak ngulang lagi deh…”

“Terus… kita berdua dapat apa?” Soleh membuka negosiasi.  Vita tertegun, sadar dirinya jatuh ke dalam jebakan.  “Kamu pengen kami nutupin pelanggaran kamu… terus kamu bisa kasih apa?”

Ujung-ujungnya memang ke situ: Soleh dan Junaedi berencana menjebak Vita.  Vita diam seribu bahasa.

“Kok diam aja?” tanya Junaedi.  “Kalau nggak mau, ya udah, besok atasan kamu dapet paket khusus dari kami he he he…” ancam Soleh to the point.

“Kalian… mau uang berapa?” kata Vita. 

“Waduh, Jun… kita disangka mao uang ha ha,” ejek Soleh.

“Engga salah juga sih sebenernya… Cuma yang saat ini kita butuhin bukan uang… ini nih Leh, huehehe” jari tengah Junaedi menunjuk daerah terlarang Vita ‘vagina’.

“Ja-jangan Bang Jun… Mas…” Vita bergerak mundur perlahan, kepalanya berlenggak-lenggok seakan mengatakan tidak karena bibirnya seperti membeku. Junaedi dan Soleh mendekat dengan wajah mesum.

“Betul itu… uang sih biasa Non… tapi memeek… luar biasa, hahaha!” ujar Soleh blak-blakan. Vita merasa punggungnya menghantam dinding, tanda ia telah tersudut.

“Gimana Non… pilih keluar ruangan tapi dipecat dan saya sebar rahasianya… atau…” Soleh memegang dagu Vita, sementara Junaedi tersenyum menyebalkan.

Vita sadar di posisi lemah, berhadapan dengan dua orang pemegang bukti yang menentukan nasib kariernya.  Ia tak punya pilihan selain mengikuti apapun kemauan mereka, atau kehilangan pekerjaan.

“Oke, jadi mau kami begini,” Soleh beranjak meninggalkan Vita dan kembali ke kursinya, tersenyum lebar seperti habis menang taruhan.

“Anggap atasan kamu nambah dua orang lagi, saya dan Bang Jun.  Mulai sekarang dan seterusnya ke depan… kamu harus lakukan semua yang kami perintahkan! Semuaa, ngerti?… Kalau nolak, Bu Brenda dan mungkin orang-orang yang posisinya lebih ke atas lagi bakal kami kirimi hasil penyelidikan kami.  Gimana?”

Vita mau protes karena tuntutan mereka terlalu banyak.  Melakukan semua perintah mereka?  Ia bergidik ngeri membayangkan apa saja yang akan dilakukan dua otak pria cabul itu, tentu bertujuan ke arah seks. Satu lagi jalan keluar yang terpikirkan juga segera ditutup oleh Junaedi. “Gak usah lapor polisi juga lah.  Percuma.  Lagian kamu mau ngelapor apa sama mereka, kamu diperas karena ketangkep ngebokep di kantor?  Paling-paling juga diketawain Vit,” ujar Junaedi seolah membaca pikiran Vita. Tak ada pilihan lagi untuk si cantik itu, dengan wajah merunduk ia mengangguk lemah.

“Cihuuy… dapet memek satu lagi,” ujar Junaedi girang gila. Soleh menyeringai lebar, sementara Vita bermimik tanda tanya.

(Berarti… ada yang senasib denganku? Siapakah gerangan?), Vita membatin.

“Sekarang, kesiniin nomor HP kamu,” kata Soleh.  Dengan terpaksa Vita melakukan perintah pertama itu secara patuh. 

“Jangan lupa, kami ngawasin kamu lewat macam-macam cara di kantor ini, jadi kami tahu kamu nurut atau nggak.  Sekarang kamu boleh pulang, Vit.  Makasih ya udah datang ke sini.”

“Weits… ntar dulu dong Bozz… masa cuma begini aja ini hari… saya udah ngaceng dari kemaren bayangin kejadian ini!” protes Junaedi.

“Waduh, barang lu tuh emang gak ada remnya ya?”

“Hehe… kalo yang di depan nenek-nenek sih, remnya pakem… ini pan beda huehehe… Slurph!” pandangan mata Junaedi menyapu sosok Vita dari atas hingga bawah.

“Oke deh, gini aja… kalo gitu, Vita… ini perintah pertama buat kamu… ayo isep punya temen saya ini, terus telen kalo dia keluar!” Vita langsung lemas mendengarnya, wajah cantiknya memelas.

“Ayo Non! Denger gak apa yang disuruh si Boz?”

Dengan gerakan perlahan Vita berlutut di depan Junaedi, tangannya bergerak ke arah selangkangan yang menonjol besar itu. Jemari Vita yang lentik meraih resleting, tapi tiba-tiba Junaedi malah bergerak mundur, membuat Vita heran apa maksudnya.

“Non mau apa ?” Vita terdiam tak mengerti, lalu bertanya. “Bu-bukannya…?”.

“Iya tapi minta izin dulu dong!” kata Junaedi dengan gaya arogan. Vita menitikkan air mata, dilecehkan satpam perusahaannya.

“Bo-boleh… boleh saya… hisap… pu..pu-punya, Bang Jun?”

“Pake Tuan!” bentak Junaedi, Vita terbelalak kaget.

“Bo-bolehkah… saya hisap… punya Tuan Junaedi?”

“Gitu doong, yah… untuk wanita secantik Non Vita sih, boleh-boleh aja, heheheh.”

Jari Vita meraih resleting celana, namun tiba-tiba telunjuk gempal Junaedi menekan mulutnya, membuat ia berhenti.

“Pake ini Non nariknya!” hina Junaedi, jarinya menggesek gigi Vita.

Dara jelita itu hanya bisa pasrah. Ia mendekatkan wajah ke selangkangan, lalu menggigit dan menarik turun resleting. Sreet…!

Jduuk! Penis Junaedi yang big size menampar hidung Vita, rupa-rupanya Junaedi konak saat melihat wanita cantik yang selalu terlihat alim di depannya itu, kini terlihat ‘Bitchy’ melakukan gerakan buka resleting dengan gigi. Vita terbelalak dengan ukuran penis persis di depan wajahnya, Junaedi dan Soleh tertawa melihat ekspresi Vita yang ketakutan menatap penis besar.

“Lhoo, kok dianggurin…? Katanya mau nyepong, hah…?”. Mata Vita yang tadi terbelalak, kini menatap melas ke pemiliknya.

“Kontol lu sih gede banget, jadi ragu dia muat apa kagak. Mulut mungil gitu, Hahaha!”

“Ay-yoo…is-sepp!” Junaedi berang tidak sabar, menamparkan penisnya ke wajah Vita.

Tak tahu memulai dari mana, Vita memajukan wajah dan menempelkan bibirnya ke kepala penis. Ia ciumi, benda itu berkedut-kedut dan sang pemilik melenguh keenakan. Vita berlanjut julurkan lidah, menjilat dari batang hingga buah zakar. Proses terakhir membuat Vita dag dig dug. Ia buka mulut lebar-lebar, untuk memasukan seluruh batang ke dalam mulut. Dengan susah payah, bibir mungil itu berhasil melingkar di batang penis. Nafas Junaedi kontan berat, sedang Vita memejamkan mata. Jijik, mulut serasa robek, mual lantaran kepala penis serasa tersentuh kerongkongan, dan sebagainya. Dengan tangan kanannya, Vita menggenggam batang penis yang tersisa, sementara kepala bergerak berirama. Junaedi mengerang nikmat. Bibir Vita terus menggosok-gosok maju mundur pada kepala dan batang penis, lidahnya menjilat dan meliuri. Junaedi makin keras mengerang, Vita jijik mendengar erangan Junaedi, membayangkan penis yang dihisapnya akan menyemburkan mani. Terus, terus dan terus sampai akhirnya Junaedi tiba-tiba menjambak rambut Vita dan menekan kepalanya, hingga wajah terbenam di kerimbunan bulu kemaluan. CROOOOOTTT!!! Junaedi menyemprotkan sperma di dalam mulut. Vita baru pernah merasakan cairan sperma dalam mulut, ia tak berdaya menelan semua cairan kental asin yang dalam sekejap memenuhi mulutnya.

“Haarggh!” erang Junaedi. Vita menahan mati-matian rasa mual yang sudah memuncak.

“Telen Non. Nggh… telen semuah, Semuaakkh!” dengan rasa tak berdaya, Vita berusaha menelan semua sperma yang terus keluar dari penis.

Jambakan Junaedi pada rambut perlahan mengendur, seiring aliran sperma yang melambat, hingga berhenti total. Akhirnya Junaedi menarik keluar penis dari mulut Vita. Vita langsung membungkuk terbatuk-batuk mencari udara, berusaha menelan sisa-sisa sperma yang masih melekat di lidah dan langit-langit mulut. Tubuhnya berkeringat meski ruangan ber-AC dingin.

“Gilaa, ni cewe jago nyepong Leh…, tampangnya aja yang alim, Haha!” ejek Junaedi.

“Non Vita ini pan orang keuangan… nah, semua cewek yang kenal uang, doyan duit… pasti udah kena kontol, Hahaha…” tambah Soleh menghina. Vita kembali menitikkan air mata.

“Gua ga bisa bayangin, gimana enak mulut bawahnya Leh…mulut atas aja enak be-eng,” lanjut Junaedi, duduk di kursi mengistirahatkan diri.

Soleh memelorotkan celana berikut kolornya, Junaedi tertawa melihat Soleh yang ‘pengen’ juga.

“Bodo’ gua kalo ga ngerasain juga, rugi bandar. Ayo Non Vita, kemari…puaskan tuan-mu ini,” suruh Soleh berkacak pinggang, mengedut-kedutkan penis minta dimanjakan. Vita menggeleng kepalanya dengan wajah memelas.

“Ayo cepeet ah, kesini ngerangkak!” bentak staf IT itu.

Vita merangkak seperti binatang berkaki empat mendekati Soleh, lalu melakukan hal yang sama pada Soleh, hingga karyawan bejat itu melenguh. “Euuuhh!”.

CROOOTTT!!, Soleh mencabut penisnya dari kuluman, membuat sekujur wajah Vita ternoda sperma. Setelah tak ada lagi yang keluar, Soleh meratakan mani itu, membuat wajah cantik jelita Vita mengkilap sperma. Mereka berdua menertawakan hal tersebut, Soleh menjejalkan mani yang belepotan di jarinya untuk dijilat dan ditelan Vita.

Ocehan jorok keluar dari mulut kurang ajar mereka, Vita hanya mampu menyesali yang telah terjadi. Junaedi membukakan pintu. Vita bergegas keluar, merasa pusing dan mual membayangkan apa yang akan dialaminya besok. Pasti lebih parah dari hari ini. Sebelum ia keluar tadi, Soleh sempat memberinya instruksi.

“Eh Vit, mesti diakuin, kamu tuh cantik, tapi kelewat polos penampilannya. Besok jangan pake blazer dan rok di bawah lutut kayak sekarang gini. Pake apa gitu yang seksi, dandan lebih cantik juga.  Oke.  Sana pergi…!”

*****

# Vita yang menikmati ‘Tugas’nya #

Selasa pagi.

Kantor heboh. Sebenarnya tidak se-heboh itu, hanya saja beberapa karyawan—terutama yang posisi duduknya berada sepanjang jalan Vita masuk dari depan sampai mejanya di bagian keuangan—tidak bisa tidak menoleh melihat si karyawati lewat dengan penampilan tak seperti biasa. Kalau biasanya Vita memakai celana panjang agak gombrong, kali ini Vita memakai rok span berwarna hijau yang tingginya beberapa senti di atas lutut dan ketat sehingga memamerkan keindahan bentuk lekuk pinggul dan pantatnya.  Kalau biasanya Vita mengenakan blazer berwarna gelap, kali ini dia memilih blus putih lengan panjang yang berenda dan berbahan tipis; hanya saja dia memilih mengenakan pakaian dalam putih sehingga tak mencolok biarpun bahannya menerawang.  Kalau biasanya Vita memakai sepatu hak rendah, kali ini dia memakai sepasang sepatu hak tinggi yang seksi, sementara kedua kakinya dibungkus stocking hitam.  Kalau biasanya Vita hanya mengenakan lip gloss, kali ini bibirnya dipoles lipstik pink.  Hanya kalung berliontin peraknya yang tidak berubah.  Vita memang cantik, tapi penampilannya yang lebih menarik pada pagi itu membuat semua orang yang dilewatinya, terutama yang laki-laki, menengok.

“Suit-suitt!” terdengar suara siulan dari Flora, ketika Vita tiba di mejanya.  “Cakep amat Mbak, ada apa nih?”

“Emm…” Vita salah tingkah, tak tahu harus menjawab bagaimana.  “Euh… lagi pengen aja.”

Flora senyam-senyum saja sambil memberikan selembar amplop.  “Ini, katanya dari bagian IT buat Mbak Vita.”  Vita langsung tahu; pasti dari Soleh.  Mendadak perasaan Vita jadi kacau.  Bakal disuruh apa dia…?

Di dalam amplop itu ada earphone kecil sekali yang bisa diselipkan ke telinga.  Karena Vita biasa menggerai rambut, earphone itu tidak akan kelihatan kalau dipakai.  Selain earphone, Vita menemukan secarik kertas.  Tertulis, “Pakai earphone itu terus, jangan sekali-sekali dilepas, kalau dilepas semua bukti pelanggaran akan sampai ke Bu Brenda.  Bekerja saja seperti biasa hari ini, tapi kalau mendengar perintah kami, segera turuti.”

Vita berdebar-debar ketika mengenakan earphone itu.  Beberapa menit kemudian terdengar suara Soleh.

“Tes, tes… Vita bisa dengar?  Kalau bisa dengar, berbalik, lalu acungkan telunjuk.”

Vita mengikuti perintah itu.  Dia berbalik badan, lalu mengacungkan telunjuk kanan, lalu suara Soleh terdengar lagi.  “Bagus.  Hari ini kamu kerja seperti biasa ya, tapi jangan lupa tiap ada perintah kamu harus lakukan.  Ingat, mata kami ada di mana-mana.”

Sesudah itu Soleh diam lagi.  Vita ketakutan.  Dia benar-benar merasa diawasi.  Hari itu dia memulai kerja seperti biasa, tapi dia tak bisa konsentrasi.  Untung dia tidak harus ikut rapat, hanya merekap cek yang siap ditanda tangan Bu Brenda sesuai anggaran, serta merapihkan berkas-berkas permohonan dana proyek yang terlampir.  Sejam kemudian Vita mencopot earphone…

HP Vita langsung berbunyi.  “HAYO! Siapa suruh lepas earphone-nya?” terdengar Junaedi si satpam menghardik ketika Vita menerima panggilan yang masuk.  Vita buru-buru memutus panggilan dan memasang lagi earphone.  Kedua pemeras itu tidak main-main ketika mereka bilang punya mata di mana-mana.  Mereka tahu kalau Vita mencopot earphone—pasti lewat kamera CCTV.  “Jangan coba-coba lepas earphone selama di kantor.  Kamu baru boleh lepas sesudah pulang kantor nanti sore, dan besok pagi kamu harus udah pake waktu masuk,” kata Soleh lewat earphone.

Sesudahnya, sepanjang hari itu earphone lebih banyak diam.  Tapi Vita sudah keburu yakin bahwa dia tak akan bisa lepas dari pengawasan Soleh dan Junaedi.  Setiap beberapa lama, Soleh atau Junaedi bakal menyuruh Vita melakukan sesuatu yang sederhana, seperti mengambil dan mengisi gelas, membuka lalu menutup jendela, atau mengajak bicara Flora.  Vita heran, kenapa dia disuruh melakukan hal-hal seperti itu?  Iseng sekali mereka berdua.  Tapi karena tidak berbahaya, dia lakukan saja semuanya. Satu kali, Vita tidak melakukan perintah Junaedi untuk “ketik ‘JUNAEDI’ di komputer lalu print”.  Tidak terjadi apa-apa?  Lima belas menit kemudian Soleh muncul di bagian keuangan membawa sejumlah CD dan kaset, bergegas ke arah ruangan Bu Brenda.  Vita membelalak ketakutan.  Buru-buru dia lakukan perintah Junaedi, ketik dan print.  Soleh ternyata tidak menuju ke ruangan Bu Brenda, malah pada saat-saat terakhir berbelok ke meja Flora dan memberikan satu CD, kemudian berbalik.  Waktu melewati meja Vita, Soleh tersenyum jahat.

Vita langsung pucat pasi.  Rupanya semua perintah biasa itu adalah untuk mengetes kepatuhan.  Munculnya Soleh menunjukkan bahwa sekali dia tidak patuh, biarpun ketika disuruh melakukan sesuatu yang biasa, kedua pemerasnya tak segan-segan akan melakukan apa yang mereka ancam.

“Mbak Vita, kenapa…? Mbak kok pucat?” Flora mendekat.  Vita yang masih shock karena mengira tadi Soleh benar-benar mau memberikan barang bukti ke atasannya berusaha menenangkan diri.  “Gak… gak kenapa-napa kok Flo… Eh itu tadi CD apa yang dikasih sama Soleh?”

“CD kosong buat back up data… Aku minta dari IT,” kata Flora datar, “Lho, Mbak udah kenal sama yang datang tadi?”

“Hah?” Vita kaget.  “Eh. Iya. Udah kenal.  Emm ketemu waktu makan siang kemarin.”

“Ooo…” Flora cuma menjawab seperti itu, lalu kembali lagi ke mejanya.

Vita juga kembali ke kursinya, terhenyak.  Dua orang itu benar-benar sudah mencengkeramnya, tiada jalan keluar.  Apa lagi yang bisa dia lakukan?

*****

Selasa sore

Satu jam sebelum jam kantor berakhir. Ketika Vita mengira tidak akan terjadi apa-apa lagi, earphone berbunyi. Soleh.

“Vita, beresin kerjaan kamu, dan sekarang juga pergi ke ruang rapat lantai 2.”

Vita seharian terus-menerus mengerjakan perintah-perintah kecil dari Soleh dan Junaedi, sehingga dia lama-lama jadi terbiasa sendiri.  Toh belum ada permintaan mereka yang aneh-aneh… Hal itu sedikit membuat Vita tak curiga.  Vita segera melakukan apa yang disuruh, lalu meninggalkan meja kerja menuju ruang rapat lantai 2. Di depan ruang rapat lantai 2…ada tanda “Sedang Ada Rapat”.  Ruang rapatnya sedang dipakai?

“Masuk aja,” terdengar suara Soleh.

Vita membuka pintu ruang rapat.  Ternyata kosong… tidak ada rapat yang sedang berlangsung di ruangan cukup besar itu, hanya ada Soleh yang sendirian dengan laptop-nya.  Seperti layaknya ruang rapat, di sana ada meja besar yang dikelilingi kursi, dan layar untuk proyektor.  Soleh duduk di dekat pintu, menghadap layar; ketika Vita masuk, Soleh langsung mengunci pintu. Vita diam saja, tak tahu apa yang akan dilakukan Soleh.  Soleh bertanya,

“Udah ngapain aja hari ini?”  Vita menjawab dengan ragu-ragu bahwa dia bekerja seperti biasa. 

“Bukan.  Dari tadi udah disuruh apa aja?”

“Emm…” Vita lalu menjelaskan semua yang sudah dilakukan.

“Oke,” kata Soleh.  “Bagus.  Budak yang baik mesti nurut sama tuannya, heh heh heh…”

Soleh memencet keyboard laptop, dan terdengar lantunan musik.

“Sekarang…” perintah Soleh… “Naik ke meja di depan layar itu.”

Vita menurut.  Dia membuka sepatu hak tinggi-nya dan naik ke meja, lalu berdiri di atas meja.

“Oke Vita…” Soleh mengatur sehingga musik yang mengalun terdengar lebih keras.  Lagu “Naughty Girl” Beyonce.

“Sekarang kamu striptis di sana.”

Vita merinding.  Dia belum pernah melakukan striptis sebelumnya, dan sekarang dia berada di depan seorang maniak komputer cabul yang akan menyaksikan setiap gerak-geriknya. Karyawati muda yang cantik itu memejamkan mata dan mulai bergoyang membangkitkan gairah seiring musik.  Dia tak percaya dia akan berani melakukan ini, tapi tubuhnya seperti terhanyut oleh lagu yang sensual itu.  Vita pelan-pelan mulai membuka kancing blus putih tipisnya.  Satu kancing… dua kancing… tiga kancing lepas sehingga bra putih berenda-nya terlihat.  Soleh bersuit-suit nakal.  Anunya sudah memberontak minta jatah dan dia sudah membayangkan tubuh jelita Vita menggeliat-geliat di bawah tubuh kerempengnya. Setelah semua kancing terlepas, Vita mengeluarkan bagian bawah blusnya yang dimasukkan ke rok.  Selagi Vita mencopot kancing lengan blus, Soleh bisa melihat bra putih di celah di antara kedua bagian blus, juga kulit mulus dada dan perut Vita. Vita menyadari bahwa dia akhirnya harus mencopot seluruh blusnya.  Dengan ragu, dia memandangi Soleh, tapi Soleh memasang tampang serius dan berkomentar pendek “Buka.”  Vita berbalik dan membiarkan blusnya meluncur turun dari bahunya. Soleh memandangi punggung atas Vita yang tinggal tertutup tali bra dan menunggu Vita berbalik, dia ingin melihat payudara Vita yang masih ada dalam bra.  Vita memutar-mutar blusnya ke atas bagai koboi memutar tali laso, seiring tubuhnya juga yang berputar.  Selagi berputar, pinggiran rok Vita terangkat tinggi-tinggi, memamerkan kemulusan pahanya.  Vita tak merasa dirinya telah terbawa irama.  Vita selesai berputar dan kembali menghadap Soleh, dan Soleh tak kecewa dengan apa yang dilihatnya. Payudara Vita yang montok sekarang tampak di depannya dalam bra putih berenda.  Bra itu berbelahan rendah di depan, menunjukkan lengkung indah sepasang buah dada, dan Soleh menikmati sekali pemandangan itu, tahu bahwa sebentar lagi penutup dada yang menghalangi akan lepas.

Sementara itu wajah si karyawati sudah merah padam karena Soleh bersuit-suit terus menonton dirinya, tapi diam-diam dia senang juga karena merasa dikagumi. Vita kembali berbalik dan membuka kaitan bra di punggungnya sambil menghentakkan kakinya.  Dia berhenti bergerak, meloloskan bra dari tubuhnya dengan tangan terjulur ke atas, lalu diputar-putar juga bra itu di udara. Soleh berteriak,

“Ke sini’in Non, lempar ke sini!”  Sambil menutup payudaranya dengan sebelah lengan, Vita melempar branya ke wajah Soleh, sengaja dengan sedikit keras.  Soleh hanya menyeringai. Dia tahu Vita benci dikerjai seperti ini, namun si karyawati tak punya pilihan. Soleh dengan mesumnya memperhatikan tubuh Vita yang sudah setengah telanjang. Mulutnya menganga, air liurnya menetes dari ujung bibir.  Saat itu Vita menyilangkan kedua lengan di depan dada, malu membuka payudaranya yang telanjang.  “Udah ga usah malu, tunjukin aja Non!” kata Soleh.  Vita menurunkan lengannya dan merasa mukanya makin memerah selagi Soleh mengomentari payudaranya.  “Wueisss… cakep tuh susunya, putih mulus.  Udah ga sabar nih pengen cobain kenyal-kenyalnya.”  Sejak menjerat Vita, Soleh sudah membayang-bayangkan tubuh Vita, tapi baru kali ini dia melihat langsung, dan dia tidak kecewa karena tubuh Vita memang indah seperti bayangannya.

“Ayo dilanjut bawahnya!” suruh Soleh, melihat Vita sempat terdiam.  Tinggal roknya yang masih tersisa. 

“Goyang lagi dong!” Soleh mengeraskan musik, agar Vita kembali menggerakkan badan.  Vita yang sudah terbawa irama kembali menggoyang badannya, kali ini berbalik membelakangi Soleh dan membungkuk. Sambil membungkuk, ia melepas kaitan rok, menarik turun resleting, dan jatuhlah rok itu di sekeliling kaki. Soleh semakin gencar mengocok kejantanannya.

Kini tinggal celana dalam G-string yang menutupi tubuh Vita, bongkah pantat Vita pun bebas dipandang. Soleh yang gemas sempat bangun dan spanking. Plaak!  Vita memekik kecil ketika pantatnya ditepuk seperti itu, “Awh!!” Dalam hati ia menyukai perlakuan Soleh meski itu melecehkannya.  Vita malah menumpukan kedua tangannya ke bawah, di atas meja.  Sambil mengocok penis, Soleh maju dan berinisiatif menarik turun G-string Vita dengan sekali sentakan kasar, hingga turun sampai betis Vita

“Goyang pantat kamu Non, posisi tetap gitu!” suruh Soleh.

Vita menggoyang pinggulnya, perlahan seperti mengaduk adonan. Soleh manggut-manggut menyaksikan aksi goyang pinggul persis di depan mukanya itu. Dia akhirnya gemas dan meremas pantat Vita.

“Sini Non, udah cukup tariannya… Non udah berhasil bikin saya ngaceng berat!” Soleh tidak hanya bicara begitu, tapi langsung menunjukkan barang bukti perkataannya itu.

“Sini duduk!” suruh Soleh. Vita patuh dan duduk di tepi meja meeting itu. Soleh juga menyuruh Vita membuka kedua paha, sambil terus mengocok kejantanannya. Vita menumpukan kedua tangan ke belakang, wajahnya menoleh ke samping, pipinya merona, karena belahan kemaluannya kini ditatap Soleh nanar. Soleh mencapit sepasang bibir vagina Vita, membuat si cantik itu menjerit kaget plus terangsang. Tangannya refleks menahan lengan Soleh.

“Enggak boleh nih? Hmm… inget!!” mata Soleh melotot, marah karena hobinya dilarang.  Vita kembali menarik tangan dan memalingkan wajahnya.  Kaki Vita mengayuh ke kiri dan kanan, geli bibir kemaluannya dipegang orang. Pangkal paha Vita sedikit merapat saat melihat Soleh mendekatkan wajah ke kemaluannya. Tanpa perlawanan berarti, hidung Soleh mendekat sampai hanya beberapa senti dari vagina Vita. Pipi Vita semakin merona ketika Soleh menghirup dalam-dalam, seperti menghirup udara segar di pegunungan. Soleh tak hanya puas dengan mengendus-endus kewanitaan Vita. Dia menjulurkan lidahnya.

“Asyiiik,” seru Soleh.

Pelan-pelan dia menjilat vagina Vita, dimulai dari bawah.  Lidah itu menelusup ke liang, mencelup dengan perlahan. Vita ingin menjambak Soleh, tapi dia masih ragu dan takut membuat Soleh marah.  Soleh sepertinya bukan amatir dalam hal jilat-menjilat, dia memain-mainkan lidahnya dari bawah ke atas, menjelajah seluruh bagian luar bibir vagina Vita, bahkan mencucup seputar selangkangan dan menjilat pangkal paha Vita.

 Peluh Vita semakin bercucuran, menambah indah pemandangan karena membasahi lekuk-lekuk tubuh Vita.

“Ohhh…” Vita tak menduga, desahan penuh nafsu keluar dari mulutnya, tubuhnya serasa merinding menerima sensasi dijilat oleh Soleh. 

Si karyawati menggigit bibir, berusaha menahan malu—dia tak mau mengakui bahwa tubuhnya mulai menikmati rangsangan yang diberikan laki-laki bertampang culun yang sedang melahap selangkangannya.  Mendengar itu, Soleh makin semangat, makin liar saja aksinya melahap kemaluan Vita. Lidahnya menemukan dan mulai menggoda klitoris Vita. Vita semakin merebah ke belakang, pasrah saat Soleh memapah kedua belah kakinya menyilang ke belakang leher Soleh.  Soleh semakin bernafsu menyorongkan wajah.  Tanpa sadar, Vita merapatkan kedua pahanya, seolah menarik muka Soleh makin dekat, tak mau melepaskan.  Soleh tersenyum mesum di selangkangan Vita, merasa si korban telah jatuh dalam genggaman.  Jantung Vita berdebar makin cepat, tubuh atasnya yang sudah telanjang menggeliat-geliat di atas meja rapat. Soleh terus menciumi dan menjilati bibir bawah Vita, menjelajahi seluruh bagian luarnya. Sesekali dia menowel-nowel klitoris Vita dengan lidahnya. Vita menjerit kecil karena nikmat.  Tubuhnya terasa panas, putingnya mengeras.

“Hhmmmm mnmmm… Asyikkk ketemu itilnya… Bleph.. mhlm…” Soleh mengoceh sambil merajalela di kemaluan Vita.  Dia terus menggoda bagian itu dengan mulut dan lidahnya. Vita merasakan sesuatu memuncak dalam tubuhnya—

“Terus Maas, Aaawhh… dikit lagi, dikit lagiii…” Soleh semakin menyeringai di selangkangan Vita, tahu Vita akan menuju orgasme.  Dan dengan kurang ajarnya… Soleh berhenti.

“Mas Hhh, Hhh… ke-kenapa ber..henti?”

“He he he he he… Enak di elu ga enak di gue!” jawab Soleh.

“Tolong Mas… emh, te-terusinh…” pinta Vita.

“Terusin apa, Non Vita sayang?”

Wajah Vita sudah demikian sayu, matanya redup, tangannya meremas payudaranya sendiri karena nafsu yang tak tertuntaskan.  Dengan membuang rasa malu, ia berkata, “Terusin… yangh… tadi!”

“Yang tadi mana?” goda Soleh lagi.

“…itu tadi…”

“Tadi apa? Kalo pake Bahasa Indonesia yang jelas dong!” Soleh terus memancing.

Vita malu mengatakannya, tapi apa daya nafsu sudah keburu memuncak.

“Jilatin memekku mas!” tukas Vita dengan pipi merona.  Soleh tertawa mendengarnya, serasa jadi pemenang.

“Nya ha ha ha ha… Dasar perek! Minta jilmek!”

“Tapi…” sambung Soleh, “Ogah! Lidah gue pegel! Sekarang giliran yang lain!”

“Tolong Maaaaaaasshh…” Vita merengek sambil merangsang vaginanya sendiri.

“Nah Non, yang ini aja disuruh ngejilat… dijamin lebih enak!” Soleh berkata itu sambil menunjuk kontolnya. “Tapi Non Vita mesti minta… Ya?”

Vita terhenyak mendengarnya, dia merasa dilecehkan namun kondisi birahi mengalahkannya.

“Mi-minta gimana Mas?” kata Vita.

“Minta dientot sama Tuan Soleh,” kata Soleh.  “Kamu mintanya yang bener, ya! Gini ta’ ajarin…Tuan Soleeeh~”

Vita terdiam.

“Ayo ikutin, gimana sih?!” Soleh tadi meniru nada bicara yang genit mendayu, seperti pelacur menggoda laki-laki.

“I-iya…Tuan Soleeeh,” kata Vita dengan terpaksa.

“Sudikah Tuan mengentot sayaa?” ajar Soleh.

Dengan pipi merona merasa dipermalukan, Vita mengikuti apa kata Soleh. “Sudikah Tuan… me-mengentot… saya…”

“Tunggu tunggu tunggu… Kelewat formal kok gue malah jadi il-fil… Kurang ganjen! Ayo diulang! Improvisasi sendiri kalo perlu!” Soleh memprotes.  Memang nada bicara Vita tadi datar dan malu-malu.  Vita kaget mendengar perkataan Soleh.  Ia terhimpit antara pelecehan dan birahi.

“Ayo cepetan!” perintah Soleh tak sabar.  Vita meredam rasa malunya

“Tuan, entot saya Tuaan… saya mau kontol Tuan di memek saya… puasin saya Tuan, Tuan juga boleh entot saya sesuka Tuan!”

“WHUA HA HA HA HA!!” Soleh tak menyangka kata-kata Vita malah bisa sebinal itu.  Tapi memang Soleh sudah menyangka ada kebinalan yang disembunyikan Vita, dilihat dari chatting nakalnya; makanya Soleh tidak heran mendengar kata-kata kotor Vita.

“Gak nyangka Non Vita doyan ngentot juga,” kata Soleh. “Baik, karena sudah diminta…”

“Baiklah…karena Non Vita maksa… apa boleh buat!” Pria IT berkacamata tebal itu bangkit berdiri dari duduknya.

“Jadi gimana Non, jelasnya…” Soleh lanjut mengejek, sambil mengocok tombaknya. Vita mengangkang dan memohon, “Ma-ma… sukin…”

“Masukin apa?? Ke mana??” kata Soleh lagi dengan suara lebih keras.

“Itu…” Vita menunjuk kejantanan Soleh.

“Itu apa…? Pake bahasa yang jelas dong! Tadi udah bener!”

“Ko… kontol Mas…” wajah Vita semakin memerah.

“Bagus, yang tegas jangan ragu… oke, kontol saya ke…? Ke mana?”

“Ke-ke si… ni…” Vita melebarkan bibir vaginanya.

“Oh ke situ, ya ya… ehem. Itu berarti… saya masukin kontol saya ke… apa?”

“Memek… memek…ku Mas…” Vita memalingkan wajahnya sejauh mungkin, malu dengan kata-kata joroknya sendiri, malu melihat wajah mupeng Soleh.

“Iya deh… yuk?” kata Soleh menempelkan kepala penisnya, namun insting wanita membuat Vita refleks menjauhkan vaginanya dari penis Soleh yang menurutnya asing.

“Lho…kok ?!” Soleh menatap tajam.

“Eh iya Mas, ma-maaf…” kata Vita, kembali melebarkan kakinya yang sempat merapat.

“Gapapa, justru dari situ kelihatan…seberapa polos kamu sebenarnya. Kedua bawahan kamu malah lebih jalang dari kamu,” komentar Soleh.” Berarti, memek Non Vita… paaaasti sempit, hehehe.” Selesai berkata itu, Soleh membentangkan kedua paha Vita lebih lebar.

“Cepet buka Non!” Soleh meraih tangan Vita, menuntun ke vaginanya. Vita merentang belahan kemaluan miliknya, terlihatlah gemerintil daging merah muda di dalamnya.

Soleh yang sudah sedari tadi menahan nafsu, mulai menekan kejantanannya.

“Mampus gue, susah banget!! Lu pernah dientot ga sih? Punya memek kayak gini… Hhhhhggg!” Soleh mati-matian mendorong masuk. Tangan Vita yang beberapa kali menghalangi laju penis ditangkapnya. Soleh menjauhkan tangan Vita agar tidak ada lagi yang menghalangi.

“…hhhh…” Soleh mendesis keenakan ketika kepala burungnya mulai menerobos vagina Vita. Vita menggigit bibir menahan rasa malu ketika akhirnya dia dipenetrasi Soleh. Soleh terus mendesak masuk… dan mendapati bahwa sebenarnya bukan dia laki-laki pertama yang pernah masuk ke sana.

“Egghh… wah segelnya udah ada yg nge… buka nih?? Sebodo amat… masih nggigit ini… asoyy!”

Tak puas dengan hanya memasuki vagina Vita, Soleh juga merapatkan tubuhnya ke Vita, bibirnya berkeliaran ke puting Vita yang sudah keras. “Aaa~h?” Vita kaget ketika Soleh menjilati payudaranya, sambil tangannya bergerilya ke mana-mana. Tubuh kurus Soleh membungkuk menindih tubuh Vita, lidahnya yang menjijikkan menjilati dada dan leher Vita. Dan di bawah, seluruh bagian penisnya sudah masuk ke vagina Vita.

“Amm… nyam… hleeh…” keluar bunyi-bunyian tak jelas dari mulut Soleh yang menikmati ‘hidangan’ empuk di dada Vita, ditingkahi desahan Vita. Pinggul Soleh mulai bergerak maju-mundur, membuat Vita memekik. Soleh bergerak pelan-pelan, karena masih konsentrasi di tubuh bagian atas Vita yang sebenarnya juga mau dia nikmati.

“Eh… Tau gak,” bisik Soleh sambil menjilati telinga Vita, “Enak juga ya bibir bawah lu, biar udah ga perawan tapi tetep peret!”

Kemudian, Soleh mulai menggenjot makin kencang, sambil sesekali mencengkeram dada Vita.

“ah… ah…. Ahh…” Vita tak kuasa menahan suaranya. Di ruangan yang sepi itu kini hanya terdengar suara Vita dan Soleh yang dilanda nafsu, serta hentakan tubuh mereka yang beradu.

“Mestinya ga heran sih kalo kamu udah pernah ginian,” Soleh terus mencerocos. “Kalo masih perawan baik-baik mana mau diajak chatting mesum ama orang ga jelas, ha ha ha!”

Vita sudah tidak peduli lagi apa kata Soleh, dia malu mengakuinya tapi sudah begitu lama sejak ada laki-laki menyetubuhinya, dan biarpun yang sekarang ini seorang yang jelek lagi brengsek, tetap saja dia mulai merasakan kenikmatan badan. Ia terima hunjaman demi hunjaman Soleh yang semakin terasa sambil merintih seksi. Soleh semakin bernafsu berkat reaksi Vita, diciuminya betis Vita yang dicengkeramnya.

“Yahhhhh, ouhhh!” desah Vita, saat lidah Soleh menyapu betis putih padatnya.  Itu karena Soleh tanpa sengaja menyentuh satu titik sensitif Vita, dan si karyawati jadi terkaget merasakan kenikmatan karena disentuh di sana.  Soleh menaikkan betis Vita ke bahunya, memeluk erat paha Vita yang merapat ke perutnya. Vita menggigit jarinya di sela rintihan, Soleh memejet puting Vita dan menggodanya dengan puntiran. Rintihan pun semakin keras, Soleh juga menyodok semakin keras, karena tahu Vita tak lama lagi meraih klimaksnya

“Aahhh, Ahhhh, Ahhhh, Aaaaahhhhhhh !” Vita mencengkeram lengan Soleh. Soleh yang mengerti menghentikan sodokan sambil tersenyum mengejek.

“Errmm…” Vita menggigit bibir bawahnya, tubuhnya terhentak-hentak.

Kakinya yang jenjang mengejang. Nafas Vita berdengus cepat tak beraturan selesai itu. Soleh menurunkan kakinya dan menarik lepas penis. Ia tersenyum bangga melihat barangnya mengkilap, terselimut jus cinta Vita.

Vita melonjorkan kakinya, ingin beristirahat sejenak. Tapi Soleh malah membalikkan tubuh Vita hingga tengkurap.

“Iyaah…” reaksi Vita, saat Soleh menarik tubuhnya turun dari meja setengah badan.  Plaak! Tamparan mendarat di pantat Vita.

“Enak ya…keluar, Hah?!” leceh Soleh. Pantat Vita menjadi sasaran tampar beberapa kali, dan Soleh menyepak kaki Vita agar lebih mudah memasuki tubuh Vita.  Soleh meremas-remas pantat Vita sambil menggesekkan penisnya ke bibir vagina yang sudah banjir tak karuan itu.

“Ouh, Sssstt…” Vita mendesis perlahan lalu menggigit bibirnya, seirama dengan kejantanan Soleh yang membelahnya perlahan dari belakang. Erangan kemudian terdengar ketika Soleh melanjutkan sodokan dengan penuh nafsu. Sodokan Soleh semakin lama semakin brutal. Rintihan Vita semakin keras pula jadinya, si cantik itu mencengkeram pinggiran meja. Vita terus terdorong hingga mentok ke pinggiran meja, buah dadanya yang menempel di meja terayun seirama goyangan meja. Soleh mencengkram bahu Vita dan memeluknya dari belakang. Sambil menempelkan tubuhnya ke tubuh Vita, Soleh menghirup harum rambut Vita sambil meremas payudara Vita dan tentunya tidak lupa menggempur liang kemaluan Vita sekencang-kencangnya. Mata Vita terpejam, mulutnya menganga, menjeritkan kenikmatan. Vita tidak menyangka, ternyata Soleh lama sekali bisa menahan untuk tidak keluar. Nyaris lima menit tanpa henti batang Soleh keluar-masuk kewanitaan Vita, menggesek dinding-dindingnya sampai Vita ngilu, namun Soleh seperti tidak ada habisnya. Yang tak bisa ditolak Vita adalah kenyataan bahwa dia tetap merasakan kenikmatan, walaupun dia sedang disetubuhi dengan paksa. Bahkan bisa dibilang diperkosa. Walaupun dia sudah ada pengalaman sebelumnya, dia belum pernah mengalami yang seperti ini. Soleh akhirnya memeluk tubuh Vita erat-erat dan menusuk dalam sekali.

Vita merasakan penis Soleh kejang-kejang di dalam vaginanya… Gawat!

“Ah!” jerit Vita, menyadari apa yang terjadi.

“Jangan di dalem Mas… Plis Mas, jangan!” pinta Vita sambil meronta, berusaha melepaskan diri dari rangkulan Soleh.

Vita berhasil mendorong Soleh yang tak konsentrasi karena sedang asyik memuntahkan lahar panasnya. Penis Soleh pun keluar dari dalam vagina Vita dalam keadaan masih muncrat, sehingga sebagian spermanya terciprat ke pantat Vita. Tapi tadi keburu ada sedikit yang sempat dikeluarkan di dalam. Vita merasakan tubuhnya lemas, ingin dia lari dari sana saat itu juga, ke kamar mandi atau ke manapun di mana dia bisa mencuci bersih benih tak diundang yang terbuang dalam rahimnya. Soleh terduduk ke satu kursi, dan tertawa-tawa seperti orang gila.

“Huahahahah… Enak banget memek lonte baru gue… Apalagi kalo bisa dikeluarin di dalem kayak tadi…”

Sedikit keberanian muncul dalam diri Vita untuk meminta.

“MAS… Udah puas kan… Aku… boleh pulang?”

Dia mengatakan itu sambil menatap dengan benci ke arah Soleh yang lemas keenakan. Soleh cuma nyengir melihat korbannya yang telanjang, bersimbah keringat, dan ternoda peju itu.

“Ya udah… Buat hari ini udahan dulu! Makasih ya cantik, tadi enak banget, sumpah, mendingan kamu daripada dua yang lain itu!”

Vita tak peduli kancing blusnya belum terpasang rapi, dan dia pun belum memakai pakaian dalamnya. Hanya mengenakan blus dan rok serta menggenggam pakaian dalam, Vita berlari keluar dari ruang rapat. Dia menuju toilet terdekat yang untungnya memiliki ruang shower kecil. Di situ, Vita kembali melepas bajunya, dan pertama-tama langsung membasuh kemaluannya. Dia tak mau dia jadi mengandung gara-gara perbuatan Soleh tadi.

*****

Di ruangan CCTV…

Junaedi, si satpam, duduk sambil menyaksikan rekaman adegan striptease Vita di ruang rapat.  Dia dan Soleh memang sengaja menyuruh Vita ke ruang rapat lantai 2 karena di sana dia sudah memasang kamera pengawas dengan kualitas paling bagus. Demi menjerumuskan Vita lebih jauh, mereka merencanakan membuat video semacam itu.

“Gila… bagus amat bodinya si Vita…” kata Junaedi sambil ngiler. 

Dia hanya menyalakan kamera sampai Vita selesai striptease saja; tidak merekam apa yang terjadi selanjutnya karena sudah tahu Soleh sedang menikmati tubuh si cantik itu. Hari ini giliran Soleh melahap Vita, besok giliran dia.  Tidak apa-apa. Yang penting videonya sudah jadi. Dan Junaedi sudah ngaceng dari tadi menikmati liukan tubuh Vita. Dia sudah tak tahan.

“Uahh… gue mau ngecrot nih!”

Di ruangan itu juga ada… Flora, bawahan Vita, yang berlutut di depan selangkangan Junaedi dan sejak tadi mengoral penis si satpam. Junaedi mencengkeram belakang kepala Flora dan memaksa Flora men-deepthroat anunya selagi dia menyemburkan cairan benihnya.  Gadis kurus berambut pendek itu tak bisa berbuat apa-apa selain menerima semburan cairan hangat di mulutnya. 

“Mmmpphhh!!” teriaknya tertahan. 

“Uooohh!!” seru Junaedi.

Setelah puas, barulah Junaedi melepas cengkeraman.  Flora langsung menarik kepalanya dan terbatuk-batuk, tersedak mani Junaedi. 

“Uhk… uuhkk…” Sebagian mani tercecer dari bibir Flora.  Flora langsung menutup mulutnya dengan tangan dan memuntahkan sperma yang masih tersisa di mulutnya.  “Kasar amat…” keluhnya.

“Banyak bacot lu…” omel Junaedi.  “Tuh lihat, akhirnya kita berhasil.  Dia mau juga tuh digituin.  Berapa hari ke depan juga dia bakal dijadiin kayak elu… jadi lonte kami.  Ahh… tuh kan, gue udah ga sabar pengen nyobain memek si Vita.  Giliran gue baru besok tapiii. Ya udah. Ayo nungging!”

Flora pasrah dan berbalik badan, lalu menungging membokongi Junaedi.  Si satpam nyengir dan langsung menyiapkan senjatanya.

*****

Vita selesai membersihkan vaginanya yang baru dinodai Soleh, dan telah memakai lagi pakaiannya.  Ketika dia keluar kamar mandi, ternyata Soleh menunggu di luar. Soleh menyuruhnya pulang.

“Hati-hati di jalan ya.  Oiya.  Dandanan kamu hari ini oke juga.  Tapi masih nanggung ya.  Besok mesti bisa lebih seksi lagi.  Bisa kan?”

Vita cuma mengangguk lemah, pikirannya sudah capek karena dikerjai Soleh.  Tapi dia tak punya pilihan.  Dia sudah tahu apa yang bisa dilakukan kedua bangsat itu. Dengan langkah lemas Vita kembali ke ruangannya, mengambil tas, lalu pergi meninggalkan ruangan. 

*****

Pos satpam dekat pintu keluar, pukul 8 malam.

“Udah sono pulang, sebentar lagi kereta lewat,” kata Pak Chaerul, kepala keamanan yang membawahi semua satpam gedung, kepada Andy si wakil manajer produksi yang sedang menemaninya duduk-duduk di depan pos satpam.  “Ga usah mikirin kerjaan terus, mikir yang laen napa, misalnya calon istri, kamu kan udah waktunya cari jodoh.”

“Yang itu biar gimana jalan ke depan aja deh Pak…” kata Andy sambil melihat Pak Chaerul yang rambutnya sudah beruban semua tapi tetap bertampang tegas.  Andy baru selesai lembur, tapi karena menunggu jadwal kereta lewat jadi dia ngobrol dengan Pak Chaerul.  Andy sebenarnya kurang suka bergaul dengan orang, tapi sekalinya bertemu teman yang cocok seperti Pak Chaerul, dia bisa ngobrol banyak dan lama.  Sifatnya yang terkesan kaku itu hanya kepada orang yang kurang dikenal saja.

“Ah, kamu mah kebanyakan mikir, makanya ga maju-maju,” Pak Chaerul menyindir.  Andy membalas, “Tetep aja mesti mikir Pak, daripada dapet yang kayak kemarin lagi…” nada bicara Andy berubah jadi suram “…kirain dia cewek setia, nggak taunya pengkhianat.  Tampang baik-baik juga nggak jaminan.”

Pak Chaerul menyikut pelan Andy.  “Itu yang namanya kebanyakan mikir, tau,” sanggahnya.  “Kamu mesti ngambil risiko, kalau nggak sampai tua ga kawin-kawin loh.  Jelek-jelek gini, Bapak udah punya istri dari umur 20.  Ga usah banyak mikir urusan perempuan, kalau ada kesempatan, hajar aja… Eh ada yang baru pulang tuh?”

Di depan mereka, Vita melintas, berjalan dengan lesu setelah akhinya diperbolehkan pulang oleh Soleh. Perasaannya campur aduk, dan dia pun membayangkan besok harus menjalani hari seperti ini lagi.

Pak Chaerul menarik Andy sampai bangun lalu mendorong Andy agar menghampiri Vita. 

“Sono samperin!” perintahnya. 

Andy tidak bisa menolak dan berjalan mendekat ke Vita.

“Emm… Vita dari bagian keuangan kan?” Andy menyapa.  “Baru pulang?  Abis lembur juga ya?”

“Eh… I… iya,” Vita kaget, tak menyangka bakal dihampiri orang.  Tapi perasaannya masih kalut sehingga kedatangan Andy yang tiba-tiba membuat dia waswas.  “Mas… Andy kan?  Iya, …abis lembur.”

Keduanya berjalan bareng sampai ke luar pagar.  Tanpa bicara.  Vita masih panik dan takut, Andy belum pede untuk mengajak bicara Vita yang kurang dikenalnya.  Akhirnya…

“Ke arah mana?” tanya Andy.

“Ke…” Vita menyebut satu daerah pinggir kota.  “Mas Andy ke… mana?” balas Vita.  Andy menjawab daerah lain yang agak jauh dari tujuan Vita.  “Aku mau ke stasiun…” kata Andy.

“Ya… nggak sejalan nih, yaudah aku duluan ya Mas Andy…” Vita buru-buru pergi meninggalkan Andy, dia malu menghadapi karyawan lain dengan keadaan seperti itu.  Andy kelamaan bereaksi, dia cuma melongo melihat Vita yang langsung pergi.  Tapi Andy bisa melihat.  Vita seperti sedang bermasalah.

MALINDA 3

aya menungging malinda dee inong malinda Kurasakan tangan Malinda Dee berusaha menahan tanganku yang menekan bagian kepalanya itu, rambut panjang pirang bergelombang itu begitu harum menusuk hidungku, wajahnya yang cantik dan awalnya aku tidak tahu kalo itu hasil operasi plastik, namun tetap saya mengundang birahiku untuk menggeluti wanita cantik bertoket besar ini, kurasakan tubuhnya benar benar hangat, belum lagi wanita pendek dengan paha besar nan mulus ini benar benar membuat naluri seksku menjadi semakin liar, ingin menjadikan Malinda Dee sebagai lahan mengobok obok memeknya sepuasku, akan kubuat Malinda Dee merintih rintih, mengerang erang ketika kontolku keluar masuk memeknya yang sempit itu, namun tidak mudah karena Malinda Dee sendiri juga berusaha menghindari keinginanku agar suka sama suka, walau aku tahu Malinda Dee sebenarnya tidak mau, namun karena sudah terlanjur basah aku harus terus memperdaya wanita ini, kuabaikan hal hal yang di luar dugaan terjadi. Kutahan kepalanya itu, dengan galak Malinda Dee mencubit lenganku sehingga tanganku terlepas Malinda Dee pun dengan nada marah menghardikku

“Aku tak maaaaaaaau “ jawab Malinda Dee dengan ketus. Malinda Dee merasa jijik jika harus menjilati kontolku yang masih berlendir kental itu.

“Sudahlah Tante .. sekali yuk .. kita kawin .. habis itu kita beresin kontrakku .. “ ajakku dengan memegang kepala Malinda Dee agar menatapku

“Tapi … tapi .. jangan di sini aaah .. aku tidak mau .. bahayaaa “ jawab Malinda Dee dengan wajah masih takut itu.

“Sekali saja deh .. kaki Tante Malinda mancal ke mejaa .. aku genjot dari belakaaaang “ ujarku dengan mengelus elus buah dadanya bak buah melon itu.

Malinda Dee diam tak menjawabku, kubisikan kata kata yang membuat Malinda Dee kembali jengah

“Cepetaan biar selesai .. jilati kontolku .. biar bersih .. jangan dilap “ desakku membuat Malinda Dee surut ke belakang namun kutahan kepalanya, aku kembali menekan dengan kuat

“JILAAAAAAAT “ bentakku membuat Malinda Dee akhirnya mengalah, lidahnya menjulur menjilati kontolku yang berlendir itu, Malinda Dee sampai gemetar tangannya ketika bertelepak di samping pahaku itu, kulihat dengan cara miring, Malinda Dee menjilati kontolku dengan mata memejam tidak kuat menahan dirinya menjilati sperma itu.

“Buka mata Tante Malinda .. jangan setengah tengaah .. telan air maniku bulat bulaaat “ perintahku lagi

Kurasakan lidah Malinda Dee terus bergerak menjilati kontolku, bibirnya sampai gemetar ketika mengangkat kepalanya itu, spermaku pun masuk ke dalam mulutnya, lendir kental yang menempel pada kontolku lumayan banyak, sehingga bibir Malinda Dee kini penuh dengan lendir kental warna putih.

“Pegang janji Tante . katanya mau kukawini, mau kuewe .. ayo .. kuewe lagi .. cepet bersihin kontolku “ perintahku pada Malinda Dee yang terus melakukan jilatan ke kontolku yang semakin ngaceng itu. Kulihat memek Malinda Dee juga berlendir namun aku membiarkan saja, perlahan lahan kontolku bersih kembali.

“Trim Tante .. tante memang doyan kontol .. yuk, kita mejaaa .. pancalin kaki Tante Malinda .. aku pengin genjot lagi “ ajakku yang dijawab dengan anggukan pelan namun setengah ragu, namun aku sudah keburu turun dari kursi panjang itu

“Tapi “ sahut Malinda Dee

“Lho katanya sudah janji mau dikawini .. katanya Tante Malinda bersedia kuewe, kukawini “ ingatku lagi membuat Malinda Dee menundukan mukanya, jebakan yang kubuat itu semakin membuat Malinda Dee tak berkutik.

“Itu aku ucap ndak sadaar .. tolong please .. kita sudahin sajaa “

“Tidak sebelum kuewe dengan nungging “ desakku sambil menarik tangan Malinda Dee itu, Malinda Dee seolah berat namun karena aku menariknya kuat membuat Malinda Dee akhirnya beranjak juga dari duduk di kursi panjang, wanita setengah baya bertoket besar itu turun, buah dadanya ikut tergoncang goncang. Kugeser handphoneku yang berdiri, aku sebenarnya sudah merekam sejak aku melancarkan gerilnya sampai kontolku berlendir dijilati oleh lidah Malinda Dee.

“Kawin itu enak Tante .. yuk kawin lagi “ ajakku dengan meremas pantat besar milik Malinda Dee, Malinda Dee sampai menahan tanganku agar tidak meremasnya, kutarik tanganku dan kutepuk pantatnya keras

“Plooooooooooooooook “

“Ampuuuuuuuuuuuuuuun, baaa .. baaa iik … “ jerit Malinda Dee yang akhirnya menurut, kakinya yang mulus, pahanya yang berisi itu sungguh sangat merangsangku.

Malinda Dee menaikan kaki kirinya ke meja, di bagian selakangannya aku elus, masih menyisakan lendir kental, kusapu dengan tanganku agar lendir itu berpindah ke jari jariku, aku kemudian membawa jariku ke depan bibir Malinda Dee.

“Jilatin “perintahku, Malinda Dee pun langsung menjilati tanpa membantah

“Nah gitu .. betina siap dikawini sama jagoo .. memek Tante Malinda siap kawin lagi “

“Pelaaan ya Haan .. sakit kalo maksaaaa .. “

“Iyaa .. berjanji Tante Malinda selalu mau kuajak kawin “

“Iyaa yaaa .. kamu boleh kawini Tante Malinda kapan sajaaa “ ujar Malinda Dee yang sebenarnya cuma akal bulus agar hubungan kawinku dengannya segera berakhir itu. Aku tidak percaya kata kata Malinda Dee, jika bohong aku akan mengangbangnya bersama kawan kawanku yang juga berkontol gedhe.

Kudorong pundak Malinda Dee agar turun, kutarik pula kursi di sampingku agar berada dekat Malinda Dee, Malinda Dee kemudian membungkuk, aku pun maju merapatkan tubuhku, kupeluk sebentar sambil bermain dengan susunya yang over size itu, kurasakan memang rasa susunya berbeda, terasa lebih kenyal walau ada kekendoran, namun kuabaikan, yang penting coblos memeknya, semburin sperma. Malinda Dee kawatir jika aku kembali menggelontorkan spermaku, itu yang tidak dimaui oleh Malinda Dee.

Kupegang kontolku, tangan Malinda Dee pun ikut memegang kontolku, kulepas tanganku, Malinda Dee melongok ke bawah, mengepaskan kontolku ke lubangnya itu.

“Pelan ya Haaan “ rajuk Malinda Dee dengan wajah iba

“Bilang .. Burhan sayaaang .. Tante Malinda senang dikontoli .. senang diewe, mau dikawini kapan saja “ bisikku dengan nada agak membesar.

“Iya .. Burhan sayang .. Tante Malinda selalu ingin dikawini sama kontolmu .. janji Tante besok besok mau diajak kawin sama kamu .. “

Malinda-Dee doyan kawin “Sumpah ?” tanyaku. Malinda Dee terdiam, rupanya wanita ini kembali terjebak, sikap manisnya hanya membuatku agar terbuai. Namun aku sudah mengantungi kartu as, Malinda Dee tidak sadar kalo hapeku sebenarnya di meja itu sudah merekam adegan perkawinan kami di kursi panjang nan empuk itu.

“Iyaa yaa aaaaah .. Tante Malinda bersumpah mau dikawini memek tante sama kontolmu .. sama kontol besarmu ini … “ sahut Malinda Dee dengan nafas yang berat, wajahnya seola tegang karena bersumpah

“Pegang mulut Tante .. kalo besok bohong akan kusumpal mulut Tante Malinda dengan kontolku selama sejam .. “ ancamku membuat Malinda Dee setengah terkejut.

“Belum lagi .. akan kubondage jika bohong “ ancamku

“Jangaan aaaaaaaaah .. benaaar .. Tante Malinda bersumpah, akan selalu mengemut kontolmu, diewe memek tante, dikawini, disemburin sperma, bahkan tante Malinda hamil biar sajaa .. ayo nih .. Tante ada rapat sejam lagi .. ayo kawinin Tante Malinda cepaat .. ayo sayaaang .. kontolmu tekaan yaa “ ajak Malinda Dee yang memang sejam lagi akan rapat direksi.

Kutekan kontolku dengan kuat, sehingga Malinda Dee membeliak matanya

“Busyeeeeeet .. Tante suruh pelan malah keras .. sakit tauk .. kontolmu itu gedhe bego “ ungkap Malinda Dee dengan nada senewen.

“Jadilah lonteku “ sahutku

“Iya … Malinda Dee menjadi lontemu .. siap kau ewe kapan sajaa “ sahut Malinda Dee dengan merem keenakan seiring kontolku kembali mencoblos memeknya yang basah itu.

“Lonte atau istri ?” tanyaku dengan mengejar

“Ngggg .. eeh .. dua duanya laaah ya istri ya lonte .. “ ujar Malinda Dee dengan tersenyum, aku tahu kalo itu senyum terpaksa.

“Pembohong besaaaar .. awas besok kalo ndak mau .. temui aku selepas pulang kantor di tempatku .. kita akan kawin lagi yaa “ ajakku

“Aduuh .. Tante Malinda besok ke Singapore .. ada rapat di kantor Singapore ..” tolak Malinda Dee dengan berat

“Sebelum ke Singapore .. kuewe dulu .. nanti kuantar ke bandara ..” tawarku

“Ndak bisa aaah “

Kusodokan kontolku dengan keras membuat Malinda Dee menjerit

“Aaaaaaaaaaaaaaoh …sakit .. iyaa iyaa yaaaa.. besok Tante Malinda datang siap kawin .. Tante Malinda datang sudah nggak make celana dalam .. kamu langsung saja kawinin Tante Malinda “ tawar Malinda Dee dengan wajah tegang berkeringat itu.

“Juga tanpa bra “ sahutku dengan penuh kemenangan

“Iyaa .. cuma make pakaian .. tanpa bra dan celdaam . duuuh kontolmu panas .. stoop .. memek Tante sakit nih .. aaaaaaaaaaaaaaaaaauh .. sayaaang aaaah .. aduuuh .. tolong .. stop aaah .. jangan desaak .. ampun ..aaaampuuuuuuuuuun aaaaaaaarggggkhhh “ lenguh Malinda Dee merasakan desakan kontolku yang ngaceng itu lebih dalam, Malinda Dee sampai membenturkan kepalanya ke sandaran kursi itu.

“Aku sudah terbiasa dibohongi wanita macam Tante Malinda, bilangnya iya, sumpahnya iya .. tapi sama saja … mulutnya tak beda dengan memeknya, minta disumpal kontol selama sejam “ kataku dengan nada setengah tinggi membuat Malinda Dee menggeliat tak tahan kontolku yang sudah masuk separo itu, kurasakan kontolku menembus lubang yang hangat, kurasakan kembali otot otot di dinding memek Malinda Dee meremas dan mengurut kontolku lembut

“Memek Tante Malinda enak bangeet .. hangaat .. ayo lonte “

“Iyaa, sayaaang .. tolong Burhan, sayaang .. jangan main keras yaaa,aduuuuuuuh memek tante jadi sakit , mmmmmmmmmhhhhh “ rajuk Malinda Dee dengan penuh harap.

Kutarik kontolku kemudian ku desak lagi, Malinda Dee kembali melenguh merasakan kontolku itu.

“Jadilah maniak kontolku “

“Iya .. Tante Malinda akan menjadi maniak kontolmu .. kontol bebas mengewe memek tante .. janji.. sumpaaaah “ ucap Malinda Dee yang bicara ceplas ceplos tanpa dipikir itu.

“Mintalah yang sopan .. Burhan .. kawinin tante .. semburin spermamu .. hamili tante .. uuh .. memek tante menjepit kontolku nakaaal “

“Eh aaaauh huuh .. mmmmmmhh .. iyaaa .. Burhan, sayaaang .. kawinin tante donk . tante minta dengan sangat agar kontolku menyembur dalam memek tante sehingga Tante Malinda bisa hamil “ ucap Malinda Dee dengan nada merdu, kali ini aku merasakan bahwa Malinda Dee benar benar berucap.

“Naaah .. itu baru Tante Malinda .. Inong Malinda memang doyan kontol .. huuuuuh .. tahaaaan yaa “ pujiku sambil menarik kontolku dan mendesak sedikit lebih keras membuat Malinda Dee alias Inong Melinda ini kembali menjerit

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaoh hoooooooooh . Haaan .. Burhan, sayaaang .. kamu nakaal aaah .. Tante dah bilang pelaaan .. tapi kamu maksa keras .. sakit taaaaukk .. Tante dah bersumpah kok selalu ingin dikawini sama kamuu “ ucap Malinda Dee dengan gelagapan.

“Besok kawin sama aku .. jamnya yang ngatur aakuu .. tempatnya besok aku kasih tahu “ tawarku

“Iyaa ..siap sayaang .. kita besok kawin lagi ..uuuuuuuuuuuuh ..auuuuuuuuh ..aaaaaaaaauh sssssssssssssssh ssssssssshh hhh .. aaduuuh ..aaaaaauh ssssssssssssssssshhh ssssshhh hhh “ Malinda Dee mendesis dan mulai merintih rintih lagi.

“Nggggghkk … aaaaaaaauh .. ngggg … aduuh .. sssssssssssssssshh ssssssssshh hhh aaaaaaaaaauh … sakit .. ayo amblasin . amblasin .. aaaaaaaaaarggggghh “ seru Malinda Dee bersahutan dengan rintihannya itu, tubuh penuh keringat bercucuran itu.

“Uuuuh ..aaaaaaaaaaaauh sempitnyaaaa .. “ lenguhku sambil menarik dan mendorong lagi, kontolku semakin amblas dalam lubangnya yang becek itu, kutarik dan kuhujamkan kontolku lagi

Malinda Dee menjerit lagi dengan suara yang serak

“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaauh .. huuuh .. capeek .. capeeek .. jangan maksaaa .. Tante Malinda sudah tuaaa” aku Malinda Dee dengan wajah penuh keringat sambil kepalanya miring, matanya melirik padaku namun kemudian merem melek keenakan

“Enaak yaa .. duuh aku suka memek tante “ sahutku dengan memeluk tubuhnya, mempermainkan punting susunya dan kupuntir puntir

“Duuh iyaa . nikmatnya .. enaknya kontol kamu, sayaaang .. Burhan sayaang ..ayo genjot .. mana kuat memek Tante nahan kontolmu .. kontol gedhe ini “ sahut Malinda Dee dengan mata terpejam erat, kedua tangan Malinda Dee kini memegang ke sandaran kursi dengan kuat menunggu sodokanku.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaowwwwwwhh … “ jerit Malinda Dee ketika aku mulai menggenjotnya maju mundur, kurasakan nikmatnya memek empot ayam milik Malinda Dee ini, walau empot ayam, jepitan itu juga ketat sampai membuat kontolku diperas luar biasa nakalnya.

buah dada besar malinda dee Ku bor memek basah itu dengan pelan pelan, Malinda Dee merintih merintih dengan memegang sandaran kursi itu, mejanya sampai berantakan karena aku mendorongnya, bahkan laptopnya nyaris jatuh. Hanya handhoneku tetap aman saja karena lebih jauh dari tempat kami mengadu kawin itu.

Genjotan demi genjotan aku lakukan sampai membuat Malinda Dee kewalahan menghadapi gencarnya kontolku yang maju mundur

“Uuuuh .. ngggggggggghhh .. enaaaak . ayoo teruu, sayaaang .. Burhan sayaang .. kawini Tanteemu teruus .. uuh kontolmu nakaaaaaaaal “ seru Malinda Dee yang kemudian merem melek keenakan

“Rasakan bor kontolku tante “ sahutku dengan mengebor searah jarum jam membuat Malinda Dee menggeliat bak cacing kepanasa, rambutnya yang pirang itu sampai menutupi kepalaku, kusingkirkan rambut itu, tangan kiri Malinda Dee sampai mengelus elus pahaku dari depan, kurasakan rangsangan luar biasa merasakan gairah seks yang tinggi di kantor Citibank Landmark mengawini manager satu ini.

Aku kembali melancarkan genjotan demi genjotan, sodokan demi sodokan, Malinda Dee ternyata wanita tipe multi orgasme sehingg sering cepat klimaks, tangan Malinda Dee yang awalnya mengelus elus pahaku itu kini mulai mengcengkeram, goncangan tubuhnya seiring sodokanku membuat Malinda Dee tergoncang goncang

“Teruuus .. teruus .. maau sampai sayaaaaaaaaaaaaang uuuh kontolmu .. kontolmu .. KONTOOOL “ rintih Malinda Dee dengan sambung teriakan itu.

Aku semakin gencar menggenjot memek Manager Relation Citibank ini, genjotan demi genjotan itu mmebuat memek Malinda Dee semakin menyempit

“Ngggggggggh aaaaaaaaaauh mmmhhh . dikit lagi .. dikit laaaaaaaagi “ erang Malinda Dee dengan wajah tegang sambil terpejam, kurasakan memeknya sempit, Malinda Dee sampai menggeliat bak cacing kepanasa, kontolku semakin lama semaki dijepit, Malinda Dee sampai menahan kursi dengan kuat kuat seiring hujaman kontolku itu. Malinda Dee sudah tidak kuat lagi, tangannya mencakar pahaku, kupeluk dan kupegang bagian perutnya, buah dadanya selalu bersentuhan dengan tanganku

“Ooooooooooooooooooooh “seru Malinda Dee ketika tegang luar biasa, Malinda Dee kemudian tak karuan, tubuhnya tegang beberapa saat dan kemudian dari dalam memeknya menembak cairan basah orgasme membasahi kontolku, seiring genjotanku yang gencar itu sampai muncrat

Malinda Dee kemudian berkelonjotan bak cacing kepanasan, tubuhnya kemudian lunglai tak berdaya, badannya lemas tanpa tulang, tubuhnya melorot dan badannya tersandar paa kursi, kutarik kontolku dengan paksa sehingga Malinda Dee menjerit kecil, aku kemudian mengelus elus kepalanya dan kucium

“Tante Malinda sayaaang .. enaaak ya ?” goda

“Iya yaa .. enaaaak .. Tante mulai suka sama kontolmu, sayaaang “ucap Malinda Dee dengan mata masih terpejam.

MALINDA 2

malinda dee doyan kontol Malinda Dee memegang kontolku dengan gemetar, setelah menjilati kontolku empat kali, Malinda Dee terasa jengah dan meludah ke lantai, kontolku yang besar itu tidak sanggup ditatap oleh Malinda Dee. Namun aku sudah kepala basah, kususupkan tanganku ke belahan buah dada Malinda Dee yang over size, tangan Malinda Dee mencekalku, rupanya Malinda Dee berusaha untuk menghindari nafsu buta, aku semakin penasaran, kupelorotkan sekalian celanaku sampai lepas, Malinda Dee memandangku ke atas dengan sinis, namun aku kini pegang kendali terhadap wanita montok itu, kontolku yang besar menjulang ngaceng itu kembali kusodorkan dan menempel di pipi Malinda Dee, sontak Malinda Dee menghindar. Aku tersenyum padanya, namun Malinda Dee hanya memalingkan mukanya ke samping.

“Ayoo deh Tan .. uangku itu tak seberapa .. masih ada yang lain .. ayo deh Tante Malinda kita bermain kontol yuuk .. tuh kontolku sudah ngaceng .. pengin ngewe memek Tante Malinda “ rajukku semakin kalap melepaskan blazer Malinda itu kemudian dengan paksa menarik pakaian dalam setelah blaszer sehingga kemontokan buah dadanya semakin jelas, bentuk branya berbeda dengan bra biasa, talinya lebih lebar dan bentuk branya lebih tipis, puntingnya tercetak nakal, di meja aku melihat ada cutter, kusambar dengan tangan kiriku, aku kemudian ke belakang punggung, kuputus tali branya itu, sontak buah dadanya yang besar itu langsung terburai ke bawah.

“Wooow .. susu Tante Malinda gedhe bangeeet .. aku suka bermain di susu Tante yaa .. kontolku nanti menggesek gesek itu .. “ kataku membuat Malinda Dee kini menutup kedua buah dadanya dengan tangannya menyilang, aku kemudian memutus tali branya lagi, sehingga tuntas sudah tali branya terlepas, Malinda Dee ketakutan dengan bibir gemetar, tidak menyangka ada calon nasabah yang begitu nekad ingin menyetubuhinya, aku kemudian berjongkok dan kutatap mata Malinda Dee, namun Malinda Dee menolak tatapanku dengan memalingkan mukanya, aku kemudian mengelus pahanya yang mulus itu, kulihat sejenak selakangannya sudah basah

“Tante daah basah yaa .. minta disodok sodok sama kontolku ?” tanyaku membuat Malinda Dee terdiam memandangku

“Jangan tatap aku Taan .. tatap saja kontolku “ godaku dengan menyelusupkan kedua tanganku, Malinda Dee menolak aku menarik celana dalamnya

“Lepass deeh .. aku pengin lihat jembut Tante Malinda .. ayo deh Taan .. kontolku enaaak, jangan biarkan aku melukaimu, Tante .. kita sama sama puas, Tante dapat nasabah baru .. aku dapat memek Tante Malinda “ sahutku sambil nakal lebih dalam ke belakang menarik resluting roknya di belakang, Malinda menekan pantatnya ke belakang melarangku menarik reslutingnya.

Toh perlawanan demi perlawanan itu mulai mengendur, namun Malinda Dee masih ogah kuajak untuk bersetubuh. Kupaksa tarik resluntingnya

“Haan .. jangaaaan aaah . tolong jangan lakukaaan . jangan “ tolak Malinda Dee dengan wajah sangat kawatir karena masih berada di kantor

“Ayoolah Taan .. lepas rok Tante .. kita akan selalu memuaskan .. tante nanti pasti ketagihan kontolku “ sahutku dengan tersenyum, kutarik rok pendek itu sampai ke lututnya, Malinda Dee sudah mulai pasrah. Sampai ke lutut aku kemudian menurunkan sampai mata kakinya, aku kemudian mengangkat pantat sedikit dan kutarik celana dalam Malinda Dee, awalnya Malinda Dee menolak

“Duuh .. aku sudah telanjang, kontolku sudah keluar .. ayo deeh Taaan .. aku ingin lihat sarang Tante Malinda .. jembut tante lebat khan ?” selidikku yang membuat Malinda Dee memerah mukanya malu luar biasa itu.

“Jangaaan .. tolong .. sekali lagi .. jangan lakukan .. saya takut .. taa taakuut “ iba Malinda Dee dengan wajah tegang luar biasa, namun celana dalam Malinda Dee pun terlepas jadilah wanita ini menggenakan pakaian awut awutan, bagian dadanya tersembul buah dadanya yang besar, bagian selakangannya memang penuh dengan jembut, lepas aku menelanjangi Manager Relationship Citibank ini, aku kemudian berdiri, kupegang kontolku

“Buka mulut Tante Malindaaa, eh .., Malinda sayaangku .. ayo deh emut kontolku, masukin kontolku dalam mulut Malinda .. enak kok .. ayolaaaaah .. nanti aku oral memek Malinda “ rayuku semakin menggila, namun Malinda Dee hanya menutup mulutnya, kusodorkan kontolku namun Malinda Dee menutup mata dan mulutnya, kutekan kontolku ke bibirnya yang merapat itu. Kutatap lagi wajahnya yang cantik itu, kutekan juga kontolku ke bibirnya yang masih merapat, matanya terpejam tidak berani membuka, aku tersenyum, penolakan yang munafik, biasanya kalo posisi terdesak pastilah wanita ini akan kabur ke arah pintu yang dikuncinya sendiri. Walau tidak kupegang tubuhnya namun Malinda Dee tetap saja di tempatnya.

Buah dadanya besar itu sungguh indah sekali, puntingnya besar, tubuhnya mulai berkeringat, bagian memeknya yang penuh jembut itu membasah seiring rangsanganku yang membuat Malinda Dee semakin terbuai nafsu.

“Ayooo bukaaaaaaa “ kataku lagi, tak kusangka wanita ini malah memundurkan kepalanya dan membuka matanya

“Sayaa yaa ti ti daaak daaak sangguuup .. “ ujar Malinda Dee dengan bibir gemetar

“Atau aku langsung coblos memek Tante Malinda ?” ajakku dengan mendorong bagian pundaknya agar telentang di kursi empuk nan panjang itu

“Jangaaaaaaaaan “ tolak Malinda Dee dengan gelagapan

“Berarti emut kontolku dulu ya ?” tanyaku lagi

“Jangaaaaaaan “ sahut Malinda Dee sekali lagi, matanya kembali terpejam. Aku memajukan selakanganku lagi, kutekan kontolku sampai menyentuh ke bibirnya lagi.

“Ayoo bukaaaaaa “ kataku dengan nada tinggi.

Perlahan bibir Malinda Dee membuka namun kecil

“Kurang lebaaaaaar “ perintah, Malinda Dee membuka lebih lebar dan aku langsung mendorong paksa kontolku yang besar itu membuat Malinda Dee membeliak matanya

“Mmmmmmmmmmmmmmmmhhhhh .. “ lenguh Malinda Dee yang tidak menyangka kontolku melesak nakal sesak dalam mulutnya, gesekan giginya yang menggesek kontolku kutahan rasa sakitnya, Malinda Dee menahan dengan menekan ke pinggangku agar kontolku tidak masuk lebih dalam. Kulihat mulut Malinda sudah kemasukan kontolku sampai separo, namun tidak bisa mundur lagi karena sandaran kursi panjang bagian belakang itu sudah tertempel di belakang kepala Malinda Dee.

“Ayooo .. Tante Malinda .. lonteku sayaaaaaaaaaaaang “ sahutku dengan suara yang mengajaknya agar lebih insten dalam berhubungan seks dengan Manager Relationship Citibank Land Mark Jakarta ini.

Malinda Dee sampai matanya melotot, menahan selakanganku setelah menekan di pinggang

“Diperkosa itu tidak enak Tante .. mending nikmati saja kontolkuu “ kataku lagi sambil menekan kontolku sehingga kontolku amblas lebih dalam mulutnya.

Perlahan wanita itu menjulurkan lidahnya dan menjilati kepala kontolku bagian dalam, kurasakan sentukan dan gesekan lidahnya begitu nikmat, kurasakan kontolku seperti dielus elus barang halus, sontak aku merasakan horny luar biasa, rambutnya yang pirang itu menambah cantiknya Malinda Dee, Malinda Dee lebih cantik jika dalam posisi mengemut kontol.

Perlahan kontolku kutarik dan kumajukan Malinda Dee pun mengikuti gerakanku, kepala wanita ini pelan pelan maju mundur, kontolku yang sesak dalam mulutnya itu diemut dan dipermainkan.

“Iyaa .. teruus Taaaan .. Tante Malinda memang doyan kontol .. nanti akan kubuat maniak kontol deeh “ racauku dengan merogoh ke buah dadanya yang bergelantungan sangat indah nan besar itu, membuat Malinda Dee menggeliat tubuhnya, perlahan pahanya membuka seiring gerakan kepalanya mengeluarmasukan kontolku itu.

Kurasakan setiap mili Malinda Dee mengemut kontolku keluar masuk dengan pelan pelan, kubiarkan selakanganku diam saja agar kepala Malinda Dee yang aktif maju mundur memasukan kontolku itu.

Malinda Dee terus perlahan mengulum kontolku.

Malinda Dee alias Inong Melinda “Ayoo teruus Tanteee .. Malindaku sayaang . kocok kontolku jugaa “ perintahku, Malinda Dee masih memejamkan matanya menikmati oral kontolku dalam mulutnya, kontolku kemudian dipegangnya, Malinda Dee mengeluarkan kontolku itu, kemudian membuka matanya dan menatap kontolku dengan pandangan yang masih risih, bibirnya gemetar sehingga air liurnya menetes seiring emutan pada kontolku yang sudah keluar itu.

“Bilang .. Tante Malinda doyan kontol “ perintaku, Malinda Dee menggeleng pelan

“Ayoo “ sahutku

“Iyaa yaa .. Malinda do do yaan .. koon .. kontol .. “ ujar Malinda Dee dengan gemetar seolah takut takut.

“Bersediakan Tante Malinda kuewe memeknya ?” tanyaku

“Iya yaa .. maaa maaau “

“Kita akan kawin sayaang .. Tante Malinda akan kukawini nanti .. “ rayuku lagi

“Yaaa .. Malinda mau saja dikawini .. tapi keluar di luaaar “ elak Malinda Dee dengan menggeleng pelan

“Di dalam Tante .. “

“Tidak maaaaaau “ jawab Malinda Dee dengan nada sedikit galak.

“Oke .. kocok kontolku deh Taaan .. aku pengin Tante Malinda bermain dengan kontolkuuu “ perintahku dengan menatap tajam ke matanya itu, kusingkapkan rambutnya itu agar tidak berada di depan dadanya, sehingga aku bisa menikmati kemontokan susunya yang besar itu.

“Eiit .. Tante Malinda bilang yang tegas deeh …. doyan kontolku gitu “ ajakku lagi

“Iyaa .. Malinda suka kontolmuuu “ sahut Malinda Dee dengan nada dinaikan lebih keras.

Malinda Dee kemudian mengocok kontolku pelan pelan, tangannya yang lentik itu tidak sanggup melingkari kontolku, kontolku yang basah karena air liur itu terasa mudah di kocok oleh Malinda Dee.

“kita enam sembilan tanteee .. siap yaa “ kataku dengan menahan tangan Malinda Dee, Malinda Dee pun menurut kemudian Malinda Dee menggeser duduknya lalu rebahan.

“Aku suka memek Tante Malinda yang penuh jembut ini “ ujarku dengan naik ke kursi panjang nan empuk itu mengangkangi tubuh Malinda Dee yang montok luar biasa itu. Buah dadanya sampai bergerak ke sana ke mari seiring tubuhnya rebahan ke kursi panjang itu.

“Buka paha Tante Malindaaa .. uuuh .. basaah bangeeet .. sudah ndak tahan ya tante .. sabar deeeh … aku lebarin memek tante yaa “ kataku dengan membungkuk dan langsung menjilati memek basah itu dengan rakus, Malinda Dee tak karuan dengan mendesis sambil tangannya menggapai meja di sampingnya itu, kusapu memek yang basah itu, kujilati lubang memeknya itu dengan lidahnya

“Ooh .. jangaaan aaaaaaaaah aduuuh .. jangaaaan …. Aaaaaaaaaaauh sssssssshhh ssssssshhh hhh .. mmmmmmhh, mmmhhh .. Haaan .. jangaan nakaaal aaaaaaaaaah .. uuuh eeeeeeh .. oooooh …mmmhhhhh “ desis Malinda Dee dengan kepala menggeleng geleng, matanya melihat ke bawah karena posisi kepalanya lebih tinggi dengan rebahan itu, namun aku kemudian menurukan selakangaku, sehingga kontolku menutupi pandangan Malinda Dee di mana aku sedang nakal menjilati memeknya.

Tangan Malinda Dee pun memegang kontolku dengan erat dan dikocoknya

“Aayoo kocok .. kocokin yaaaaaaaaa “ ajakku dengan melesakan lidahku masuk ke dalam celah memeknya yang basah itu, mulut Malinda Dee kemudian membuka dan menelan kontolku

“Hmmm .. Tante Malinda sudah doyan kontol rupanyaa “ sahutku dengan kembali mempermainkan lubang memek Malinda Dee itu, aku semakin bersemangat menggarap manager citibank ini.

Aku begitu rakusnya menjilati lubang memeknya yang memerah seiring aksi nakalku menjilati dan menyedot lubang memeknya, belum lagi pahanya yang montok itu aku elus elus dengan rabaanku, kuangkat bagian dadaku lebih atas dan kulihat Malinda Dee sedang asyik mengulum kontolku keluar masuk mulutnya.

Kusapu kembali lubang memeknya, kujilati klirotisnya itu, kali ini Malinda Dee sudah semakin cepat bermain dengan kontolku.

Tubuh kami sudah penuh dengan keringat, kami berdua sudah telanjang bulat ingin segera kawin di kursi panjang kantor Citibank Land Mark jalan Sudirman Jakarta itu.

Geliat tubuh Malinda Dee semakin tak karuan seiring jilatan lidahku di klitorisnya itu, perlahan lahan Malinda Dee tak karuan sampai menahan kontolku dan dikocoknya pelan.

“Sudaah Tanteee “ kataku sambil mengelus elus memek Malinda Dee. Aku pun menahan tangan Malinda Dee agar tidak bermain dengan kontolku, aku kemudian memutar kemudian aku keluar dari kursi panjang itu, aku berdiri dan kutarik tangan Malinda Dee.

“Ayo emut lagi yang semangat Tante .. yakinlah Tante Malinda sangat doyan kontol .. Malinda sayang .. lonteku sayaaang .. ayo deeh .. emut kontolku “ ajakku lagi

Malinda Dee yang bangun itu langsung kusodorkan kontolku, Malinda Dee langsung saja melahap kontolku dengan membuka mulutnya lebar lebar, kali Malinda Dee setengah rakus memasukan dan mengeluarkan kontolku dalam mulutnya, lidahnya menjilati kontolku, kontolku dengan lahap dimakan dan diemut emut, kontolku sampai dipakai menggosok giginya, kontolku menyelinap di antara gigi dan pipinya itu>

“Hhhmmm .. mmmmmmmmmhhh .. “ suara yang keluar dari mulut Malinda Dee, gantian sebelah kanan pipi dan giginya digosok oleh kontolku terasa nikmat luar biasa, kemudian Malinda Dee menggocok kontolku dengan cepat, terakhir Malinda Dee menyedot kontolku walau tidak kuat namun kurasakan nikmat luar biasa

“Sudah Tante .. aku pengin kawin sama Tante Malinda .. rebahan deh Tantee .. aku coblos yaa “ ajakku sambil menahan tangan Malinda Dee yang masih memegang kontolku itu. Malinda Dee pun menurut kemudian rebahan

“Lebarkan paha Tante Malinda .. wuih .. Tante memang nikmati kalo digenjot dari atas “ pujiku

“Iyaa .. genjotin saja sepuasmu .. “ sahut Malinda Dee tanpa ekspresi itu.

Aku kemudian naik lagi ke atas dan berada dalam naungan pahanya yang mulus itu, kulebarkan pahanya, kutatap buah dadanya yang besar itu, sedangkan Malinda Dee sampai tegang menunggu kontolku masuk ke dalam memeknya

“Bersediakah Tante Malinda aku kawini ?” tanyaku

“Yaa .. kawini sajaaa “ jawab Malinda Dee pendek.

“Siap yaa .. memek tante sempit … “

Aku kemudian menindihnya dan mengajaknya saling bercumbu, kulumat bibirnya yang seksi itu, Malinda Dee pun membalas lumatanku, tanganku kupakai dengan meremas buah dadanya sebelah kiri itu, Malinda Dee sampai menggeliat, hendak menahan kepalaku, namun lumatanku sangat rakus, sehingga Malinda Dee pasrah mengikuti lumatanku, kurasakan lidah kami saling bertaut, kami saling menghisap, kurasakan hisapan, kurasakan manisnya bibir Malinda Dee itu.

Malinda Dee sampai terengah kuajak saling melumat itu

“Ta taaa haaan aaaaah .. tante ndak kuaaat aaah .. “ elak Malinda Dee menghindar lumatanku itu.

“Oke deeh .. aku coblos yaaa “ sahutku dengan menghembuskan nafasku karena aku juga tidak tahan ingin segera kawin dengan Manager Relation Citibank ini.

Malinda Dee mengangguk pelan, kupegang kontolku dan kudesakan pada lubang memeknya yang basah itu, Malinda Dee menjerit kecil

“Aaaaaaaaaaaaaaaauh .. sakit .. aaaaaaaaaaaah ..sssssssssssshhh hhhh… huuuuuuuh .. mmmmmmmmmmhhhh “ lenguh Malinda Dee merasakan kontolku mulai melesak masuk

“Tarik duluu . uuuuuuuh “ seru Malinda Dee kemudian, kutarik kontolku dan kutekan dengan tenaga besar membuat Malinda Dee mendongak ke atas. Kuatur rambutnya ke atas agar tidak mengangguku bermain dengan susuku, kumasukan punting susunya dalam mulutku dan kusedot sehingga Malinda Dee menjerit lagi.

Kontolku kutarik dan perlahan lahan kontolku melesak lebih dalam disertai gemetaran tubuh Malinda Dee yang tak karuan rasanya aku kontoli itu. Malinda Dee sampai membusungkan dadanya ke atas, kontolku sudah masuk separo, luar biasa sesak dalam memeknya, sampai sampai aku menahan sebentar sambil membuang nafas.

Kami diam sejenak, Malinda Dee menungguku aku kemudian menarik kontolku, kudorong lagi dan kami pun semakin panas saja, keringat membanjiri tubuh kami, hawa AC dingin tidak kami gubris.

Berkali kali aku turun dan naik dengan tenaga besar, kuhujamkan kontolku dalam dalam agar amblas nan mentok disertai jeritan Malinda Dee melenguh

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaauh “ lenguh Malinda Dee dengan nafas yang ngos ngosan itu, aku pun tidak memberi jeda, aku langsung menindihnya mengejar bibirnya sambil pantatnya naik turun menggenjotnya

“Aaah .. Haan aaaaaaaah …. Nggak kuaaat aaaaaaaah “ erang Malinda Dee merasakan serbuah bibir, kontol, serta tanganku yang meremas buah dadanya yang besar itu, Malinda Dee montang manting tak karuan, genjotan demi genjotan aku lakukan.

susu besar malinda dee “Oooh .. sssssssssssssssh ssssssssshhh hhh .. aaaaaaaaauh aaaaaah .. uuuh aaah .. uuuh .. aah .. uuuuh “ lenguh Malinda Dee seiring aku menggenjotnya dengan gencar, memeknya yang basah itu nikmat sekali, kurasakan gesekan batang kontolku di dinding memeknya yang mengcengkeram dengan ketat, kurasakan kontolku seperti di peras peras dan diurut urut oleh otot otot memeknya itu.

Kami berpacu dengan gerakan berlawanan

“Uuh memek Tanteee Malindaaaaa ..enak bangeeeeeet hhuuuuuuuuuuh ..ayo deeeh .. ayoo .. ikuti gerakaaaanku “ ajakku dengan gencar menggenjot Manager Relation Citibank Land Mark ini.

Aku menggenjot lebih cepat sampai Malinda Dee merem melek keenakan, ta kusangka Malinda Dee sampai mengeluarkan kata nikmat

“Ohh .. enaaak eeeeeh .. aaaaauh .. sudaah aaaah sudaaah .. ndaaak kuaat “ lenguh Malinda Dee tak karuan, aku pun terus gencar menyerbu, kontolku sudah tidak tahan, Malinda Dee berusaha mengontrol agar kontolku tidak muncrat di dalam, namun karena terbuai serbuanku itu Malinda Dee pun pasrah jika aku menggelontorkan spermaku menembus rahimnya.

Kurasakan memek Malinda Dee menjepit kuat kontolku, kurasakan mata Malinda Dee hanya terlihat memutih keenakan aku setubuhi, tubuhnya tergoncang goncang akibat sodokanku itu, Malinda Dee sampai terpejam kemudian ketika tubuhnya sudah tidak kuat lagi, memeknya menjepit kuat kontolku dan itupun aku merasakan kontolku sudah tidak tahan, Malinda Dee menjerit kuat ketika mencapai puncak klimaks dengan tubuh tegan dada membusung menabrak dadaku

“Ooooooooooooooooooooooh aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah “ erang Malinda Dee kuat sambil tubuhnya tegang, aku pun menghujamkan kontolku dalam dan kusemburkan isi kontolku

“Craaaaaaaaaaaat .. craaaaaaaaaaaaat .. craaaaaaaaat .. craaaaaaaaat … craaaaaaat “

Kami berdua sampai berkelonjotan bertindihan itu, tubuh kami bersemangat berkelonjotan, Malinda Dee penuh dengan keringat membanjir, aku pun lemas setelah berkelonjotan, kurasakan banyak cairan kental yang kurasakan pada kontolku yang tertancap dalam memeknya yang basah itu

Lelehan spermaku sampai keluar dari sela sela memek Malinda Dee, Malinda Dee diam dengan dada naik turun dan mata tertutup, sejenak kami diam, namun aku terkejut ketika tangan Malinda Dee menepuk pundakku keras

“Kurang ajaaar .. aku bilang di luar .. masak di dalam “ sungut Malinda Dee dengan wajah marah.

“Ntar aku sodoki lebih keras .. “ sahutku enteng

“Jangaan “ tolak Malinda Dee lagi

“Tidaak .. kita akan main lagi .. sampai sama sama puas .. aku belum puas Tante .. aku pengin Tante Malinda nungging di meja mancal .. “

“Waduuuh .. jangaan aaaaaaaah .. kita lakukan di luar sajaa .. Tante ndak mau “ tolak Malinda Dee yang gelagapan itu

“Pokoknya sekarang .. atau aku batalin nyimpen uang di citibank” ujarku santai

“Huuh .. kamu jahaaat .. ini gimana kalo aku hamil ? payah aaah sudaah aaaah “ tolak Malinda Dee dengan nada protes

“Sekali lagi kita main .. sama sama puas Tante .. oke deeh .. ayo deh Tan .. setelah ini kita selesaikan kontrak .. gimana ?” tanyaku

Malinda Dee menatapku kosong dan kemudian memalingkan wajahnya, nasibnya benar benar apes, mengejar uangku malah Malinda Dee menggadaikan tubuhnya untuk kugeluti, kutarik badanku dan aku pun merasakan sakitnya kontolku tergesek itu, aku menarik badanku dan duduk di depan Malinda Dee yang tiduran mengangkang itu.

Malinda Dee bangun dan sampai shock melihat kontolku penuh lendir

“Jilati Tante .. jilati, habisin spermaku .. telaaaaaaaaaaan “ ajakku sambil memegang kepala Malinda Dee dengan paksa, Malinda Dee pun sampai berusaha berontak

“Gilaaaaaaa .. kamu seperti binataaang “

“Tante Malinda juga betinaaaaaaaa “ balasku tak kalah. Malinda Dee sampai tegang tak karuan menahan tanganku yang menekan kuat itu, Malinda Dee masih tidak mau, aku tetap terus berusaha agar kontolku bersih, setelah itu akan kuewe di meja kerjanya itu.

MALINDA 1

Malinda-Dee-6 Kasus penggelapan dana nasabah menghentak Handoko, di mana Malinda Dee alis Inong Malinda ditangkap oleh kepolisian, aku sudah berkali kali menemui Malinda Dee ketika mengurusi rekeningku, rekening dari bisnis lendir mengkontoli para artis, banyak uang yang diberikan padaku. Pada awalnya ketika aku membuka rekening bank di citibank Landmark itu aku justru ditemui oleh seorang wanita, aku tidak menyangka kalo wanita yang menemui aku itu ternyata mempunyai buah dada over size, daya tarik luar biasa yang dilancarkan oleh Malinda Dee sehingga banyak nasabah dan calon nasabah terpikat, namun aku yang sudah terbiasa menghadapi wanita haus seks maka menghadapi Malinda Dee justru aku semakin senang. Aku sendiri berkenalan dengan Malinda Dee ketika sedang dugem, wanita ini muncul tiba tiba dan mengambil duduk di kursi kosong sampingku, belahan dadanya yang besar itu membuatku tak karuan, jarang jarang ada wanita Indonesia yang mempunyai ukuran dada over size itu, belum lagi balutan rok pendek memperlihatkan pahanya yang berisi, balutan lisptik warna merah membuatku cepat terpikat dengan wanita ini, padahal aku tidak kenal dengannya.

“Malam Tante .. “ sapaku dengan sopan.

“Malam juga .. “ sahut Malinda Dee yang kemudian mengenalkan diri, kujabat tangannya yang hangat dan sekaligus melirik ke besaran buah dadanya yang terbuka itu.

“Kerja di mana ?” tanya Malinda Dee kemudian

“Biasa saja deh Tan .. usaha sendiri .. “ sahutku dengan tersenyum, wanita ini memang mudah memancing lawan bicaranya agar masuk dalam kubangan niat busuknya, namun aku tidak tahu bahwa Malinda Dee ternyata pegawai tinggi Citibank, menjadi Manager relationship Citibank.

Kami tidak canggung saling ngobrol, bahkan Malinda Dee mentraktir minuman padaku, padahal aku menolak

“Ndak apa deh .. saya senang dapat teman baru “ sahut Malinda Dee dengan senyum yang menggoda itu, aku sendiri sering mencuri curi ke dadanya yang over size, kubayangkan kepalaku tenggelam dalam lautan buah dada Malinda Dee itu.

“Burhan.. berapa sih penghasilan saban bulan ?” tanya Malinda Dee lebih jauh

“Dikit Tan .. dari usaha pribadi palingan 30 juta sebulan . itu pun tidak terpakai “ kataku dengan nada yang kubesarkan sambil menaikan kepalaku agar bisa melihat lebih dalam belahan buah dadanya itu, sontak Malinda Dee pun tersenyum sambil merendahkan dadanya.

“Boleh saya tawarin .. buka rekening private .. aman deh .. “

“Mang Tante Malinda kerja di mana ?” tanyaku dengan nada curious

“Citibank “ sahut Malinda Dee sambil membuka tas kemudian mengeluarkan kartu namanya. Bujuk rayu Malinda Dee terhadapku dilancarkan, tak canggung Malinda Dee sendiri memegang tanganku untuk membuatku lebih percaya ( malah membuatku buta neh ).

“Hmmm .. tawaran yang menarik … “ sahutku dengan mengantungi kartu nama wanita itu dengan mencuri kembali belahan dadanya itu.

Malam itu kami mengobrol ke sana kemari bak teman lama, aku malah diminta datang ke kantornya setelah aku memberikan keterangan saldo rekening bank ku lewat mobile banking membuat Malinda Dee sampai tersenyum manis padaku.

Namun bukan uang yang kuperkara, itu uang lendir, hasil mengewe para artis yang selama ini selalu tidur denganku, mobil, rumah, aku sudah dibeliin para tante tante artis yang doyan kontol itu. Aku kini malah punya hasrat ingin merasakan tubuh sekal nan montok pegawai ciribank itu, tubuhnya yang pendek itu dengan dukungan buah dada over size membuatku ingin mencicipi kemolekan tubuhnya, jika perlu di kantornya sekalipun, kontolku yang besar harus masuk dalam memek Malinda Dee itu, akan kulancarkan rayuan mengewenya. Akan kubuat bertekuk lutut wanita itu, walau aku sendiri tidak yakin akan niatku, namun melihat wataknya yang hedonis, seks pastilah salah satu kebutuhan wajib bagi Malinda Dee.

Paginya aku memang berniat ingin bertemu dengan Malinda Dee di kantornya, aku membuat janji pagi itu, sontak Malinda Dee pun senang, biasa bagi para pegawai bank jika mendapatkan nasabah apapun akan dilakukan, karena uangku juga tidak sedikit, hasil sumbangan para artis doyan kontol dan selingkuh itu. Kantor Citibank Landmark berada di Jalan Sudirman, kupacu motorku, kuterabas macet luar biasa, bayangan vulgar Malinda Dee yang bersusu besar itu itu menggilai kepalaku. Niatku satu, aku akan memeras Malinda Dee agar mau bercinta denganku, aku ingin mencicipi tubuh dan uangnya, akan kuperalat wanita pegawai bank itu.

Aku masuk ke kantor Citibank itu, para sales menawarkan berbagai macam tawaran dari kredit, tabungan dan semacamnya. Namun aku tidak tertarik, dari Customer Service di depan aku ditanyakan ada keperluan apa.

“Bisa saya bantu Pak “ sapa salah satu CS yang ternyata WTS alias Wanita Tinggi Sekali

“Iyaa .. saya ada janji dengan Bu Malinda “ sahutku sambil tersenyum memandang pada tubuh proposional nan seksi dengan belahan dadanya yang montok walau sangat jauh dengan targetku Malinda Dee yang ternyata menungguku di lobby.

Aku pun di antar petugas, aku diajaknya naik ke lantai entah berapa, karena aku tidak mengingat nomer lantai karena sibuk mengakses internet. Sampai di lantai atas tersebut Malinda Dee ternyata sudah menunggu di depan lift, aku pun menyalaminya. Malinda Dee tersenyum, pagi itu Malinda Dee benar benar luar biasa cantik dengan dandanan yang membuat kontolku langsung ngaceng, belahan dadanya lebih parah lagi. Lebih cenderung merayuku agar cepat cepat memindahkan rekening.

“Uang bagiku tak masalah .. itupun uang lendir “ batinku enteng

Aku pun di bawa ke ruangan khusus yang hanya ada aku dan Malinda Dee berdua. Ini merupakan kesenanganku, berdua dengan wanita bertipikal hedonis pemuja seks jelas akan mudah melancarkan rayuan

“Tante cantik deeh “ pujiku yang membuat Malinda Dee tersenyum malu padaku

“Terima kasih Burhaan .. jadi ya .. saya atur semuanya .. kamu tinggal terima beres “ kata Malinda Dee yang duduk di sampingku dengan balutan rok pendek ketat menampakan pahanya yang mulus, bukan namanya Burhan kalo tidak mampu menaklukan wanita yang suka obral tubuh itu

“Boleh saja .. hhmmm .. “ sahutku enteng sambil menatap ke wanita ini dengan sorotan tajam, aku sengaja tidak memandang kesintalan tubuhnya, tatapan mata yang kupentingkan, jika wanita ini takut menatapku akan mudah kutaklukan. Kulancarkan rayuanku

“Eh .. jangan dulu donk Tan .. apa kompensasinya jika saya dibohongi “ tanyaku

“Haaan .. Citibank itu bank terpercaya … tidak mungkin kami menggelapkan uang nasabah .. nasabah adalah raja .. nasabah harus dilayani sebaik baiknya apapun maunya “ papar Malinda Dee dengan penuh senyum menggoda itu

“Termasuk urusan ini itu “ sahutku dengan nada memancing

“Maksud kamu ?” tanya Malinda Dee dengan gaya bahasa muda untuk mengimbangi aku.

“Ndak aaah .. saya lihat dulu klaususl kontrak “ tanyaku lebih jauh

“Baik .. tapi percayalah saja deh “ sahut Malinda Dee dengan memegang tanganku itu, tujuannya tidak lain merayuku, aku pun balik melakukan rayuan

“Hmm .. Tante Malinda punya suami ?” tanyaku

“Iya .. kenapa ?” tanya balik

Ketika Malinda Dee melepaskan tangannya itu, gantian aku yang memegang tangannya, sontak Malinda Dee menjadi terkejut, baru kali ini ada calon nasabah yang lebih nakal

“Maaaf .. saya yang melayani anda bukan anda yang melayani saya “ sahut Malinda Dee dengan tersenyum, namun kemudian menunduk menatap ke selakanganku yang dimana kontolku tercetak jelas, Malinda Dee sampai bergetar bibirnya ketika melihat pertama kali bajuku kusingkapkan itu.

Aku melancarkan serangan gerilya ketika tangan Malinda Dee terlepas dan menulis form

“KTP yaa “ sahut Malinda Dee, kukeluarkan KTPku dan kemudian tanganku melingkar ke pinggangnya

“Jangan nakal aaaaaaah “ tolak Malinda Dee ketika aku memegang pinggangnya itu

Malinda-Dee2 “Ndak jadi aaaaaaah “ sahutku pendek membuat Malinda Dee tersenyum dan membiarkan tanganku menempel di pinggangnya itu, perlahan lahan aku mendekat pada tubuh nan harum itu, rambut panjang yang setengah pirang itu membuatku semakin mabuk memeknya Malinda Dee yang ingin aku buktikan kalo jembutnya lebat. Aku terus melancarkan gerilya, tanganku naik membuat Malinda Dee menjadi tidak tenang

“Tolong .. ini hubungan antara nasabah dengan bank, Haan “ sahut Malinda Dee yang berusaha menekan tanganku turun karena sudah dekat buah dadanya yang besar itu.

“Semalam aku bermimpi tidur dengan tante Malinda “ jawabku enteng membuat Malinda Dee menjadi terkejut.

“Cuma mimpi yaaa “

“Dinyatakan saja sekarang “ kataku enteng sambil nakal langsung memegang buah dadanya

“Jangan kurang Haaan .. aku panggil satpam “ ancam Malinda Dee

Aku sudah kepala basah, aku langsung membekap mulut Malinda Dee, aku sudah tidak tahan ingin menelanjangi pegawai citibank satu ini, awalnya Malinda Dee berusaha berontak, namun kalah tenaga, tanganku sudah memeluknya erat sambil memegang buah dadanya yang besar itu

“Kau boleh daftarkan aku jadi nasabahmu .. tapi aku ingin dirimu juga, kau sungguh menggodaku “ bisikku dengan nada pelan sambil tanganku nakal menuju ke selakangannya. Malinda Dee berusaha berontak, namun pemberontakan itu lama lama menjadi lemah.

“Jangaan .. saya wanita baik baik .. tak pantas melakukan itu “ sahut Malinda Dee setelah kulepas bekapannya sambil tanganku melebarkan pakaian bagian tengah yang belahan blazernya terbuka, tersembulah buah dadanya itu. Malinda Dee sendiri sampai setengah marah, namun aku tenang tenang saja. Kupandang sejenak dengan tatapan tajam, Malinda Dee pun menunduk, kuangkat dagunya

“Kita teman Tan .. “ sahutku sambil tersenyum, aku pun langsung menyerbu ke bibirnya, awalnya Malinda Dee terkejut, kudorong tubuhnya sehingga kini Malinda Dee berada di bawah tindihan, Malinda Dee menolak lumatan bibirku, namun aku tak kurang akal, tanganku menyelinap ke dalam roknya langsung masuk dalam celana dalamnya

“Oooooooh .. Burhaan .. jangaaaaaaaaan “ sahut Malinda Dee dengan nada lemah

“Kau akan kuberi bonus Tan .. jadikan aku nasabahmu . aku semalam sudah konak pengin sama Tante Malinda “ sahutku sambil nakal mengelus elus memeknya dengan menyelusup ke celana dalamnya itu.

Malinda Dee hanya diam pasrah saja, kami kemudian saling beradu bibir, Malinda Dee menanggapi bibirku pelan pelan, tanganku semakin nakal mencolek colek memeknya

“Haaan .. Oh Burhaaan sudaaah aaaaaaaaaah .. tak baaaik “ sahut Malinda Dee dengan mendorong dadaku agar tidak menindihnya

“Tulis saja dulu Tan .. “ sahutku sambil nakal menurunkan bagian dadanya sehingga cup bra yang besar itu menjadi tontonanku.

Malinda Dee kemudian menulis ke form pendaftaran nasabah private yang berbahasa Inggris itu, namun aku semakin nakal masuk ke dalam memeknya, kutarik celana dalamnya itu

“Duuuh . jangan bahayaa .. ini di kantor .. kita lakukan di luar sajaa .. aku bisa kena sangsi “ sahut Malinda Dee yang malah merem melek keenakan itu.

Aku tidak menjawab, ketika Malinda Dee menulis lagi dataku, tanganku membuka resluting dan kukeluarkan kontolku, Malinda Dee tidak sadar ketika berpaling padaku matanya langsung melotot melihat kontolku sudah ngaceng besar, Malinda Dee sampai menutup mulutnya dan mundur sejengkal

Aku kemudian langsung berdiri

“Emut kontolku Taaaaaaaan “

“Burhaaaaan .. ini urusan rekening .. bukan seks “ elak Malinda Dee

“Lupakaaan .. rasakan kontolku dulu .. tante juga nakal .. semalam lirik selakanganku“ sahutku dengan paksa menekan kepala Malinda Dee, Malinda Dee pun menurut. Lidah Malinda Dee langsung menjulur julur menikmati kontolku, kusingkapkan rambutnya itu, aku kemudian terus membuka blazernya itu, kuturunkan sehingga kini kebesaran buah dada Malinda Dee benar benar membuatku lupa daratan.